Militan Mali tolak intervensi militer Prancis
Minggu, 14 Oktober 2012 - 16:56 WIB

Militan Mali tolak intervensi militer Prancis
A
A
A
Sindonews.com - Pemberontak Mali yang terkait dengan kelompok al-Qaeda mengancam akan "membuka pintu neraka" bagi warga Prancis, jika negara itu memaksa melakukan intervensi militer ke wilayah Mali Utara yang dikuasai kaum pemberontak.
"Jika mereka terus menumpahkan minyak ke atas api, kami akan mengirimkan foto foto kematian warga Prancis yang ditahan dalam beberapa hari kedepan, " ungkap Juru Bicara kelompok Islamis, MUJWA, Oumar Ould Hamaha, seperti diberitakan al-Jazeera, Minggu (14/10/2012).
Hamaha menambahkan, dia tidak mampu menghitung berapa jumlah warga Prancis yang tersebar di Afrika Barat dan wilayah lainya. MUJWA merupakan salah satu kelompok Islam yang menguasai dua pertiga wilayah Mali kabarnya telah menahan enam orang warga Prancis.
Tercatat, sudah 9 warga Prancis yang berkerja untuk perusahaan nuklir Perancis, Areva, diculik oleh pemberontak di Nigeria utara. Empat dari mereka telah dibebaskan. Sementara itu, dua penduduk sipil Prancis kembali diculik pada November 2011.
Kelompok islamis di Sahara sudah terbiasa melakukan penculikan untuk mendapatkan pendanaan operasional mereka. "Prancis adalah negara yang paling kuat mengeluarkan dana untuk kelompok jihad," ungkap Hamaha.
Dia menambahkan, MUJWA bisa mencoba untuk menculik Presiden Prancis, Francois Holande, "Saya ingin tahu, apa yang akan dikatakan masyarakat internasional jika kami menculik Holande." imbuh Hamaha.
Holande mengaku atidak takut dengan ancaman tersebut, ancaman tersebut tidak akan menghalangi Prancis untuk mengirimkan pasukan ke Mali. "Seperti sebelumnya, kami akan berusaha membebaskan para sandera dengan melakukan berbagai hal," ungkap Holande.
"Haruskah ancaman ini melemahkan pesan kami untuk persatuan Mali, dalam perang melawan terorisme? Saya pikir, kami justru harus melakukan hal sebaliknya. Langkah ini menunjukan kesungguhan posisi kami untuk berjuang melawan terorisme dan kami harus meyakinkan para penculik, bahwa kami bisa membebaskan sandera yang mereka tahan,” tandas Holande.
"Jika mereka terus menumpahkan minyak ke atas api, kami akan mengirimkan foto foto kematian warga Prancis yang ditahan dalam beberapa hari kedepan, " ungkap Juru Bicara kelompok Islamis, MUJWA, Oumar Ould Hamaha, seperti diberitakan al-Jazeera, Minggu (14/10/2012).
Hamaha menambahkan, dia tidak mampu menghitung berapa jumlah warga Prancis yang tersebar di Afrika Barat dan wilayah lainya. MUJWA merupakan salah satu kelompok Islam yang menguasai dua pertiga wilayah Mali kabarnya telah menahan enam orang warga Prancis.
Tercatat, sudah 9 warga Prancis yang berkerja untuk perusahaan nuklir Perancis, Areva, diculik oleh pemberontak di Nigeria utara. Empat dari mereka telah dibebaskan. Sementara itu, dua penduduk sipil Prancis kembali diculik pada November 2011.
Kelompok islamis di Sahara sudah terbiasa melakukan penculikan untuk mendapatkan pendanaan operasional mereka. "Prancis adalah negara yang paling kuat mengeluarkan dana untuk kelompok jihad," ungkap Hamaha.
Dia menambahkan, MUJWA bisa mencoba untuk menculik Presiden Prancis, Francois Holande, "Saya ingin tahu, apa yang akan dikatakan masyarakat internasional jika kami menculik Holande." imbuh Hamaha.
Holande mengaku atidak takut dengan ancaman tersebut, ancaman tersebut tidak akan menghalangi Prancis untuk mengirimkan pasukan ke Mali. "Seperti sebelumnya, kami akan berusaha membebaskan para sandera dengan melakukan berbagai hal," ungkap Holande.
"Haruskah ancaman ini melemahkan pesan kami untuk persatuan Mali, dalam perang melawan terorisme? Saya pikir, kami justru harus melakukan hal sebaliknya. Langkah ini menunjukan kesungguhan posisi kami untuk berjuang melawan terorisme dan kami harus meyakinkan para penculik, bahwa kami bisa membebaskan sandera yang mereka tahan,” tandas Holande.
(aww)