Putra Mahkota MBS Disebut Kejar Eks Intelijen Saudi ke Kanada
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Kanada memberikan perlindungan kepada seorang mantan pejabat tinggi intelijen Arab Saudi yang dianggap sebagai ancaman terhadap pemerintahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Tiga sumber yang mengetahui hal itu mengungkapkannya kepada Middle East Eye (MEE).
Saad al-Jabri, yang pernah menjadi penasihat tepercaya untuk pesain MBS, yakni mantan putra mahkota Mohammed bin Nayef (MBN), digambarkan oleh beberapa pengamat sebagai orang Arab Saudi yang paling diburu di luar kerajaan. MBN sendiri dilaporkan telah ditangkap dan ditahan sejak Jumat pekan lalu karena dicurigai merencanakan kudeta dengan sejumlah pangeran lain.
Selain digulingkan sebagai putra mahkota, MBN juga dibebaskan tugaskan dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri pada tahun 2017. MBN yang merupakan keponakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud memiliki ikatan mendalam dengan agen-agen intelijen Barat.
Jabri melarikan diri dari kerajaan pada tahun 2017 tepat sebelum MBN dimasukkan ke dalam tahanan rumah dan posisinya sebagai putra mahkota digantikan oleh MBS.
Perlindungannya di Kanada menimbulkan pertanyaan baru tentang pertikaian diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Ottawa dan Riyadh pada musim panas 2018.
Pemerintah Arab Saudi sejauh ini tetap tidak mengomentari laporan penangkapan sejumlah pangeran yang dicurigai merencanakan kudeta. Selain MBN, pangeran senior Saudi lainnya yang ditangkap adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud yang tidak lain adalah adik Raja Salman.
Menurut laporan MEE, kesetiaannya kepada MBN dan pengetahuannya selama puluhan tahun tentang pekerjaan intelijen di kementerian dalam negeri membuat Jabri menjadi target Putra Mahkota MBS dan membuatnya melarikan diri dari kerajaan.
"Mari kita asumsikan bahwa mungkin ada kudeta di Saudi," kata seorang sumber yang mengetahui perburuan terhadap Jabri, yang berbicara dengan syarat anonim. "Dia adalah ancaman terbesar. Dia memiliki uang dan kekuatan untuk melakukan sesuatu," ujarnya, yang dilansir Kamis (12/3/2020).
Sumber kedua mengatakan bahkan di Kanada, mantan pejabat tinggi intelijen Saudi itu terus dikejar. Dia menerima pesan yang mengintimidasi dari Putra Mahkota MBS. Menurut sumber tersebut, ada juga kekhawatiran bahwa adanya upaya rendisi di tanah Kanada untuk membawa Jabri kembali ke kerajaan.
MEE dalam laporannya menyatakan tidak memungkinan memverifikasi paparan dari sumber-sumber tersebut secara independen, terlebih pemerintah kerajaan menutup rapat informasi sensitif yang menyangkut pemerintahan Raja Salman dan Putra Mahkota MBS.
Badan Intelijen Keamanan Kanada juga menolak memberikan komentar terkait perburuan MBS terhadap Jabri.
Seorang juru bicara Royal Canadian Mounted Police (RCMP) atau Polisi Kanada mengatakan kepada MEE: "Secara umum, hanya dalam hal investigasi yang bisa menghasilkan pengajuan tuntutan pidana, RCMP akan mengkonfirmasi penyelidikannya, sifat dari setiap tuduhan yang diajukan dan identitas orang yang terlibat tersebut."
MEE meminta komentar dari Jabri dan keluarganya melalui beberapa saluran, tetapi tidak menerima tanggapan pada saat laporan diterbitkan.
Tetapi sumber-sumber yang mengungkap perburuan terhadap Jabri menjelaskan tentang apa yang terjadi. Mereka mengatakan ada hal penting terkait risiko jika mengungkapkan sejauh mana Putra Mahkota MBS pergi untuk mengejar Jabri.
