Iran Dilaporkan Tahan dan Sita Dokumen Perjalanan Inspektur IAEA
A
A
A
WINA - Iran menahan inspektur pengawas nuklir PBB dan menyita dokumen perjalanannya. Hal itu diungkapkan oleh seorang diplomat Badan Energi Atom Internasional (IAEA), beberapa menggambarkannya sebagai pelecehan.
Tiga diplomat mengatakan bahwa Iran mengambil dokumen perjalanan inspektur IAEA, seorang wanita. Dua diplomat lain mengatakan ia sempat ditahan sebentar saat bekerja di Iran.
Salah satu diplomat mengatakan insiden itu terjadi di situs pengayaan Iran di Natanz pekan lalu. Pernyataan ini pun diperkuat oleh diplomat lainnya.
"Ada kekhawatiran nyata bahwa itu akan membahayakan bagaimana (IAEA) melakukan inspeksi mereka di masa depan," kata seorang diplomat Eropa seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/11/2019).
Berdasarkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dan negara-negara besar pada 2015, yang dipegang IAEA, memungkinkan 130-150 inspektur dari badan PBB itu yang sebelumnya telah disetujui oleh Iran.
Masalah ini akan dibahas pada pertemuan Dewan Gubernur 35 negara IAEA pada hari Kamis yang diadakan dalam waktu singkat untuk membahas dua masalah perlindungan yang tidak ditentukan dalam agenda pertemuan, yang diedarkan pada hari Senin.
“Agensi ingin menunjukkan betapa seriusnya mereka menangani ini. Ini adalah preseden yang berpotensi merusak,” kata seorang pejabat Barat.
Masalah lain yang akan dibahas pada hari Kamis adalah kerja sama Iran yang kurang penuh dengan IAEA dalam menjelaskan bagaimana jejak uranium ditemukan di sebuah situs di Teheran yang oleh Israel disebut sebagai gudang atom rahasia, kata para diplomat.
Meskipun IAEA telah menolak untuk mengkonfirmasi secara resmi bahwa mereka menemukan jejak uranium di situs tersebut, yang Iran katakan adalah fasilitas pembersihan karpet, badan itu mengatakan kepada Iran pada bulan September bahwa waktu adalah hal yang paling penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaannya, dan melaporkan sebuah peningkatan kerja sama Iran pada bulan lalu.
Seorang juru bicara IAEA dan duta besar Iran untuk badan tersebut menolak berkomentar.
Insiden ini adalah yang pertama sejak kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar tercapai pada 2015 lalu. Kesepakatan itu memaksa Iran membatasi kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Permasalahan ini datang saat friksi antara Iran dengan Barat meningkat. Teheran telah menanggalkan satu per satu kewajibannya berdasarkan perjanjian nuklir 2015 setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dan mejatuhkan sanksi baru. Sedangkan IAEA sedang dalam masa transisi setelah terpilihnya kepala baru dan akan mulai menjabat bulan depan.
Tiga diplomat mengatakan bahwa Iran mengambil dokumen perjalanan inspektur IAEA, seorang wanita. Dua diplomat lain mengatakan ia sempat ditahan sebentar saat bekerja di Iran.
Salah satu diplomat mengatakan insiden itu terjadi di situs pengayaan Iran di Natanz pekan lalu. Pernyataan ini pun diperkuat oleh diplomat lainnya.
"Ada kekhawatiran nyata bahwa itu akan membahayakan bagaimana (IAEA) melakukan inspeksi mereka di masa depan," kata seorang diplomat Eropa seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/11/2019).
Berdasarkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dan negara-negara besar pada 2015, yang dipegang IAEA, memungkinkan 130-150 inspektur dari badan PBB itu yang sebelumnya telah disetujui oleh Iran.
Masalah ini akan dibahas pada pertemuan Dewan Gubernur 35 negara IAEA pada hari Kamis yang diadakan dalam waktu singkat untuk membahas dua masalah perlindungan yang tidak ditentukan dalam agenda pertemuan, yang diedarkan pada hari Senin.
“Agensi ingin menunjukkan betapa seriusnya mereka menangani ini. Ini adalah preseden yang berpotensi merusak,” kata seorang pejabat Barat.
Masalah lain yang akan dibahas pada hari Kamis adalah kerja sama Iran yang kurang penuh dengan IAEA dalam menjelaskan bagaimana jejak uranium ditemukan di sebuah situs di Teheran yang oleh Israel disebut sebagai gudang atom rahasia, kata para diplomat.
Meskipun IAEA telah menolak untuk mengkonfirmasi secara resmi bahwa mereka menemukan jejak uranium di situs tersebut, yang Iran katakan adalah fasilitas pembersihan karpet, badan itu mengatakan kepada Iran pada bulan September bahwa waktu adalah hal yang paling penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaannya, dan melaporkan sebuah peningkatan kerja sama Iran pada bulan lalu.
Seorang juru bicara IAEA dan duta besar Iran untuk badan tersebut menolak berkomentar.
Insiden ini adalah yang pertama sejak kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar tercapai pada 2015 lalu. Kesepakatan itu memaksa Iran membatasi kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Permasalahan ini datang saat friksi antara Iran dengan Barat meningkat. Teheran telah menanggalkan satu per satu kewajibannya berdasarkan perjanjian nuklir 2015 setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dan mejatuhkan sanksi baru. Sedangkan IAEA sedang dalam masa transisi setelah terpilihnya kepala baru dan akan mulai menjabat bulan depan.
(ian)