Lari jadi Gerakan Protes, Aktivis Generasi Baru Lahir di Thailand
A
A
A
BANGKOK - Pekerja kantor Thailand Pinyo Tongleun, 33, pernah mengikuti unjuk rasa "Kaos Kuning" menentang Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra yang saat itu berkuasa dan kemudian dikudeta militer pada 2014.
Namun pada Minggu (12/1), dia bergabung dengan lebih dari 12.000 orang dalam acara "Lari Melawan Kediktatoran" untuk mengungkapkan protes terhadap pemimpin kudeta yang kini menjadi PM Prayuth Chan-ocha dan dipanggil "Paman Tu".
"Saya lelah Paman Tu. Dan saya ingin dia mengembalikan demokrasi pada negara ini," kata Pinyo dalam acara yang digelar di satu taman di Bangkok tersebut.
Acara ini menjadi pertemuan terbesar para pengkritik pemerintah sejak kudeta enam tahun silam.
Beberapa peserta acara itu meneriakkan "Prayuth, pergi!" dan "Panjang umur demokrasi!" sambil berlari pagi sejauh 2,6 km.
Mereka adalah generasi baru para aktivis dari dua kelompok demonstran yang pernah saling berlawanan dan melumpuhkan Bangkok satu dekade silam sebelum militer ikut campur.
Para aktivis itu menyebut dirinya sebagai pro-demokrasi, berbeda dengan kubu "Kaos Merah" dan "Kaos Kuning" yang masing-masing mendukung dan menentang mantan PM Thaksin Shinawatra dan adiknya Yingluck.
Banyak yang ikut acara itu merupakan pendukung Partai Masa Depan Maju yang didirikan oleh Thanathorn Juangroongruangkit.
Beberapa pendukung pemerintah menuduh Thanathorn menjadi dalang acara itu meski dia ikut dalam acara lari tersebut.
"Kami ingin demokrasi kembali. Ini semangat mereka yang menolak dikalahkan oleh kediktatoran," tegas Thanathorn, dilansir Reuters.
Tanawat Wongchai, 21, yang menjadi penyelenggara utama Lari Melawan Kediktatoran itu menyatakan dia bukan anggota partai politik manapun. "Rakyat Thailand memiliki kenangan getir tentang protes politik jadi kami ingin kreatif dalam aktivitas kami melawan pemerintah," papar dia.
Namun pada Minggu (12/1), dia bergabung dengan lebih dari 12.000 orang dalam acara "Lari Melawan Kediktatoran" untuk mengungkapkan protes terhadap pemimpin kudeta yang kini menjadi PM Prayuth Chan-ocha dan dipanggil "Paman Tu".
"Saya lelah Paman Tu. Dan saya ingin dia mengembalikan demokrasi pada negara ini," kata Pinyo dalam acara yang digelar di satu taman di Bangkok tersebut.
Acara ini menjadi pertemuan terbesar para pengkritik pemerintah sejak kudeta enam tahun silam.
Beberapa peserta acara itu meneriakkan "Prayuth, pergi!" dan "Panjang umur demokrasi!" sambil berlari pagi sejauh 2,6 km.
Mereka adalah generasi baru para aktivis dari dua kelompok demonstran yang pernah saling berlawanan dan melumpuhkan Bangkok satu dekade silam sebelum militer ikut campur.
Para aktivis itu menyebut dirinya sebagai pro-demokrasi, berbeda dengan kubu "Kaos Merah" dan "Kaos Kuning" yang masing-masing mendukung dan menentang mantan PM Thaksin Shinawatra dan adiknya Yingluck.
Banyak yang ikut acara itu merupakan pendukung Partai Masa Depan Maju yang didirikan oleh Thanathorn Juangroongruangkit.
Beberapa pendukung pemerintah menuduh Thanathorn menjadi dalang acara itu meski dia ikut dalam acara lari tersebut.
"Kami ingin demokrasi kembali. Ini semangat mereka yang menolak dikalahkan oleh kediktatoran," tegas Thanathorn, dilansir Reuters.
Tanawat Wongchai, 21, yang menjadi penyelenggara utama Lari Melawan Kediktatoran itu menyatakan dia bukan anggota partai politik manapun. "Rakyat Thailand memiliki kenangan getir tentang protes politik jadi kami ingin kreatif dalam aktivitas kami melawan pemerintah," papar dia.
(sfn)