Abu Sayyaf Culik Lagi 5 WNI, Malaysia Merasa Terpukul
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Zainal Abidin Bakar angkat bicara mengenai terulangnya penculikan para warga negara Indonesia (WNI) di perairan Sabah. Kelima WNI diculik pada pekan lalu di perairan Sabah oleh kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina selatan.
Zainal mengatakan pihaknya merasa terpukul dengan adanya penculikann kelima WNI. Menurutnya, Malaysia akan akan memperkuat imbauan kepada perusahaan kapal dan nelayan untuk tidak memasuki wilayah rawan penculikan.
"Mungkin di pihak kami, kami harus memperkuat imbauan di antara para nelayan kita untuk tidak memasuki daerah yang rawan terjadi insiden penculikan. Ini adalah salah satu diskusi dan mungkin untuk meninjau mekanisme di antara tiga otoritas," kata Zainal, merujuk pada otoritas Indonesia, Malaysia dan Filipina. (Baca: Abu Sayyaf Culik 5 WNI, Menlu RI Panggil Wakil Malaysia dan Filipina )
"Tentu saja kami juga merupakan pihak yang terluka dalam hal ini, kami bersedih karena situasi ini terjadi dan pemerintah Malaysia telah berkomitmen dalam mencoba menyelesaikan masalah ini dan berharap bahwa kami akan mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk menghentikan terulangnya kejadian tersebut," ujarnya.
Diplomat Malaysia itu melanjutkan, berdasarkan informasi yang dia terima, para nelayan yang diculik pergi berlayar selama jam malam, jam di mana kapal-kapal dilarang untuk melaut karena berbahaya.
Oleh karena itu, sambung dia, pemerintah Malaysia tidak akan dapat membuat cakupan yang tepat. "Ini adalah salah satu alasan mengapa mungkin kita harus memberi tahu kapal penangkap ikan Malaysia bahwa mereka harus mematuhi aturan dan peraturan," katanya. (Baca juga: Abu Sayyaf Culik 5 Warga Indonesia, Militer Filipina Beraksi )
Zainal menegaskan bahwa perairan Sabah adalah wilayah yang luas, yakni sekitar 100 km persegi. Menurutnya, pemerintah Malaysia telah menghabiskan banyak uang dan juga menerapkan penegakan hukum di bidang itu dan telah berusaha memberikan yang terbaik, karena penculikan ini telah terjadi berulang kali.
"Kadang-kadang sangat sulit untuk mengontrol area jika para nelayan sendiri tidak mengikuti aturan. Mereka menjadi sasaran empuk. Ini adalah salah satu hal yang perlu kita perhatikan bagaimana menasihati mereka dan menghentikan kejadian ini terulang," paparnya.
Zainal mengatakan pihaknya merasa terpukul dengan adanya penculikann kelima WNI. Menurutnya, Malaysia akan akan memperkuat imbauan kepada perusahaan kapal dan nelayan untuk tidak memasuki wilayah rawan penculikan.
"Mungkin di pihak kami, kami harus memperkuat imbauan di antara para nelayan kita untuk tidak memasuki daerah yang rawan terjadi insiden penculikan. Ini adalah salah satu diskusi dan mungkin untuk meninjau mekanisme di antara tiga otoritas," kata Zainal, merujuk pada otoritas Indonesia, Malaysia dan Filipina. (Baca: Abu Sayyaf Culik 5 WNI, Menlu RI Panggil Wakil Malaysia dan Filipina )
"Tentu saja kami juga merupakan pihak yang terluka dalam hal ini, kami bersedih karena situasi ini terjadi dan pemerintah Malaysia telah berkomitmen dalam mencoba menyelesaikan masalah ini dan berharap bahwa kami akan mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk menghentikan terulangnya kejadian tersebut," ujarnya.
Diplomat Malaysia itu melanjutkan, berdasarkan informasi yang dia terima, para nelayan yang diculik pergi berlayar selama jam malam, jam di mana kapal-kapal dilarang untuk melaut karena berbahaya.
Oleh karena itu, sambung dia, pemerintah Malaysia tidak akan dapat membuat cakupan yang tepat. "Ini adalah salah satu alasan mengapa mungkin kita harus memberi tahu kapal penangkap ikan Malaysia bahwa mereka harus mematuhi aturan dan peraturan," katanya. (Baca juga: Abu Sayyaf Culik 5 Warga Indonesia, Militer Filipina Beraksi )
Zainal menegaskan bahwa perairan Sabah adalah wilayah yang luas, yakni sekitar 100 km persegi. Menurutnya, pemerintah Malaysia telah menghabiskan banyak uang dan juga menerapkan penegakan hukum di bidang itu dan telah berusaha memberikan yang terbaik, karena penculikan ini telah terjadi berulang kali.
"Kadang-kadang sangat sulit untuk mengontrol area jika para nelayan sendiri tidak mengikuti aturan. Mereka menjadi sasaran empuk. Ini adalah salah satu hal yang perlu kita perhatikan bagaimana menasihati mereka dan menghentikan kejadian ini terulang," paparnya.
(mas)