Pendukung Raja Thailand Tolak Reformasi Konstitusi

Rabu, 18 November 2020 - 11:12 WIB
loading...
Pendukung Raja Thailand...
Polisi menembakkan gas air mata kepada para demonstran anti-pemerintah di luar gedung parlemen Bangkok, Thailand, kemarin. Foto/Reuters
A A A
BANGKOK - Ratusan pendukung Raja Thailand melakukan unjuk rasa di depan gedung Parlemen untuk menolak perubahan konstitusi di Bangkok, kemarin. Mereka menuntut anggota Parlemen untuk menimbang kembali seruan yang dikeluarkan Perdana Menteri (PM) Prayuth Chan-ocha.

Prayuth telah mengizinkan adanya perubahan Konstitusi terkait kekuasaan Raja Thailand setelah diprotes sebagian masyarakat selama berbulan-bulan. Saat ini, Prayuth tertekan dari dua sisi, yakni dari pihak anti-Kerajaan dan pihak pendukung Kerajaan. Dia bahkan didesak untuk mundur. (Baca: Niatkan Aktivitas Sehari-hari Bernilai Pahala)

“Mengubah Konstitusi sama saja dengan meruntuhkan monarki,” ujar pemimpin unjuk rasa, Warong Dechgitvigrom, dikutip Reuters. Aksi unjuk rasa itu dijaga ketat polisi. Para pendemo juga dilarang melewati area unjuk rasa yang ditetapkan petugas keamanan ratusan meter dari gedung Parlemen.

Anggota Parlemen saat ini sedang menggelar rapat untuk mendiskusikan dan menimbang beberapa proposal yang masuk. Sejumlah ayat Konstitusi kemungkinan besar perlu diubah mengingat kekuasaan dan kewenangan Raja Maha Vajiralongkorn yang terlalu absolut dilindungi Undang Undang.

Anggota Parlemen juga mendiskusikan peran Senat. Pasalnya, di atas Konstitusi saat ini, Senat diseleksi secara penuh oleh PM. Masyarakat khawatir aturan seperti itu akan dimanfaatkan PM korup yang hanya memikirkan kepentingan dan kekuasaan pribadi dibandingkan negara. (Baca juga: Kemendikbud Pastikan Bantuan Subsidi Upah Disalurkan Bulan ini)

Bukan hanya pendukung monarki yang menggelar aksi di parlemen, para pengunjuk rasa anti-monarki juga beraksi. Namun, kehadiran mereka membuat tidak nyaman aparat keamanan. Polisi menembakkan gas air mata dan memasak barikade kawat berduri agar mereka tidak bisa masuk ke parlemen.

Para pengunjuk rasa tersebut meminta perubahan konstitusi yang ditulis pemerintahan mantan junta militer. Mereka juga ingin menggulingkan PM Prayuth, mantan pemimpin junta, dan mereformasi kekuasaan kerajaan.

Polisi memasang barikade di luar gedung parlemen di mana ratusan pendukung kerajaan juga berdemonstrasi agar anggota parlemen tidak mengubah konstitusi. Para demonstran anti-monarki yang mengenakan helm dan masker mencoba merusak barikade polisi. Mereka juga melembarkan bom asap berwarna kepada polisi.

“Antek diktator!”demikian seruan kelompok demonstran Free Youth menggambarkan bentrokan dengan aparat kepolisian. Polisi menyatakan demonstrasi di larang dengan jarak 50 meter dari gedung parlemen. Tapi, ratusan demonstran justru tetap berkumpul dan terus mendekati gedung parlemen. (Baca juga: Tetap Jaga Berat Badan Selama Pandemi)

Prayuth yang didesak agar resign oleh pengunjuk rasa anti-Kerajaan dituduh hanya memilih Senat yang mendukung dirinya berkuasa. Namun, tuduhan itu tidak dapat diverifikasi. Prayuth juga mengatakan pertimbangan yang dilakukan Senat di dalam rapat besar selalu adil, termasuk hasil suara yang seimbang.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2475 seconds (0.1#10.140)