Mahathir Dukung Ide Mata Uang Tunggal untuk Negara-negara Muslim
A
A
A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad menyambut baik ide penggunaan mata uang tunggal untuk negara-negara Muslim. Dia mengatakan ide itu sudah muncul sejak lama, tapi tidak bisa diterapkan karena ada sanksi dari negara adidaya.
“Kita tidak bisa selalu menggunakan dolar AS (Amerika Serikat) karena kita melihat penggunaan dolar AS akan membuat kita terlalu bergantung pada AS, yang dapat menjatuhkan sanksi terhadap kita dan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi kita," katanya dalam konferensi pers, Jumat (20/12/2019), setelah sesi meja bunda Kuala Lumpur Summit 2019.
"Ini adalah pertama kalinya kami mendengar ide ini datang dari Iran dan Turki; jika kita tidak memiliki dolar AS, kita dapat menggunakan mata uang kita sendiri atau kita dapat membuat mata uang bersama jika kita setuju," lanjut Mahathir.
Tanpa menyebutkan negara kekuatan super, Mahathir mengatakan ide untuk memperkenalkan mata uang seperti itu telah digagalkan beberapa kali.
“Ini karena ketika kita menggunakan mata uang suatu negara, itu akan memberi mereka kekuatan. Sebenarnya jika kita melihat AS, mereka sudah bangkrut karena mereka punya utang senilai triliunan dolar, dan belum membayarnya," papar Mahathir.
"Namun, kami masih berpikir mata uang mereka kuat," sambung pemimpin Malaysia ini, seperti dikutip The Star.
Presiden Iran Hassan Rouhani sebelumnya menyatakan bahwa negara-negara Muslim dapat bekerja sama lebih dekat dalam hal perbankan dan ekonomi termasuk menggunakan cryptocurrency dengan mata uang tunggal.
Dia berbagi beberapa pandangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, terutama tentang penggunaan mata uang nasional, bukan dolar AS untuk perdagangan di antara negara-negara Muslim.
“Dengan teknologi blockchain baru, kami akan dapat memperkenalkan cryptocurrency bersatu ke negara-negara Muslim dengan kerja sama bank sentral kami," katanya.
“Di masa lalu, Mahathir ingin memperkenalkan dinar Islam. Dengan teknologi yang sedang berlangsung, kita dapat menyiapkan mata uang baru untuk dunia Muslim. Keuntungan cryptocurrency adalah dapat memotong fluktuasi birokrasi dan pasar," papar Rouhani.
Dia menambahkan bahwa menggunakan cryptocurrency atau mata uang terpadu untuk perdagangan di antara negara-negara Muslim akan membuat negara-negara tersebut menjauh dari ketergantungan yang berlebihan pada dolar AS.
Sekitar 450 delegasi yang terdiri dari para pemimpin, intelektual, politisi dan organisasi non-pemerintah dari 56 negara menghadiri Kuala Lumpur Summit empat hari di tengah kritik dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) karena dianggap merusak badan global yang berbasis di Arab Saudi tersebut.
Gagasan untuk dinar Islam diperdebatkan oleh Mahathir setelah krisis keuangan Asia 1997.
Sementara itu, Erdogan mengatakan konferensi di Kuala Lumpur tidak hanya penting untuk membahas masalah yang dihadapi oleh komunitas Islam, tetapi juga untuk menemukan solusi. Menurutnya, beberapa bidang dapat dilihat negara-negara Muslim untuk memperluas kemitraan termasuk dalam bidang perbankan, keuangan, teknologi dan pendidikan.
“Kita tidak bisa selalu menggunakan dolar AS (Amerika Serikat) karena kita melihat penggunaan dolar AS akan membuat kita terlalu bergantung pada AS, yang dapat menjatuhkan sanksi terhadap kita dan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi kita," katanya dalam konferensi pers, Jumat (20/12/2019), setelah sesi meja bunda Kuala Lumpur Summit 2019.
"Ini adalah pertama kalinya kami mendengar ide ini datang dari Iran dan Turki; jika kita tidak memiliki dolar AS, kita dapat menggunakan mata uang kita sendiri atau kita dapat membuat mata uang bersama jika kita setuju," lanjut Mahathir.
Tanpa menyebutkan negara kekuatan super, Mahathir mengatakan ide untuk memperkenalkan mata uang seperti itu telah digagalkan beberapa kali.
“Ini karena ketika kita menggunakan mata uang suatu negara, itu akan memberi mereka kekuatan. Sebenarnya jika kita melihat AS, mereka sudah bangkrut karena mereka punya utang senilai triliunan dolar, dan belum membayarnya," papar Mahathir.
"Namun, kami masih berpikir mata uang mereka kuat," sambung pemimpin Malaysia ini, seperti dikutip The Star.
Presiden Iran Hassan Rouhani sebelumnya menyatakan bahwa negara-negara Muslim dapat bekerja sama lebih dekat dalam hal perbankan dan ekonomi termasuk menggunakan cryptocurrency dengan mata uang tunggal.
Dia berbagi beberapa pandangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, terutama tentang penggunaan mata uang nasional, bukan dolar AS untuk perdagangan di antara negara-negara Muslim.
“Dengan teknologi blockchain baru, kami akan dapat memperkenalkan cryptocurrency bersatu ke negara-negara Muslim dengan kerja sama bank sentral kami," katanya.
“Di masa lalu, Mahathir ingin memperkenalkan dinar Islam. Dengan teknologi yang sedang berlangsung, kita dapat menyiapkan mata uang baru untuk dunia Muslim. Keuntungan cryptocurrency adalah dapat memotong fluktuasi birokrasi dan pasar," papar Rouhani.
Dia menambahkan bahwa menggunakan cryptocurrency atau mata uang terpadu untuk perdagangan di antara negara-negara Muslim akan membuat negara-negara tersebut menjauh dari ketergantungan yang berlebihan pada dolar AS.
Sekitar 450 delegasi yang terdiri dari para pemimpin, intelektual, politisi dan organisasi non-pemerintah dari 56 negara menghadiri Kuala Lumpur Summit empat hari di tengah kritik dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) karena dianggap merusak badan global yang berbasis di Arab Saudi tersebut.
Gagasan untuk dinar Islam diperdebatkan oleh Mahathir setelah krisis keuangan Asia 1997.
Sementara itu, Erdogan mengatakan konferensi di Kuala Lumpur tidak hanya penting untuk membahas masalah yang dihadapi oleh komunitas Islam, tetapi juga untuk menemukan solusi. Menurutnya, beberapa bidang dapat dilihat negara-negara Muslim untuk memperluas kemitraan termasuk dalam bidang perbankan, keuangan, teknologi dan pendidikan.
(mas)