UPDATE Corona 18 Maret: Kematian Dekati 8.000 Jiwa, 82.624 Sembuh
A
A
A
JAKARTA - Wabah virus corona jenis baru, COVID-19, sudah menewaskan 7.980 atau mendekati 8.000 jiwa secara global hingga pagi ini (18/3/2020). Jumlah kasus infeksi mencapai 198.255 orang di 165 negara dengan 82.624 pasien disembuhkan.
Berikut data korban meninggal secara global akibat wabah tersebut yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info:
China: 3.237 orang
Italia: 2.503 orang
Iran: 988 orang
Korea Selatan: 84 orang
Spanyol: 533 orang
Jerman: 26 orang
Prancis: 175 orang
Amerika Serikat: 110 orang
Swiss: 27 orang
Inggris: 71 orang
Norwegia: 3 orang
Belanda: 43 orang
Swedia: 8 orang
Belgia: 10 orang
Denmark: 4 orang
Austria: 4 orang
Jepang: 29 orang
Kapal pesiar Diamond Princes: 7 orang
Kanada: 8 orang
Portugal: 1 orang
Yunani: 5 orang
Australia: 5 orang
Slovenia: 1 orang
Irlandia: 2 orang
Bahrain: 1 orang
Pakistan: 1 orang
Hong Kong: 4 orang
Filipina: 12 orang
Mesir: 6 orang
Polandia: 4 orang
Irak: 11 orang
Indonesia: 7 orang
Thailand: 1 orang
India: 3 orang
San Marino: 11 orang
Lebanon: 4 orang
Luksemburg: 1 orang
Taiwan: 1 orang
Turki: 1 orang
Bulgaria: 2 orang
Al Jazair (Algeria): 5 orang
Argentina: 2 orang
Panama: 1 orang
Albania: 1 orang
Ekuador: 2 orang
Hungaria: 1 orang
Maroko: 2 orang
Azerbaijan: 1 orang
Ukraina: 2 orang
Guyana: 1 orang
Sudan: 1 orang
Guatemala: 1 orang
Cayman Islands: 1 orang
Dari sekian banyak negara itu, pandemi COVID-19 di Italia yang saat ini sedang parah. Pemerintah setempat melaporkan 345 kematian baru sehingga jumlah total korban meninggal hingga kini mencapai 2.503 orang. (Baca: Wabah Virus Corona, Malaysia Lokcdown Total )
Pandemi COVID-19 di Italia adalah yang terparah setelah China dan saat ini jadi pusat wabah di Eropa. Di China, tercatat ada 80.894 kasus infeksi, jumlah kematian 3.237 jiwa dan jumlah pasien sembuh 69.614 orang.
Sementara itu, wabah COVID-19 di Asia Tenggara mendapat sorotan khusus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mendesak negara-negara di kawasan tersebut, termasuk Indonesia, bertindak agresif untuk memerangi virus yang telah menyebar cepat.
WHO memperingatkan bahwa beberapa negara sedang menuju ke arah penularan komunitas dari penyakit mematikan tersebut.
Infeksi telah melonjak di seluruh kawasan dalam beberapa pekan terakhir, memaksa beberapa negara untuk memperkenalkan langkah-langkah drastis mulai dari menutup perbatasan, melarang pengunjung asing, memberlakukan jam malam malam hingga menutup sekolah dan membatalkan acara olahraga.
Ada kekhawatiran bahwa sistem perawatan kesehatan masyarakat yang lebih lemah di banyak negara Asia Tenggara tidak akan mampu mengatasi wabah besar ini. (Baca juga: Lembaga Australia Kritik Jokowi Habis-habisan dalam Merespons Corona )
"Kita perlu segera meningkatkan semua upaya untuk mencegah virus menginfeksi lebih banyak orang," kata direktur regional WHO, Poonam Khetrapal Singh, seperti dikutip AFP.