Selama masa jabatannya di Kementerian Dalam Negeri Kerajaan, Jabri terlibat erat dalam kegiatan kontraterorisme dan melayani, khususnya, sebagai saluran antara MBN dengan para pemimpin agama di Arab Saudi.
Dengan dimulainya Mohammed bin Salman berkuasa secara de facto pada Januari 2015 setelah kematian Raja Abdullah dan aksesi Raja Salman, sebuah perebutan kekuasaan terjadi di dalam Kementerian Dalam Negeri antara Jabri dan pejabat tinggi lainnya, yakni Jenderal Abdulaziz al-Huwairini. Hal itu diungkap dua sumber yang berbicara kepada MEE.
Baik Jabri dan Huwairini dipahami memiliki hubungan dekat dengan dinas intelijen Amerika Serikat di bawah kepemimpinan MBN yang telah menetapkan dirinya sebagai teman bicara utama bahkan sebelum serangan 11 September 2001 atau serangan 9/11 di Amerika.
Tetapi, kata salah satu sumber, ketegangan muncul karena kesetiaan mereka. Jabri mendukung MBN, yang pada waktu itu adalah putra mahkota, sementara Huwairini lebih menyukai MBS. Pada akhirnya, kubu MBS tumbuh semakin kuat dan kubu MBN bersama Jabri terdepak.
Pada September 2015, Jabri dilaporkan bertemu dengan Direktur CIA yang saat itu adalah John Brennan selama perjalanan ke Washington. Perjalanan Jabri kala itu belum disadari oleh MBS. Ketika Jabri pulang ke Arab Saudi, dia dipecat melalui dekrit kerajaan.
Kolumnis Washington Post, David Ignatius menulis bahwa pemecatan Jabri seharusnya menjadi tanda peringatan dini bahwa MBS dapat memulai memimpin kerajaan.
Pada Juni 2017, giliran MBN. Bulan itu, dia digulingkan, disingkirkan dari perannya sebagai putra mahkota dan menteri dalam negeri. Dia selanjutnya ditempatkan di bawah tahanan rumah di sebuah istana.
Setelah apa yang dialami MBN, Huwairini juga dilaporkan dipindahkan dari posisinya dan dikurung di rumahnya sebentar. Para pejabat AS mengatakan kepada New York Times pada saat itu bahwa hilangnya MBN dan Huwarini dapat merusak pembagian intelijen antara AS dengan Kerajaan Arab Saudi.
Tetapi dalam sebulan, Huwairini dipromosikan untuk memimpin Direktorat Keamanan Negara yang baru dibentuk yang bertanggung jawab atas keamanan nasional dan dilaporkan mengambil peran intelijen domestik, pasukan operasi khusus dan kegiatan anti-terorisme dari tangan kementerian dalam negeri. Pada saat itu, Jabri sudah beberapa minggu menuju pelariannya.
Setelah awalnya melarikan diri melalui Jerman pada musim panas 2017, Jabri melanjutkan perjalanan ke AS dan diyakini telah tinggal di wilayah Boston. Selama waktu ini, dia menulis posting blog untuk Belfer Center Harvard University.
Namun, terlepas dari hubungan yang luas dengan komunitas intelijen AS sebagai ajudan MBN, dua sumber yang menginformasikan masalah ini mengatakan Jabri tidak merasa aman di AS ketika Donald Trump berkuasa. Sebaliknya, dia pergi ke Kanada di mana para pejabat mengamankan tempat perlindungannya pada November 2017 dan, sebulan kemudian, beberapa anggota keluarganya.
Sumber ketiga yang mengetahui situasi terkait Jabri mengatakan kepada MEE bahwa ketika dia tiba di Kanada, dia dikejar oleh orang Arab Saudi yang bersedia melakukan apa saja untuk membawanya kembali ke kerajaan.
Sumber tersebut mengatakan bahwa Jabri lebih memilih lari Kanada daripada AS bukan karena masalah keamanan tertentu, tetapi karena mungkin lebih mudah untuk membawa keluarganya agar bergabung dengannya.
