Kewarganegaraan Dicabut, Pengantin ISIS Inggris: Dunia Saya Hancur
A
A
A
AL-HOL - Pengantin ISIS asal Inggris, Shamima Begum, mengungkapkan bahwa dunianya hancur berantaakan setelah kewarganegaraannya dicabut oleh pemerintah. Pada tahun lalu, dia mengaku tidak menyesal bergabung dengan kelompok teroris ISIS, namun berselang beberapa hari kemudian menyampaikan keinginannya untuk pulang ke Inggris.
Begum dan dua gadis Inggris lainnya melakukan perjalanan ke Suriah pada 2015 untuk bergabung dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia dijuluki sebagai pengantin ISIS karena menikah dengan seorang militan kelompok tersebut setelah berada di Suriah.
Inggris mencabut kewarganegaraan Begum setelah dia terlacak berada di kamp pengungsian untuk keluarga militan ISIS di Al-Hol, Suriah, pada tahun lalu.
Dia menyampaikan perasaannya saat ini ketika wawancara dengan koresponden ABC News, James Longman. "Ketika kewarganegaraan saya dicabut, saya merasa seluruh dunia saya hancur berantakan tepat di depan saya. Anda tahu, terutama cara saya diberitahu. Saya bahkan tidak diberitahu oleh pejabat pemerintah. Saya harus diberitahu oleh wartawan," katanya.
Begum baru-baru ini gagal mendapatkan kewarganegaraannya kembali setelah tahap pertama bandingnya ditolak oleh otoritas berwenang Inggris. "Saya pikir saya akan sedikit berbeda karena saya tidak melakukan kesalahan sebelum saya datang pada (kelompok) ISIS," ujarnya, yang dilansir Senin (17/2/2020).
Begum, yang terlihat mengenakan syal merah, anting hidung diamante, dan duduk dekat dengan bantal rajutan dengan bendera Inggris, mengatakan dia takut hidupnya terancam setelah dia membuat komentar positif tentang kelompok teroris ISIS tahun lalu.
"Saya baru saja datang ke kamp. Saya baru saja melahirkan. Saya mendengar semua cerita ini tentang wanita yang mengancam wanita lain, Anda tahu, orang-orang mengungkap wajah mereka atau berbicara dengan pria atau melakukan wawancara atau semacamnya. Saya hanya takut atas hidup saya," paparnya.
Pada 2015, Begum meninggalkan Inggris dengan dua teman sekolahnya untuk bergabung dengan Daesh atau ISIS di Suriah. Pada 2019, The Times menemukannya di sebuah kamp pengungsi dan mewawancarainya tentang kehidupan di bawah kelompok teroris paling terkenal tersebut.
Pemerintah Inggris menyarankan Begum untuk mengajukan kewarganegaraan Bangladesh, di mana dia merupakan keturunan Bangladesh. Namun, sejauh ini pemerintah Bangladesh menolaknya.
Begum dan dua gadis Inggris lainnya melakukan perjalanan ke Suriah pada 2015 untuk bergabung dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia dijuluki sebagai pengantin ISIS karena menikah dengan seorang militan kelompok tersebut setelah berada di Suriah.
Inggris mencabut kewarganegaraan Begum setelah dia terlacak berada di kamp pengungsian untuk keluarga militan ISIS di Al-Hol, Suriah, pada tahun lalu.
Dia menyampaikan perasaannya saat ini ketika wawancara dengan koresponden ABC News, James Longman. "Ketika kewarganegaraan saya dicabut, saya merasa seluruh dunia saya hancur berantakan tepat di depan saya. Anda tahu, terutama cara saya diberitahu. Saya bahkan tidak diberitahu oleh pejabat pemerintah. Saya harus diberitahu oleh wartawan," katanya.
Begum baru-baru ini gagal mendapatkan kewarganegaraannya kembali setelah tahap pertama bandingnya ditolak oleh otoritas berwenang Inggris. "Saya pikir saya akan sedikit berbeda karena saya tidak melakukan kesalahan sebelum saya datang pada (kelompok) ISIS," ujarnya, yang dilansir Senin (17/2/2020).
Begum, yang terlihat mengenakan syal merah, anting hidung diamante, dan duduk dekat dengan bantal rajutan dengan bendera Inggris, mengatakan dia takut hidupnya terancam setelah dia membuat komentar positif tentang kelompok teroris ISIS tahun lalu.
"Saya baru saja datang ke kamp. Saya baru saja melahirkan. Saya mendengar semua cerita ini tentang wanita yang mengancam wanita lain, Anda tahu, orang-orang mengungkap wajah mereka atau berbicara dengan pria atau melakukan wawancara atau semacamnya. Saya hanya takut atas hidup saya," paparnya.
Pada 2015, Begum meninggalkan Inggris dengan dua teman sekolahnya untuk bergabung dengan Daesh atau ISIS di Suriah. Pada 2019, The Times menemukannya di sebuah kamp pengungsi dan mewawancarainya tentang kehidupan di bawah kelompok teroris paling terkenal tersebut.
Pemerintah Inggris menyarankan Begum untuk mengajukan kewarganegaraan Bangladesh, di mana dia merupakan keturunan Bangladesh. Namun, sejauh ini pemerintah Bangladesh menolaknya.
(mas)