"Semakin banyak kelompok penularan virus sedang dikonfirmasi. Meskipun ini merupakan indikasi pengawasan yang efektif dan waspada, ini juga menyoroti kebutuhan akan upaya yang lebih agresif dan seluruh masyarakat agar mencegah penyebaran COVID-19 lebih lanjut," ujarnya. "Kita jelas perlu bertindak lebih banyak, dan segera."
Berikut data korban meninggal secara global akibat wabah tersebut yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info:
China: 3.237 orang
Italia: 2.503 orang
Iran: 988 orang
Korea Selatan: 84 orang
Spanyol: 533 orang
Jerman: 26 orang
Prancis: 175 orang
Amerika Serikat: 110 orang
Swiss: 27 orang
Inggris: 71 orang
Norwegia: 3 orang
Belanda: 43 orang
Swedia: 8 orang
Belgia: 10 orang
Denmark: 4 orang
Austria: 4 orang
Jepang: 29 orang
Kapal pesiar Diamond Princes: 7 orang
Kanada: 8 orang
Portugal: 1 orang
Yunani: 5 orang
Australia: 5 orang
Slovenia: 1 orang
Irlandia: 2 orang
Bahrain: 1 orang
Pakistan: 1 orang
Hong Kong: 4 orang
Filipina: 12 orang
Mesir: 6 orang
Polandia: 4 orang
Irak: 11 orang
Indonesia: 7 orang
Thailand: 1 orang
India: 3 orang
San Marino: 11 orang
Lebanon: 4 orang
Luksemburg: 1 orang
Taiwan: 1 orang
Turki: 1 orang
Bulgaria: 2 orang
Al Jazair (Algeria): 5 orang
Argentina: 2 orang
Panama: 1 orang
Albania: 1 orang
Ekuador: 2 orang
Hungaria: 1 orang
Maroko: 2 orang
Azerbaijan: 1 orang
Ukraina: 2 orang
Guyana: 1 orang
Sudan: 1 orang
Guatemala: 1 orang
Cayman Islands: 1 orang
Dari sekian banyak negara itu, pandemi COVID-19 di Italia yang saat ini sedang parah. Pemerintah setempat melaporkan 345 kematian baru sehingga jumlah total korban meninggal hingga kini mencapai 2.503 orang. (Baca: Wabah Virus Corona, Malaysia Lokcdown Total )
Pandemi COVID-19 di Italia adalah yang terparah setelah China dan saat ini jadi pusat wabah di Eropa. Di China, tercatat ada 80.894 kasus infeksi, jumlah kematian 3.237 jiwa dan jumlah pasien sembuh 69.614 orang.
Sementara itu, wabah COVID-19 di Asia Tenggara mendapat sorotan khusus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mendesak negara-negara di kawasan tersebut, termasuk Indonesia, bertindak agresif untuk memerangi virus yang telah menyebar cepat.
WHO memperingatkan bahwa beberapa negara sedang menuju ke arah penularan komunitas dari penyakit mematikan tersebut.
Infeksi telah melonjak di seluruh kawasan dalam beberapa pekan terakhir, memaksa beberapa negara untuk memperkenalkan langkah-langkah drastis mulai dari menutup perbatasan, melarang pengunjung asing, memberlakukan jam malam malam hingga menutup sekolah dan membatalkan acara olahraga.
Ada kekhawatiran bahwa sistem perawatan kesehatan masyarakat yang lebih lemah di banyak negara Asia Tenggara tidak akan mampu mengatasi wabah besar ini. (Baca juga: Lembaga Australia Kritik Jokowi Habis-habisan dalam Merespons Corona )
"Kita perlu segera meningkatkan semua upaya untuk mencegah virus menginfeksi lebih banyak orang," kata direktur regional WHO, Poonam Khetrapal Singh, seperti dikutip AFP.
"Semakin banyak kelompok penularan virus sedang dikonfirmasi. Meskipun ini merupakan indikasi pengawasan yang efektif dan waspada, ini juga menyoroti kebutuhan akan upaya yang lebih agresif dan seluruh masyarakat agar mencegah penyebaran COVID-19 lebih lanjut," ujarnya. "Kita jelas perlu bertindak lebih banyak, dan segera."
(mas)