Paramedis, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Dalam Demonstrasi di Chile

Sabtu, 28 Desember 2019 - 19:01 WIB
Paramedis, Pahlawan...
Paramedis, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Dalam Demonstrasi di Chile
A A A
SANTIAGO - Sekelompok pemuda yang mengenakan helm putih dan biru untuk melindungi kepala mereka, bergegas menembus tebalnya asap yang dihasilkan oleh gas air mata. Para pemuda ini bergegas membawa korban yang cedera dalam aksi demonstrasi di Chile. Mereka adalah para relawan medis yang tak kenal lelah dan takut menolong demonstran yang terluka dalam demonstrasi di negara Amerika Latin tersebut.

Para petugas medis datang ke lokasi demonstrasi seolah-olah mereka bersiap terlibat dalam pertempuran. Berbekal helm dengan visor, masker gas, bantalan untuk menutupi kaki dan lengan, serta perisai darurat yang terbuat dari lembaran logam bekas, para relawan itu beraksi di tiap aksi demonstrasi.

Victoria Valenzuela, perawat berusia 33 tahun, mengisahkan seorang paramedis bisa membawa dan merawat belasan hingga puluhan orang demonstran yang cedera setiap harinya selama aksi demonstrasi berlangsung.

"Kami mempertaruhkan hidup kami, tentu saja, mempertaruhkan mata. Tapi, saya percaya pada perjuangan kami. Saya percaya pada pergerakan, kakek-nenek saya menjalani masa pensiun mereka dengan kelaparan," katanya, seperti dilansir Al Jazeera.

Valenzuela adalah salah satu anggota tim yang membantu Gustavo Gatica, seorang mahasiswa berusia 21 tahun, yang buta setelah terkena tembakan peluru karet di kedua matanya pada 8 November lalu.

"Hari itu sangat keras. Tim kami tiba dengan berlari melewati pelet, itu seperti berada dalam perang. Begitu banyak orang tertembak dalam baku tembak, sehingga tidak ada cukup banyak dari kami untuk membantu mereka," kata Valenzuela.

Dia menuturkan, tiga tim dikirim pada 8 November sore untuk merawat tiga kasus cedera mata. "(Gatica) baru saja mengambil gambar dan mereka menembak wajahnya. Mengerikan. Menyentuh beberapa tempat dalam kemanusiaanmu," ucapnya.

Seorang relawan lain, Rafael Guerra, yang mengoordinasikan layanan kesehatan di federasi mahasiswa Universidad de Chile, mengatakan, bahwa garis depan demonstrasi sudah seperti medan perang.

Seorang relawan lainnya, Rodrigo Nunez, menuturkan para petugas medis benar-benar mempertaruhkan nyawa mereka saat bertugas. Alasannya, aparat keamanan juga turut menyerang para petugas medis yang tengah bertugas.

"Kami hanya melakukan bantuan kemanusiaan dan sepertinya kami adalah musuh bagi mereka. Kita berada dalam masa damai, tetapi jika ini terjadi selama perang, itu akan menjadi kejahatan perang," ujarnya.

Aksi demontrasi yang berlangsung selama sebulan di Chile akhirnya membuahkan hasil. Anggota parlemen Chile sepakat menggelar referendum pada April tahun depan untuk mengganti konstitusi era rezim Pinochet, yang merupakan tuntutan para demonstran.

Dua lembar dokumen berjudul "Kesepakatan untuk Perdamaian dan Konstitusi Baru" itu ditandatangani para anggota parlemen setelah negosiasi alot. Kesepakatan itu menyerukan komitmen menciptakan kembali kedamaian dan ketertiban publik di Chile.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2464 seconds (0.1#10.140)