COVID-19 Mewabah di AS karena Pemerintah Trump Salah Langkah
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Presiden Donald Trump jadi bulan-bulanan kritik pakar setelah virus corona baru, COVID-19 , mewabah di Amerika Serikat (AS). Menurut para pakar, virus mewabah di Amerika karena pemerintah salah langkah awal dan respons yang tertunda terhadap penyakit tersebut.
Kesalahan itulah yang memungkinkan penyebaran virus corona baru di Amerika tidak terdeteksi.
Sebuah laporan yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pada hari Senin mengatakan batas jumlah orang yang dites dan masalah dengan peralatan tes telah memperlambat perjuangan negara melawan COVID-19. (Baca: AS Ternyata Tak Punya Alat yang Cukup untuk Tes Virus Corona )
"Pada tahap awal, COVID-19 telah menyebar melampaui kemampuan bangsa untuk mendeteksinya," tulis tim pakar Universitas Stanford dalam laporan tersebut.
Para pakar mengatakan laboratorium negara bagian juga mengalami kesulitan memverifikasi hasil tes, sebuah alasan yang saat ini masih diselidiki.
Ini merujuk pada seorang wanita yang terinfeksi di California dan menolak tes untuk virus itu karena dia belum melakukan perjalanan ke China, di mana wabah COVID-19 muncul mulai bulan Desember 2019.
“CDC (Pusat Pengandalian dan Pencegahan Penyakit) pada awalnya juga membatasi akses untuk tes terhadap sekelompok kecil individu dengan paparan yang diketahui. Penundaan penemuan kasus COVID-19 di California, diikuti dengan cepat oleh bukti penularan komunitas di berbagai negara (bagian), mengungkapkan kekurangan strategi ini," lanjut laporan para pakar.
Wanita yang identitasnya dilindungi itu diuji dan dikonfirmasi memiliki virus dalam kasus pertama penularan di komunitas yang diketahui di AS. (Baca: Ahmadinejad: Virus Corona Senjata Biologis yang Dibuat di Laboratorium )
Laporan para pakar mengatakan bahwa tes meluas, bahkan untuk pasien dengan gejala ringan, dapat membanjiri industri kesehatan dan membuatnya lebih sulit bagi pasien dengan gejala parah untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Pemerintah AS telah mengkritik upaya awal China untuk mengatasi penyakit ini dengan menuduh para pejabat Beijing tidak terbuka tentang penyebaran virus.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Michael Richard Pompeo menuduh China berbagi informasi yang tidak memadai yang menempatkan AS "di belakang kurva" karena berurusan dengan virus corona baru.
Tetapi administrasi Trump telah dikecam karena penanganan penyakit tersebut di dalam negeri, setelah Wakil Presiden Mike Pence—yang ditugaskan memimpin respons AS terhadap COVID-19—mengakui pada pekan lalu bahwa tidak ada peralatan tes diagnostik yang cukup untuk memenuhi permintaan.
Presiden Donald Trump mengatakan dia akan membuat pidato pada hari Kamis (12/3/2020) mengenai langkah-langkah pemerintah untuk menghadapi tantangan kesehatan dan ekonomi yang meningkat di Amerika Serikat akibat virus corona baru.
"Saya akan membuat pernyataan nanti malam tentang apa yang telah saya putuskan untuk dilakukan," katanya kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dikutip AFP.
Trump mengatakan dia akan menjelaskan rencananya untuk menangani krisis kesehatan, karena kasus infeksi virus berlipat ganda. Dia tidak menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah dia berencana untuk memberlakukan pembatasan perjalanan baru.
Sebelumnya dia telah menuliskan tweet yang berbunyi; "Sepenuhnya siap untuk menggunakan kekuatan penuh dari Pemerintah Federal untuk menghadapi tantangan kita saat ini dari virus corona!".
Hingga malam ini (12/3/2020), virus corona baru telah merenggut lebih dari 4.754 nyawa di seluruh dunia dan telah mengacaukan ekonomi dunia. (Baca juga: Bak Zombie, Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Trump, yang telah dikritik karena tanggapannya terhadap krisis, membuat komentarnya saat bertemu dengan para pemimpin bank AS tentang cara-cara membantu konsumen dan bisnis kecil. "Kami akan melakukan banyak pekerjaan tambahan dengan bisnis kecil..., miliaran dolar," katanya.
Dia diperkirakan akan mengumumkan keringanan pajak jangka pendek atau bentuk bantuan lain untuk individu dan juga paket stimulus untuk membantu ekonomi memasuki putaran negatif yang dikhawatirkan akan berakhir pada resesi.
