Pilot Pesawat Mata-mata AS Membajak Satelit Rusia dan China
A
A
A
WASHINGTON - Seorang jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat mengungkap bahwa pilot pesawat mata-mata U-2 membawa jam tangan navigasi yang mampu menemukan jalan mereka dengan menggunakan jaringan satelit Rusia dan China. Pembajakan satelit ini dilakukan jika akses ke jaringan GPS AS terganggu.
Jenderal James M Holmes, Kepala Komando Pertempuran Udara Angkatan Udara Amerika, mengatakan ketika pilot pesawat mata-mata U-2 “Dragon Lady” terbang dengan misi yang memusingkan, di tempat tinggi di seluruh dunia, mereka membawa serta peralatan yang mampu membajak jaringan navigasi di negara-negara tempat mereka memata-matai.
“Orang-orang U-2 saya terbang dengan arloji yang sekarang terhubung ke GPS, tetapi juga BeiDou dan sistem (GLONASS) Rusia serta sistem (Galileo) Eropa sehingga jika seseorang (mengalami) gangguan GPS, mereka masih mendapatkan yang lain," kata Holmes, seperti dikutip dari Defense One, Sabtu (7/3/2020).
Jenderal Homes mengungkapkan aksi pembajakan satelit Rusia dan China itu pada hari Rabu di sebuah konferensi di Washington. Pengungkapannya dibuat sebagai tanggapan terhadap pertanyaan tentang penambahan redudansi Pentagon ke dalam peralatannya.
Holmes menolak merinci lebih jauh tentang aksi pembajakan satelit negara lain dalam misi mata-mata pesawat Angkatan Udara AS. Namun, Defense One mencatat Angkatan Udara Amerika membeli 100 jam tangan navigasi Garmin D2 Charlie untuk pilot U-2 pada 2018.
"Arloji penerbang D2 Charlie akan menjadi bagian integral dan fungsional dari toolkit pilot U-2," kata perusahaan itu dalam pers rilis Februari 2018.
"Dirancang dengan pilot dari berbagai latar belakang dan misi, arloji D2 Charlie menampilkan peta bergerak dinamis dan berwarna-warni yang menggambarkan bandara, navaids, jalan, badan air, kota, dan lainnya, menawarkan kesadaran situasional yang lebih besar," kata perusahaan itu.
"Ketika D2 Charlie dipasangkan dengan Garmin Connect pada perangkat seluler yang terhubung, pilot dapat melihat radar cuaca di atas tampilan peta relatif terhadap informasi rencana penerbangan."
Jenderal James M Holmes, Kepala Komando Pertempuran Udara Angkatan Udara Amerika, mengatakan ketika pilot pesawat mata-mata U-2 “Dragon Lady” terbang dengan misi yang memusingkan, di tempat tinggi di seluruh dunia, mereka membawa serta peralatan yang mampu membajak jaringan navigasi di negara-negara tempat mereka memata-matai.
“Orang-orang U-2 saya terbang dengan arloji yang sekarang terhubung ke GPS, tetapi juga BeiDou dan sistem (GLONASS) Rusia serta sistem (Galileo) Eropa sehingga jika seseorang (mengalami) gangguan GPS, mereka masih mendapatkan yang lain," kata Holmes, seperti dikutip dari Defense One, Sabtu (7/3/2020).
Jenderal Homes mengungkapkan aksi pembajakan satelit Rusia dan China itu pada hari Rabu di sebuah konferensi di Washington. Pengungkapannya dibuat sebagai tanggapan terhadap pertanyaan tentang penambahan redudansi Pentagon ke dalam peralatannya.
Holmes menolak merinci lebih jauh tentang aksi pembajakan satelit negara lain dalam misi mata-mata pesawat Angkatan Udara AS. Namun, Defense One mencatat Angkatan Udara Amerika membeli 100 jam tangan navigasi Garmin D2 Charlie untuk pilot U-2 pada 2018.
"Arloji penerbang D2 Charlie akan menjadi bagian integral dan fungsional dari toolkit pilot U-2," kata perusahaan itu dalam pers rilis Februari 2018.
"Dirancang dengan pilot dari berbagai latar belakang dan misi, arloji D2 Charlie menampilkan peta bergerak dinamis dan berwarna-warni yang menggambarkan bandara, navaids, jalan, badan air, kota, dan lainnya, menawarkan kesadaran situasional yang lebih besar," kata perusahaan itu.
"Ketika D2 Charlie dipasangkan dengan Garmin Connect pada perangkat seluler yang terhubung, pilot dapat melihat radar cuaca di atas tampilan peta relatif terhadap informasi rencana penerbangan."
(mas)