Kelompok bersenjata serang rombongan pengungsi Sudan Selatan, 103 tewas
A
A
A
Sindonews.com - Sekelompok orang bersenjata menyerang rombongan ribuan pengungsi dari Walgak, Kota Akobo, negara bagian Jonglei, di wilayah Sudan Selatan yang bergolak, Senin (11/2/2013).
Gubernur Jonglei, Kuol Manyang mengatakan, rombongan besar migran yang dikawal oleh tentara Sudan di serang saat akan mengungsi ke wilayah Sudan Selatan. Serangan dilakukan oleh sebuah kelompok besar dengan menggunakan senjata otomatis.
"Sebanyak 103 orang dilaporkan tewas, 14 di antara mereka adalah pasukan tentara Sudan Selatan. Sisanya kebanyakan wanita dan anak-anak," ungkap Manyang, seperti dilansir The Star, Senin (11/2/2013).
"Pelaku penyerangan berasal dari campuran warga sipil, pemberontak bersenjata dan semua etnis Murle dari kota Pibor County di Jonglei. Serangan yang mereka lancarkan berada di bawah pimpinan David, komandan militan Yau Yau," terang Manyang
Serangan itu dikonfirmasi oleh Kella Kueth, Wakil Juru Bicara Militer Sudan Selatan. "Pasca serangan, sebanyak 500 orang masih dinyatakan hilang. Namun, berapa banyak korban tewas dari pihak militer, masih belum dapat dipastikan."
Sementara itu, Komisaris Kepolisian Kota Akobo, Goi Jooyul dalam sebuah pernyataan mengabarkan, 14 orang tentara tewas setelah sekelompok pria menyerang rombongan pengungsi dengan menggunakan granat, tombak, dan juga parang.
"Akibat serangan itu, ratusan anak-anak dan wanita belum kembali ke desa, setelah penyerang sayap kiri menyerang 3 ribu pengungsi migran yang menyertakan keluarga dan hewan ternak mereka," jelasnya.
Beberapa saat setelah ledakan, Komite Palang Merah Internasional telah mengirimkan petugas medis untuk mengobati yang terluka.
Enam bulan setelah Sudan Selatan merdeka dari Sudan, wilayah negara bagian Jonglei, Sudan Selatan dirundung kekerasan etnis. Konflik antar suku tersebut terjadi saat pemuda dari suku Lou Nuer bersumpah untuk menghabisi kelompok suku Murle.
Menurut PBB, lebih dari 600 orang telah tewas dalam kekerasan etnis di Jonglei dalam beberapa bulan terakhir. Yau Yau merupakan kelompok pemberontak yang melancarkan pemberontakan pada pemerintah Sudan Selatan, setelah kalah dalam pemilu 2010 lalu.
Gubernur Jonglei, Kuol Manyang mengatakan, rombongan besar migran yang dikawal oleh tentara Sudan di serang saat akan mengungsi ke wilayah Sudan Selatan. Serangan dilakukan oleh sebuah kelompok besar dengan menggunakan senjata otomatis.
"Sebanyak 103 orang dilaporkan tewas, 14 di antara mereka adalah pasukan tentara Sudan Selatan. Sisanya kebanyakan wanita dan anak-anak," ungkap Manyang, seperti dilansir The Star, Senin (11/2/2013).
"Pelaku penyerangan berasal dari campuran warga sipil, pemberontak bersenjata dan semua etnis Murle dari kota Pibor County di Jonglei. Serangan yang mereka lancarkan berada di bawah pimpinan David, komandan militan Yau Yau," terang Manyang
Serangan itu dikonfirmasi oleh Kella Kueth, Wakil Juru Bicara Militer Sudan Selatan. "Pasca serangan, sebanyak 500 orang masih dinyatakan hilang. Namun, berapa banyak korban tewas dari pihak militer, masih belum dapat dipastikan."
Sementara itu, Komisaris Kepolisian Kota Akobo, Goi Jooyul dalam sebuah pernyataan mengabarkan, 14 orang tentara tewas setelah sekelompok pria menyerang rombongan pengungsi dengan menggunakan granat, tombak, dan juga parang.
"Akibat serangan itu, ratusan anak-anak dan wanita belum kembali ke desa, setelah penyerang sayap kiri menyerang 3 ribu pengungsi migran yang menyertakan keluarga dan hewan ternak mereka," jelasnya.
Beberapa saat setelah ledakan, Komite Palang Merah Internasional telah mengirimkan petugas medis untuk mengobati yang terluka.
Enam bulan setelah Sudan Selatan merdeka dari Sudan, wilayah negara bagian Jonglei, Sudan Selatan dirundung kekerasan etnis. Konflik antar suku tersebut terjadi saat pemuda dari suku Lou Nuer bersumpah untuk menghabisi kelompok suku Murle.
Menurut PBB, lebih dari 600 orang telah tewas dalam kekerasan etnis di Jonglei dalam beberapa bulan terakhir. Yau Yau merupakan kelompok pemberontak yang melancarkan pemberontakan pada pemerintah Sudan Selatan, setelah kalah dalam pemilu 2010 lalu.
(esn)