Presiden tidak mengatakan apakah dia akan memenuhi tuntutan dari beberapa politisi untuk menyatakan keadaan darurat nasional, yang akan membebaskan dana bencana federal.
Kesalahan itulah yang memungkinkan penyebaran virus corona baru di Amerika tidak terdeteksi.
Sebuah laporan yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pada hari Senin mengatakan batas jumlah orang yang dites dan masalah dengan peralatan tes telah memperlambat perjuangan negara melawan COVID-19. (Baca: AS Ternyata Tak Punya Alat yang Cukup untuk Tes Virus Corona )
"Pada tahap awal, COVID-19 telah menyebar melampaui kemampuan bangsa untuk mendeteksinya," tulis tim pakar Universitas Stanford dalam laporan tersebut.
Para pakar mengatakan laboratorium negara bagian juga mengalami kesulitan memverifikasi hasil tes, sebuah alasan yang saat ini masih diselidiki.
Ini merujuk pada seorang wanita yang terinfeksi di California dan menolak tes untuk virus itu karena dia belum melakukan perjalanan ke China, di mana wabah COVID-19 muncul mulai bulan Desember 2019.
“CDC (Pusat Pengandalian dan Pencegahan Penyakit) pada awalnya juga membatasi akses untuk tes terhadap sekelompok kecil individu dengan paparan yang diketahui. Penundaan penemuan kasus COVID-19 di California, diikuti dengan cepat oleh bukti penularan komunitas di berbagai negara (bagian), mengungkapkan kekurangan strategi ini," lanjut laporan para pakar.
Wanita yang identitasnya dilindungi itu diuji dan dikonfirmasi memiliki virus dalam kasus pertama penularan di komunitas yang diketahui di AS. (Baca: Ahmadinejad: Virus Corona Senjata Biologis yang Dibuat di Laboratorium )
Laporan para pakar mengatakan bahwa tes meluas, bahkan untuk pasien dengan gejala ringan, dapat membanjiri industri kesehatan dan membuatnya lebih sulit bagi pasien dengan gejala parah untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Pemerintah AS telah mengkritik upaya awal China untuk mengatasi penyakit ini dengan menuduh para pejabat Beijing tidak terbuka tentang penyebaran virus.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Michael Richard Pompeo menuduh China berbagi informasi yang tidak memadai yang menempatkan AS "di belakang kurva" karena berurusan dengan virus corona baru.
Tetapi administrasi Trump telah dikecam karena penanganan penyakit tersebut di dalam negeri, setelah Wakil Presiden Mike Pence—yang ditugaskan memimpin respons AS terhadap COVID-19—mengakui pada pekan lalu bahwa tidak ada peralatan tes diagnostik yang cukup untuk memenuhi permintaan.
Presiden Donald Trump mengatakan dia akan membuat pidato pada hari Kamis (12/3/2020) mengenai langkah-langkah pemerintah untuk menghadapi tantangan kesehatan dan ekonomi yang meningkat di Amerika Serikat akibat virus corona baru.
"Saya akan membuat pernyataan nanti malam tentang apa yang telah saya putuskan untuk dilakukan," katanya kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dikutip AFP.
Trump mengatakan dia akan menjelaskan rencananya untuk menangani krisis kesehatan, karena kasus infeksi virus berlipat ganda. Dia tidak menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah dia berencana untuk memberlakukan pembatasan perjalanan baru.
Sebelumnya dia telah menuliskan tweet yang berbunyi; "Sepenuhnya siap untuk menggunakan kekuatan penuh dari Pemerintah Federal untuk menghadapi tantangan kita saat ini dari virus corona!".
Hingga malam ini (12/3/2020), virus corona baru telah merenggut lebih dari 4.754 nyawa di seluruh dunia dan telah mengacaukan ekonomi dunia. (Baca juga: Bak Zombie, Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Trump, yang telah dikritik karena tanggapannya terhadap krisis, membuat komentarnya saat bertemu dengan para pemimpin bank AS tentang cara-cara membantu konsumen dan bisnis kecil. "Kami akan melakukan banyak pekerjaan tambahan dengan bisnis kecil..., miliaran dolar," katanya.
Dia diperkirakan akan mengumumkan keringanan pajak jangka pendek atau bentuk bantuan lain untuk individu dan juga paket stimulus untuk membantu ekonomi memasuki putaran negatif yang dikhawatirkan akan berakhir pada resesi.
Presiden tidak mengatakan apakah dia akan memenuhi tuntutan dari beberapa politisi untuk menyatakan keadaan darurat nasional, yang akan membebaskan dana bencana federal.
(mas)