Erdogan Bahas Gencatan Senjata Libya Saat Kunjungi Tunisia
A
A
A
TUNIS - Presiden Turki Tayyip Erdogan secara mengejutkan mengunjungi Tunisia pada Rabu (25/12) untuk membahas kerja sama tentang kemungkinan gencatan senjata di Libya.
Turki mendukung pemerintahan Libya yang diakui internasional dalam konflik di sana. Erdogan saat konferensi pers dengan Presiden Tunisia Kais Saied juga menegaskan kembali keinginan Turki mengirim tentara ke Libya jika mendapat permintaan semacam itu.
Kunjungan Erdogan ke Tunis berlangsung sebulan setelah Turki dan Libya menandatangani dua kesepakatan terpisah, satu tentang perbatasan maritim di timur Mediterania dan lainnya tentang kerja sama keamanan dan militer.
Turki mendukung Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) Fayez al-Serraj yang telah diserang sebulan penuh oleh pasukan Khalifa Haftar di timur Libya.
Erdogan menjadi pemimpin negara pertama yang mengunjungi Tunis sejak kemenangan Saied dalam pemilu Oktober. Menurut Erdogan, perkembangan di Libya memiliki dampak negatif pada negara-negara tetangga, termasuk Tunisia.
"Kami membahas beberapa langkah yang mungkin kami ambil dan peluang kerja sama untuk menciptakan gencatan senjata di Libya sesegera mungkin dan kembali ke proses politik," papar Erdogan, dilansir Reuters.
Tunisia menerapkan sistem politik hibrida di mana perdana menteri mengotnrol sebagian besar kebijakan dan presiden bertanggung jawab dalam urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan.
Kepentingan utama kebijakan luar negeri Tunisia adalah menjaga hubungan kuat dengan dua negara tetangga terbesar yakni Aljazair dan Libya.
Turki mendukung pemerintahan Libya yang diakui internasional dalam konflik di sana. Erdogan saat konferensi pers dengan Presiden Tunisia Kais Saied juga menegaskan kembali keinginan Turki mengirim tentara ke Libya jika mendapat permintaan semacam itu.
Kunjungan Erdogan ke Tunis berlangsung sebulan setelah Turki dan Libya menandatangani dua kesepakatan terpisah, satu tentang perbatasan maritim di timur Mediterania dan lainnya tentang kerja sama keamanan dan militer.
Turki mendukung Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) Fayez al-Serraj yang telah diserang sebulan penuh oleh pasukan Khalifa Haftar di timur Libya.
Erdogan menjadi pemimpin negara pertama yang mengunjungi Tunis sejak kemenangan Saied dalam pemilu Oktober. Menurut Erdogan, perkembangan di Libya memiliki dampak negatif pada negara-negara tetangga, termasuk Tunisia.
"Kami membahas beberapa langkah yang mungkin kami ambil dan peluang kerja sama untuk menciptakan gencatan senjata di Libya sesegera mungkin dan kembali ke proses politik," papar Erdogan, dilansir Reuters.
Tunisia menerapkan sistem politik hibrida di mana perdana menteri mengotnrol sebagian besar kebijakan dan presiden bertanggung jawab dalam urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan.
Kepentingan utama kebijakan luar negeri Tunisia adalah menjaga hubungan kuat dengan dua negara tetangga terbesar yakni Aljazair dan Libya.
(sfn)