MEE bertanya kepada pihak Urusan Global Kementerian Luar Negeri Kanada apakah pemerintah telah melindungi Jabri dan keluarganya dan mengapa, serta apakah pemerintah Saudi memberi kesan mereka menginginkannya kembali dalam komunikasi dengan Ottawa.
Seorang juru bicara otoritas tersebut menjawab; "Urusan Global Kanada tidak mengomentari komunikasi bilateral antarnegara."
Seorang juru bicara di Imigrasi, Pengungsi dan Kewarganegaraan Kanada mengatakan kementerian tidak mengomentari kasus-kasus individual.
MEE menghubungi Kedutaan Besar Arab Saudi di Kanada untuk berkomentar tetapi belum menerima tanggapan pada saat laporan diterbitkan.
Pengungkapan bantuan pemerintah Kanada untuk Jabri dan keluarganya akan menimbulkan pertanyaan apakah hal itu yang memicu pertikaian diplomatik antara Ottawa dan Riyadh yang pernah pecah pada Agustus 2018.
Pertikaian diplomatik mulai terjadi setelah Kedutaan Kanada di Riyadh men-tweet dalam bahasa Arab, yang menyerukan pembebasan para aktivis hak asasi manusia, meskipun para ahli mengatakan ada frustrasi yang muncul di Riyadh.
Dalam waktu 48 jam dari tweet Kedutaan Kanada, Arab Saudi menarik utusannya di Ottawa, mengusir duta besar Kanada untuk kerajaan dan membekukan semua transaksi bisnis dan investasi baru. Pertikaian diplomatik itu membuat para pengamat kawakan tercengang.
Sumber yang menginformasikan tentang perlindungan Jabri di Kanada mengatakan mereka yakin menyembunyikan mantan pejabat intelijen itu dengan lebih baik menjadi penjelasan mengapa pertikaian diplomatik meningkat begitu cepat.
"Tweet itu hanya sedotan yang mematahkan punggung unta dan MBS adalah unta," kata salah satu sumber.
Namun, sumber diplomatik Kanada memperingatkan agar tidak menghubungkan kehadiran Jabri di negara itu dengan perselisihan diplomatik yang menurutnya tidak terkait.
Thomas Juneau mengatakan ia telah mewawancarai banyak diplomat dan yang lainnya yang terlibat dalam pertikaian diplomatik Saudi-Kanada dan Jabri “tidak pernah muncul”. Tapi sekarang dia punya pertanyaan.
"Saya tidak punya alasan untuk percaya bahwa itu membentuk perselisihan. Saya pikir alasan bahwa MBS melakukan apa yang dia lakukan (pada Agustus 2018) jelas. Tapi apakah ini sedikit kesal yang menambah frustrasinya dengan Kanada?," katanya. "Pasti ada semacam interaksi antara dua alur cerita."
Selain dari posting blog-nya, Jabri telah keluar dari radar publik sejak dia meninggalkan kerajaan meskipun beberapa sumber Saudi dan Teluk mengatakan kepada MEE bahwa mereka telah mendengar Jabri berada di Kanada.
"Dia dijauhkan dari pandangan publik," kata seorang pembangkang Saudi, yang berbicara dengan syarat anonim. "Beberapa orang melihatnya secara kebetulan, tetapi bukan karena dia mendekati orang-orang oposisi."
Bruce Riedel, seorang mantan analis CIA dan direktur Brookings Intelligence Project, mengatakan dia tidak terkejut bahwa Jabri akan menemukan Kanada sebagai tempat lebih ramah daripada AS.
"Siapa pun yang adalah seorang pembangkang pada beberapa titik berisiko dipaksa untuk kembali atau dibunuh di tempat," katanya. "Pemerintahan Trump mengabaikan masalah itu."
