China Bilang Separatis Taiwan Akan 'Bau Busuk Abadi'
A
A
A
BEIJING - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan separatis Taiwan ditakdirkan untuk meninggalkan nama yang "berbau busuk abadi". Komentar diplomat top Beijing ini muncul setelah presiden petahana Tsai Ing-wen memenangkan pemilihan presiden Taiwan yang prosesnya diawasi Beijing.
Tsai, yang telah memicu kemarahan Beijing karena menolak mengakui bahwa Taiwan bagian dari prinsip "satu- China", memastikan kemenangan telak dalam pemilu yang digelar hari Sabtu pekan lalu.
Tetapi Wang Yi menolak kemenangannya dan memperingatkan para pendukung kemerdekaan Taiwan selama lawatan seminggu di Afrika.
"Memecah negara ini ditakdirkan akan meninggalkan nama yang akan berbau busuk abadi," kata Wang dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (14/1/2020).
"Prinsip 'satu-China' adalah konsensus universal yang dipegang oleh komunitas internasional," kata Wang Yi."Yang tidak akan terpengaruh sedikit pun oleh pemilu lokal di Taiwan," katanya lagi.
Beijing, yang pernah bersumpah akan mengambil alih Taiwan—dengan kekerasan jika perlu—membenci Tsai, sosok yang telah menyatakan dirinya sebagai pembela nilai-nilai demokrasi liberal terhadap China yang semakin otoriter.
Selama empat tahun terakhir, pemerintah China telah meningkatkan tekanan ekonomi, militer dan diplomatik di pulau itu, dan berharap tindakannya akan menakuti para pemilih di Taiwan yang mendukung Tsai.
Tetapi taktik senjata itu telah menjadi bumerang karena para pemilih di Taiwan justru berbondong-bondong mendukung Partai Progresif Demokratik (DPP)—partainya Tsai. Dukungan itu sebagian didorong oleh respons garis keras China terhadap protes pro-demokrasi selama berbulan-bulan di Hong Kong.
Setelah kemenangan Tsai, China menggandakan prinai "satu-China", di mana juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menekankan bahwa hanya ada satu China di dunia dan Taiwan adalah bagian dari China.
Dia juga mengecam para pemimpin negara yang telah memberi selamat atas kemenangan Tsai, termasuk AS, Inggris, dan Jepang.
"Kami menentang segala bentuk pertukaran resmi antara Taiwan dan negara-negara yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan China," kata Geng dalam sebuah pernyataan.
Wang mengeluarkan peringatan keras kepada separatis Taiwan selama perjalanan yang membawanya ke Zimbabwe, Mesir, Djibouti, Eritrea, dan Burundi. Lawatannya itu menyoroti meningkatnya minat politik dan pengaruh ekonomi China di Afrika.
"Para pemimpin Afrika semuanya dengan jelas menyatakan kepatuhan terhadap prinsip satu-China," kata Wang Yi dalam sebuah pernyataan. "Mereka semua melihat Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayah China," imbuh dia.
Tsai, yang telah memicu kemarahan Beijing karena menolak mengakui bahwa Taiwan bagian dari prinsip "satu- China", memastikan kemenangan telak dalam pemilu yang digelar hari Sabtu pekan lalu.
Tetapi Wang Yi menolak kemenangannya dan memperingatkan para pendukung kemerdekaan Taiwan selama lawatan seminggu di Afrika.
"Memecah negara ini ditakdirkan akan meninggalkan nama yang akan berbau busuk abadi," kata Wang dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (14/1/2020).
"Prinsip 'satu-China' adalah konsensus universal yang dipegang oleh komunitas internasional," kata Wang Yi."Yang tidak akan terpengaruh sedikit pun oleh pemilu lokal di Taiwan," katanya lagi.
Beijing, yang pernah bersumpah akan mengambil alih Taiwan—dengan kekerasan jika perlu—membenci Tsai, sosok yang telah menyatakan dirinya sebagai pembela nilai-nilai demokrasi liberal terhadap China yang semakin otoriter.
Selama empat tahun terakhir, pemerintah China telah meningkatkan tekanan ekonomi, militer dan diplomatik di pulau itu, dan berharap tindakannya akan menakuti para pemilih di Taiwan yang mendukung Tsai.
Tetapi taktik senjata itu telah menjadi bumerang karena para pemilih di Taiwan justru berbondong-bondong mendukung Partai Progresif Demokratik (DPP)—partainya Tsai. Dukungan itu sebagian didorong oleh respons garis keras China terhadap protes pro-demokrasi selama berbulan-bulan di Hong Kong.
Setelah kemenangan Tsai, China menggandakan prinai "satu-China", di mana juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menekankan bahwa hanya ada satu China di dunia dan Taiwan adalah bagian dari China.
Dia juga mengecam para pemimpin negara yang telah memberi selamat atas kemenangan Tsai, termasuk AS, Inggris, dan Jepang.
"Kami menentang segala bentuk pertukaran resmi antara Taiwan dan negara-negara yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan China," kata Geng dalam sebuah pernyataan.
Wang mengeluarkan peringatan keras kepada separatis Taiwan selama perjalanan yang membawanya ke Zimbabwe, Mesir, Djibouti, Eritrea, dan Burundi. Lawatannya itu menyoroti meningkatnya minat politik dan pengaruh ekonomi China di Afrika.
"Para pemimpin Afrika semuanya dengan jelas menyatakan kepatuhan terhadap prinsip satu-China," kata Wang Yi dalam sebuah pernyataan. "Mereka semua melihat Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayah China," imbuh dia.
(mas)