ICIJ Ungkap Aksi Represif Pemerintah China terhadap Warga Uighur
A
A
A
SHANGHAI - Pemerintah China melakukan pencucian otak dan tindakan represif di kamp penahanan warga Uighur di Xinjiang. Itu terungkap dalam dokumen rahasia Pemerintah China yang dibongkar ke publik oleh Konsorsium Internasional Jurnalis Investigatif (ICIJ) yang dilaporkan New York Times.
Laporan rahasia itu mengungkapkan detail proses pencucian otak dan tindakan represif Pemerintah China terhadap warga minoritas Uighur. Sebelumnya, para pakar dan aktivis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sekitar 1 juta warga Uighur ditahan di kamp di Xinjiang.
Melansir Reuters, ICIJ mendapatkan daftar panduan penanganan tahanan di kamp Xinjiang termasuk instruksi bagaimana mencegah warga melarikan diri, memelihara kerahasiaan keberadaan kamp, indoktrinasi tahanan, dan kapan membiarkan tahanan bertemu keluarga atau menggunakan toilet.
Dokumen lain yang didapatkan juga berisi laporan intelijen yang menunjukkan bagaimana polisi menggunakan kumpulan data dan analisis dengan kecerdasan buatan untuk memiliki warga Xinjiang yang ditahan.
Dokumen berjudul "The China Cables", terdapat memo sembilan halaman yang dikirim pada 2017 oleh Zhu Hailun, yang saat itu menjabat wakil sekretaris Partai Komunis Xinjiang dan merupakan pejabat keamanan tertinggi di kawasan tersebut, kepada para pengelola kamp. Instruksi tersebut menyatakan, kamp-kamp harus dijalankan sebagai penjara dengan keamanan tinggi, dengan disiplin ketat, hukuman, dan tidak ada yang boleh keluar.
Dokumen-dokumen rahasia itu mengungkapkan cara pengelola kamp memantau dan mengendalikan setiap aspek kehidupan tahanan. "Para siswa harus memiliki posisi tempat tidur tetap, posisi antrean tetap, kursi kelas tetap, dan posisi yang tetap selama pekerjaan keterampilan, dan ini sangat dilarang untuk diubah,” demikian bunyi dokumen tersebut.
Dokumen itu juga menjelaskan tentang aturan perilaku dan aturan disiplin untuk bangun, absensi, mencuci, pergi ke toilet, menata dan membereskan kamar, makan, belajar, tidur, menutup pintu, dan sebagainya. Dokumen lain mengonfirmasi skala luar biasa dari penahanan. Misalnya, terdapat 15.000 orang dari Xinjiang selatan dikirim ke kamp hanya dalam satu minggu pada 2017.
Kemudian, laporan lain juga mengungkapkan bagaimana tahanan hanya akan dibebaskan ketika mereka dapat menunjukkan bahwa mereka mengalami perilaku, kepercayaan, dan bahasa mereka. "Promosikan pertaubatan dan pengakuan para siswa agar mereka memahami secara mendalam sifat ilegal, kriminal, dan berbahaya dari kegiatan mereka pada masa lalu," katanya.
Dokumen itu juga menyebutkan, bagi para tahanan yang menyimpan pemahaman yang samar-samar, bersikap negatif, atau bahkan perasaan ingin melawan, maka mereka harus menjalani proses transformasi pendidikan untuk memastikan bahwa hasilnya tercapai. Namun, harian Guardian, salah satu aliansi ICIJ, melaporkan Kedutaan Besar China di London, menyatakan dokumen yang bocor tersebut adalah palsu dan berita palsu.
Kementerian Luar Negeri China tidak merespons laporan tersebut. Sebelumnya, Pemerintah China berulang kali menyatakan bahwa kamp yang terletak di wilayah Xinjiang barat itu menawarkan pendidikan dan pelatihan secara sukarela. Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming mengatakan, langkah-langkah tersebut telah melindungi masyarakat setempat dan tidak ada serangan teroris tunggal di Xinjiang dalam tiga tahun terakhir.
"Wilayah ini sekarang menikmati stabilitas sosial dan persatuan di antara kelompok-kelompok etnis. Orang-orang di sana menjalani kehidupan yang bahagia dengan rasa pemenuhan dan keamanan yang jauh lebih kuat,” katanya dilansir BBC. Liu mengungkapkan, laporan tersebut sepenuhnya mengabaikan fakta, beberapa orang di Barat telah dengan keras memfitnah dan merusak nama baik China atas apa yang terjadi di Xinjiang dalam upaya untuk mencari-cari alasan untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri China.
“Orang Barat mengganggu upaya kontra-terorisme China di Xinjiang dan menggagalkan perkembangan China yang stabil,” ujarnya. Laporan tersebut di tengah keprihatinan dunia internasional terhadap laporan hak asasi manusia di Xinjiang. Amerika Serikat (AS) memimpin 30 negara lainnya mengecam kamp warga Uighur di Xinjiang sebagai tindakan represif yang mengerikan.
Sementara itu, Direktur Human Rights Watch di China Sophie Richardson mengatakan, laporan yang bocor itu harus digunakan oleh jaksa penuntut. "Ini adalah bukti yang dapat ditindaklanjuti, mendokumentasikan pelanggaran HAM berat," ujarnya dilansir BBC. "Saya pikir adil untuk menggambarkan semua orang yang ditahan setidaknya sebagai subjek penyiksaan psikologis karena mereka benar-benar tidak tahu berapa lama mereka akan berada di sana."
Bahkan, Ben Emmerson QC, seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka dan penasihat Kongres Uighur Dunia, mengatakan kamp-kamp itu berusaha mengubah identitas masyarakat. Kamp itu merupakan skema cuci otak massal yang dirancang dan diarahkan pada seluruh komunitas etnis. “Itu merupakan transformasi total yang dirancang khusus untuk menghapus Uighur sebagai kelompok budaya terpisah dari muka bumi,” katanya.