Trump mendapat kecaman karena meremehkan peran Putra Mahkota MBS dalam kasus pembunuhan jurnalis Saudi; Jamal Khashoggi, pada November 2018 meskipun CIA menyimpulkan bahwa MBS yang memerintahkan operasi.
Saad al-Jabri, yang pernah menjadi penasihat tepercaya untuk pesain MBS, yakni mantan putra mahkota Mohammed bin Nayef (MBN), digambarkan oleh beberapa pengamat sebagai orang Arab Saudi yang paling diburu di luar kerajaan. MBN sendiri dilaporkan telah ditangkap dan ditahan sejak Jumat pekan lalu karena dicurigai merencanakan kudeta dengan sejumlah pangeran lain.
Selain digulingkan sebagai putra mahkota, MBN juga dibebaskan tugaskan dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri pada tahun 2017. MBN yang merupakan keponakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud memiliki ikatan mendalam dengan agen-agen intelijen Barat.
Jabri melarikan diri dari kerajaan pada tahun 2017 tepat sebelum MBN dimasukkan ke dalam tahanan rumah dan posisinya sebagai putra mahkota digantikan oleh MBS.
Perlindungannya di Kanada menimbulkan pertanyaan baru tentang pertikaian diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Ottawa dan Riyadh pada musim panas 2018.
Pemerintah Arab Saudi sejauh ini tetap tidak mengomentari laporan penangkapan sejumlah pangeran yang dicurigai merencanakan kudeta. Selain MBN, pangeran senior Saudi lainnya yang ditangkap adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud yang tidak lain adalah adik Raja Salman.
Menurut laporan MEE, kesetiaannya kepada MBN dan pengetahuannya selama puluhan tahun tentang pekerjaan intelijen di kementerian dalam negeri membuat Jabri menjadi target Putra Mahkota MBS dan membuatnya melarikan diri dari kerajaan.
"Mari kita asumsikan bahwa mungkin ada kudeta di Saudi," kata seorang sumber yang mengetahui perburuan terhadap Jabri, yang berbicara dengan syarat anonim. "Dia adalah ancaman terbesar. Dia memiliki uang dan kekuatan untuk melakukan sesuatu," ujarnya, yang dilansir Kamis (12/3/2020).
Sumber kedua mengatakan bahkan di Kanada, mantan pejabat tinggi intelijen Saudi itu terus dikejar. Dia menerima pesan yang mengintimidasi dari Putra Mahkota MBS. Menurut sumber tersebut, ada juga kekhawatiran bahwa adanya upaya rendisi di tanah Kanada untuk membawa Jabri kembali ke kerajaan.
MEE dalam laporannya menyatakan tidak memungkinan memverifikasi paparan dari sumber-sumber tersebut secara independen, terlebih pemerintah kerajaan menutup rapat informasi sensitif yang menyangkut pemerintahan Raja Salman dan Putra Mahkota MBS.
Badan Intelijen Keamanan Kanada juga menolak memberikan komentar terkait perburuan MBS terhadap Jabri.
Seorang juru bicara Royal Canadian Mounted Police (RCMP) atau Polisi Kanada mengatakan kepada MEE: "Secara umum, hanya dalam hal investigasi yang bisa menghasilkan pengajuan tuntutan pidana, RCMP akan mengkonfirmasi penyelidikannya, sifat dari setiap tuduhan yang diajukan dan identitas orang yang terlibat tersebut."
MEE meminta komentar dari Jabri dan keluarganya melalui beberapa saluran, tetapi tidak menerima tanggapan pada saat laporan diterbitkan.
Tetapi sumber-sumber yang mengungkap perburuan terhadap Jabri menjelaskan tentang apa yang terjadi. Mereka mengatakan ada hal penting terkait risiko jika mengungkapkan sejauh mana Putra Mahkota MBS pergi untuk mengejar Jabri.
Selama masa jabatannya di Kementerian Dalam Negeri Kerajaan, Jabri terlibat erat dalam kegiatan kontraterorisme dan melayani, khususnya, sebagai saluran antara MBN dengan para pemimpin agama di Arab Saudi.
