Ahmadinejad: Virus Corona Senjata Biologis yang Dibuat di Laboratorium
A
A
A
TEHERAN - Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengirim surat kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempromisikan bahwa wabah virus corona baru, COVID-19 , sebagai bagian dari perang biologis.
Menurutnya, virus itu adalah senjata biologis yang dibuat di laboratorium. Namun, dia tidak mengajukan bukti atas klaimnya.
COVID-19 selama ini diyakini berasal dari "pasar basah" di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menjual hewan hidup dan mati untuk dikonsumsi manusia.
Para ahli teori konspirasi sebelumnya juga mengumbar banyak klaim palsu, termasuk bahwa virus itu dikembangkan di laboratorium militer Amerika Serikat (AS) atau pun China—termasuk salah satunya dibuat di Wuhan. Ada juga klaim bahwa COVID-19 adalah plot AS untuk menjatuhkan Iran dan China. Sejauh ini tidak ada bukti yang mendukung semua teori konspirasi tersebut.
Surat Ahmadinejad dikirimkan kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Senin. Bekas presiden Iran itu kemudian men-tweet-kan salinan suratnya pada hari Selasa. (Baca: Ini Alasan Iran Menumpuk Banyak Mayat Korban Virus Corona )
"WHO harus segera mengidentifikasi laboratorium yang memproduksi dan menyebarkan virus, serta pusat-pusat lain yang mendukung perang biologis melawan kemanusiaan. @DrTedros," tulis Ahmedinejad via akun Twitter-nya, @Ahmadinejad1956.
Meskipun Ahmadinejad mencatat bahwa kelemahan atau kegagalan pejabat di beberapa negara telah berdampak pada ukuran penyebaran dan kerusakan yang disebabkan oleh epidemi COVID-19, ia mengklaim bahwa "pengemudi" sebenarnya adalah laboratorium tak dikenal yang menyebarkan penyakit.
"Tanggung jawab utama produksi dan distribusi virus, oleh laboratorium yang memproduksinya, dan mereka yang melakukan perang biologis terhadap negara, tidak boleh diabaikan," tulis Ahmadinejad dalam suratnya.
WHO, melalui seorang juru bicaranya, mengatakan kepada Newsweek bahwa ada semakin banyak bukti hubungan antara COVID-19 dan virus corona lain yang bersirkulasi pada kelelawar, lebih khusus dari sub-spesies kelelawar Rhinolophus. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
"Namun, rute penularan ke manusia pada awal event ini masih belum jelas," kata juru bicara WHO. "Hipotesis yang paling mungkin saat ini adalah bahwa hewan inang perantara telah memainkan peran dalam penularannya. Baik kelompok pakar China maupun eksternal bekerja dalam upaya mengidentifikasi sumber hewan dari virus baru ini," lanjut dia, yang dilansir Kamis (12/3/2020).
Ahmadinejad adalah presiden Iran dari 2005 hingga 2013. Dia menjadi terkenal karena retorikanya yang agresif terhadap Israel, AS dan negara-negara Barat lainnya. Dia mengakui bahwa Iran "menderita kerusakan besar dan menanggung biaya besar" akibat wabah COVID-19, tetapi tidak menyalahkan kegagalan pada pihak rezim.
Iran adalah salah satu negara yang paling parah yang terkena dampak COVID-19 di luar China. Data dari situs pelaporan online worldometers.info mencatat ada 10.075 kasus infeksi COVID-19 di Iran pada Kamis (12/3/2020) malam dengan jumlah korban meninggal mencapai 429 orang. Sejumlah pejabat rezim Teheran berada di antara mereka yang terinfeksi dan meninggal oleh strain COVID-19.
Menurutnya, virus itu adalah senjata biologis yang dibuat di laboratorium. Namun, dia tidak mengajukan bukti atas klaimnya.
COVID-19 selama ini diyakini berasal dari "pasar basah" di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menjual hewan hidup dan mati untuk dikonsumsi manusia.
Para ahli teori konspirasi sebelumnya juga mengumbar banyak klaim palsu, termasuk bahwa virus itu dikembangkan di laboratorium militer Amerika Serikat (AS) atau pun China—termasuk salah satunya dibuat di Wuhan. Ada juga klaim bahwa COVID-19 adalah plot AS untuk menjatuhkan Iran dan China. Sejauh ini tidak ada bukti yang mendukung semua teori konspirasi tersebut.
Surat Ahmadinejad dikirimkan kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Senin. Bekas presiden Iran itu kemudian men-tweet-kan salinan suratnya pada hari Selasa. (Baca: Ini Alasan Iran Menumpuk Banyak Mayat Korban Virus Corona )
"WHO harus segera mengidentifikasi laboratorium yang memproduksi dan menyebarkan virus, serta pusat-pusat lain yang mendukung perang biologis melawan kemanusiaan. @DrTedros," tulis Ahmedinejad via akun Twitter-nya, @Ahmadinejad1956.
Meskipun Ahmadinejad mencatat bahwa kelemahan atau kegagalan pejabat di beberapa negara telah berdampak pada ukuran penyebaran dan kerusakan yang disebabkan oleh epidemi COVID-19, ia mengklaim bahwa "pengemudi" sebenarnya adalah laboratorium tak dikenal yang menyebarkan penyakit.
"Tanggung jawab utama produksi dan distribusi virus, oleh laboratorium yang memproduksinya, dan mereka yang melakukan perang biologis terhadap negara, tidak boleh diabaikan," tulis Ahmadinejad dalam suratnya.
WHO, melalui seorang juru bicaranya, mengatakan kepada Newsweek bahwa ada semakin banyak bukti hubungan antara COVID-19 dan virus corona lain yang bersirkulasi pada kelelawar, lebih khusus dari sub-spesies kelelawar Rhinolophus. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
"Namun, rute penularan ke manusia pada awal event ini masih belum jelas," kata juru bicara WHO. "Hipotesis yang paling mungkin saat ini adalah bahwa hewan inang perantara telah memainkan peran dalam penularannya. Baik kelompok pakar China maupun eksternal bekerja dalam upaya mengidentifikasi sumber hewan dari virus baru ini," lanjut dia, yang dilansir Kamis (12/3/2020).
Ahmadinejad adalah presiden Iran dari 2005 hingga 2013. Dia menjadi terkenal karena retorikanya yang agresif terhadap Israel, AS dan negara-negara Barat lainnya. Dia mengakui bahwa Iran "menderita kerusakan besar dan menanggung biaya besar" akibat wabah COVID-19, tetapi tidak menyalahkan kegagalan pada pihak rezim.
Iran adalah salah satu negara yang paling parah yang terkena dampak COVID-19 di luar China. Data dari situs pelaporan online worldometers.info mencatat ada 10.075 kasus infeksi COVID-19 di Iran pada Kamis (12/3/2020) malam dengan jumlah korban meninggal mencapai 429 orang. Sejumlah pejabat rezim Teheran berada di antara mereka yang terinfeksi dan meninggal oleh strain COVID-19.
(mas)