Laporan rahasia itu mengungkapkan detail proses pencucian otak dan tindakan represif Pemerintah China terhadap warga minoritas Uighur. Sebelumnya, para pakar dan aktivis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sekitar 1 juta warga Uighur ditahan di kamp di Xinjiang.
Melansir Reuters, ICIJ mendapatkan daftar panduan penanganan tahanan di kamp Xinjiang termasuk instruksi bagaimana mencegah warga melarikan diri, memelihara kerahasiaan keberadaan kamp, indoktrinasi tahanan, dan kapan membiarkan tahanan bertemu keluarga atau menggunakan toilet.
Dokumen lain yang didapatkan juga berisi laporan intelijen yang menunjukkan bagaimana polisi menggunakan kumpulan data dan analisis dengan kecerdasan buatan untuk memiliki warga Xinjiang yang ditahan.
Dokumen berjudul "The China Cables", terdapat memo sembilan halaman yang dikirim pada 2017 oleh Zhu Hailun, yang saat itu menjabat wakil sekretaris Partai Komunis Xinjiang dan merupakan pejabat keamanan tertinggi di kawasan tersebut, kepada para pengelola kamp. Instruksi tersebut menyatakan, kamp-kamp harus dijalankan sebagai penjara dengan keamanan tinggi, dengan disiplin ketat, hukuman, dan tidak ada yang boleh keluar.
Dokumen-dokumen rahasia itu mengungkapkan cara pengelola kamp memantau dan mengendalikan setiap aspek kehidupan tahanan. "Para siswa harus memiliki posisi tempat tidur tetap, posisi antrean tetap, kursi kelas tetap, dan posisi yang tetap selama pekerjaan keterampilan, dan ini sangat dilarang untuk diubah,” demikian bunyi dokumen tersebut.
Dokumen itu juga menjelaskan tentang aturan perilaku dan aturan disiplin untuk bangun, absensi, mencuci, pergi ke toilet, menata dan membereskan kamar, makan, belajar, tidur, menutup pintu, dan sebagainya. Dokumen lain mengonfirmasi skala luar biasa dari penahanan. Misalnya, terdapat 15.000 orang dari Xinjiang selatan dikirim ke kamp hanya dalam satu minggu pada 2017.
Kemudian, laporan lain juga mengungkapkan bagaimana tahanan hanya akan dibebaskan ketika mereka dapat menunjukkan bahwa mereka mengalami perilaku, kepercayaan, dan bahasa mereka. "Promosikan pertaubatan dan pengakuan para siswa agar mereka memahami secara mendalam sifat ilegal, kriminal, dan berbahaya dari kegiatan mereka pada masa lalu," katanya.
Dokumen itu juga menyebutkan, bagi para tahanan yang menyimpan pemahaman yang samar-samar, bersikap negatif, atau bahkan perasaan ingin melawan, maka mereka harus menjalani proses transformasi pendidikan untuk memastikan bahwa hasilnya tercapai. Namun, harian Guardian, salah satu aliansi ICIJ, melaporkan Kedutaan Besar China di London, menyatakan dokumen yang bocor tersebut adalah palsu dan berita palsu.
Kementerian Luar Negeri China tidak merespons laporan tersebut. Sebelumnya, Pemerintah China berulang kali menyatakan bahwa kamp yang terletak di wilayah Xinjiang barat itu menawarkan pendidikan dan pelatihan secara sukarela. Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming mengatakan, langkah-langkah tersebut telah melindungi masyarakat setempat dan tidak ada serangan teroris tunggal di Xinjiang dalam tiga tahun terakhir.
"Wilayah ini sekarang menikmati stabilitas sosial dan persatuan di antara kelompok-kelompok etnis. Orang-orang di sana menjalani kehidupan yang bahagia dengan rasa pemenuhan dan keamanan yang jauh lebih kuat,” katanya dilansir BBC. Liu mengungkapkan, laporan tersebut sepenuhnya mengabaikan fakta, beberapa orang di Barat telah dengan keras memfitnah dan merusak nama baik China atas apa yang terjadi di Xinjiang dalam upaya untuk mencari-cari alasan untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri China.
“Orang Barat mengganggu upaya kontra-terorisme China di Xinjiang dan menggagalkan perkembangan China yang stabil,” ujarnya. Laporan tersebut di tengah keprihatinan dunia internasional terhadap laporan hak asasi manusia di Xinjiang. Amerika Serikat (AS) memimpin 30 negara lainnya mengecam kamp warga Uighur di Xinjiang sebagai tindakan represif yang mengerikan.
Sementara itu, Direktur Human Rights Watch di China Sophie Richardson mengatakan, laporan yang bocor itu harus digunakan oleh jaksa penuntut. "Ini adalah bukti yang dapat ditindaklanjuti, mendokumentasikan pelanggaran HAM berat," ujarnya dilansir BBC. "Saya pikir adil untuk menggambarkan semua orang yang ditahan setidaknya sebagai subjek penyiksaan psikologis karena mereka benar-benar tidak tahu berapa lama mereka akan berada di sana."
Bahkan, Ben Emmerson QC, seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka dan penasihat Kongres Uighur Dunia, mengatakan kamp-kamp itu berusaha mengubah identitas masyarakat. Kamp itu merupakan skema cuci otak massal yang dirancang dan diarahkan pada seluruh komunitas etnis. “Itu merupakan transformasi total yang dirancang khusus untuk menghapus Uighur sebagai kelompok budaya terpisah dari muka bumi,” katanya.
(don)