Dengan dimulainya Mohammed bin Salman berkuasa secara de facto pada Januari 2015 setelah kematian Raja Abdullah dan aksesi Raja Salman, sebuah perebutan kekuasaan terjadi di dalam Kementerian Dalam Negeri antara Jabri dan pejabat tinggi lainnya, yakni Jenderal Abdulaziz al-Huwairini. Hal itu diungkap dua sumber yang berbicara kepada MEE.
Baik Jabri dan Huwairini dipahami memiliki hubungan dekat dengan dinas intelijen Amerika Serikat di bawah kepemimpinan MBN yang telah menetapkan dirinya sebagai teman bicara utama bahkan sebelum serangan 11 September 2001 atau serangan 9/11 di Amerika.
Tetapi, kata salah satu sumber, ketegangan muncul karena kesetiaan mereka. Jabri mendukung MBN, yang pada waktu itu adalah putra mahkota, sementara Huwairini lebih menyukai MBS. Pada akhirnya, kubu MBS tumbuh semakin kuat dan kubu MBN bersama Jabri terdepak.
Pada September 2015, Jabri dilaporkan bertemu dengan Direktur CIA yang saat itu adalah John Brennan selama perjalanan ke Washington. Perjalanan Jabri kala itu belum disadari oleh MBS. Ketika Jabri pulang ke Arab Saudi, dia dipecat melalui dekrit kerajaan.
Kolumnis Washington Post, David Ignatius menulis bahwa pemecatan Jabri seharusnya menjadi tanda peringatan dini bahwa MBS dapat memulai memimpin kerajaan.
Pada Juni 2017, giliran MBN. Bulan itu, dia digulingkan, disingkirkan dari perannya sebagai putra mahkota dan menteri dalam negeri. Dia selanjutnya ditempatkan di bawah tahanan rumah di sebuah istana.
Setelah apa yang dialami MBN, Huwairini juga dilaporkan dipindahkan dari posisinya dan dikurung di rumahnya sebentar. Para pejabat AS mengatakan kepada New York Times pada saat itu bahwa hilangnya MBN dan Huwarini dapat merusak pembagian intelijen antara AS dengan Kerajaan Arab Saudi.
Tetapi dalam sebulan, Huwairini dipromosikan untuk memimpin Direktorat Keamanan Negara yang baru dibentuk yang bertanggung jawab atas keamanan nasional dan dilaporkan mengambil peran intelijen domestik, pasukan operasi khusus dan kegiatan anti-terorisme dari tangan kementerian dalam negeri. Pada saat itu, Jabri sudah beberapa minggu menuju pelariannya.
Setelah awalnya melarikan diri melalui Jerman pada musim panas 2017, Jabri melanjutkan perjalanan ke AS dan diyakini telah tinggal di wilayah Boston. Selama waktu ini, dia menulis posting blog untuk Belfer Center Harvard University.
Namun, terlepas dari hubungan yang luas dengan komunitas intelijen AS sebagai ajudan MBN, dua sumber yang menginformasikan masalah ini mengatakan Jabri tidak merasa aman di AS ketika Donald Trump berkuasa. Sebaliknya, dia pergi ke Kanada di mana para pejabat mengamankan tempat perlindungannya pada November 2017 dan, sebulan kemudian, beberapa anggota keluarganya.
Sumber ketiga yang mengetahui situasi terkait Jabri mengatakan kepada MEE bahwa ketika dia tiba di Kanada, dia dikejar oleh orang Arab Saudi yang bersedia melakukan apa saja untuk membawanya kembali ke kerajaan.
Sumber tersebut mengatakan bahwa Jabri lebih memilih lari Kanada daripada AS bukan karena masalah keamanan tertentu, tetapi karena mungkin lebih mudah untuk membawa keluarganya agar bergabung dengannya.
MEE bertanya kepada pihak Urusan Global Kementerian Luar Negeri Kanada apakah pemerintah telah melindungi Jabri dan keluarganya dan mengapa, serta apakah pemerintah Saudi memberi kesan mereka menginginkannya kembali dalam komunikasi dengan Ottawa.
Seorang juru bicara otoritas tersebut menjawab; "Urusan Global Kanada tidak mengomentari komunikasi bilateral antarnegara."
Seorang juru bicara di Imigrasi, Pengungsi dan Kewarganegaraan Kanada mengatakan kementerian tidak mengomentari kasus-kasus individual.
MEE menghubungi Kedutaan Besar Arab Saudi di Kanada untuk berkomentar tetapi belum menerima tanggapan pada saat laporan diterbitkan.
Pengungkapan bantuan pemerintah Kanada untuk Jabri dan keluarganya akan menimbulkan pertanyaan apakah hal itu yang memicu pertikaian diplomatik antara Ottawa dan Riyadh yang pernah pecah pada Agustus 2018.
Pertikaian diplomatik mulai terjadi setelah Kedutaan Kanada di Riyadh men-tweet dalam bahasa Arab, yang menyerukan pembebasan para aktivis hak asasi manusia, meskipun para ahli mengatakan ada frustrasi yang muncul di Riyadh.
Dalam waktu 48 jam dari tweet Kedutaan Kanada, Arab Saudi menarik utusannya di Ottawa, mengusir duta besar Kanada untuk kerajaan dan membekukan semua transaksi bisnis dan investasi baru. Pertikaian diplomatik itu membuat para pengamat kawakan tercengang.
Sumber yang menginformasikan tentang perlindungan Jabri di Kanada mengatakan mereka yakin menyembunyikan mantan pejabat intelijen itu dengan lebih baik menjadi penjelasan mengapa pertikaian diplomatik meningkat begitu cepat.
"Tweet itu hanya sedotan yang mematahkan punggung unta dan MBS adalah unta," kata salah satu sumber.
Namun, sumber diplomatik Kanada memperingatkan agar tidak menghubungkan kehadiran Jabri di negara itu dengan perselisihan diplomatik yang menurutnya tidak terkait.
Thomas Juneau mengatakan ia telah mewawancarai banyak diplomat dan yang lainnya yang terlibat dalam pertikaian diplomatik Saudi-Kanada dan Jabri “tidak pernah muncul”. Tapi sekarang dia punya pertanyaan.
"Saya tidak punya alasan untuk percaya bahwa itu membentuk perselisihan. Saya pikir alasan bahwa MBS melakukan apa yang dia lakukan (pada Agustus 2018) jelas. Tapi apakah ini sedikit kesal yang menambah frustrasinya dengan Kanada?," katanya. "Pasti ada semacam interaksi antara dua alur cerita."
Selain dari posting blog-nya, Jabri telah keluar dari radar publik sejak dia meninggalkan kerajaan meskipun beberapa sumber Saudi dan Teluk mengatakan kepada MEE bahwa mereka telah mendengar Jabri berada di Kanada.
"Dia dijauhkan dari pandangan publik," kata seorang pembangkang Saudi, yang berbicara dengan syarat anonim. "Beberapa orang melihatnya secara kebetulan, tetapi bukan karena dia mendekati orang-orang oposisi."
Bruce Riedel, seorang mantan analis CIA dan direktur Brookings Intelligence Project, mengatakan dia tidak terkejut bahwa Jabri akan menemukan Kanada sebagai tempat lebih ramah daripada AS.
"Siapa pun yang adalah seorang pembangkang pada beberapa titik berisiko dipaksa untuk kembali atau dibunuh di tempat," katanya. "Pemerintahan Trump mengabaikan masalah itu."
Trump mendapat kecaman karena meremehkan peran Putra Mahkota MBS dalam kasus pembunuhan jurnalis Saudi; Jamal Khashoggi, pada November 2018 meskipun CIA menyimpulkan bahwa MBS yang memerintahkan operasi.
(mas)