Pasukan AS Berpatroli Dekat Perbatasan Suriah-Turki
A
A
A
DAMASKUS - Kendaraan lapis baja Amerika Serikat (AS) terlihat di dekat perbatasan Suriah-Turki di bagian timur laut Suriah.
Sebuah sumber militer dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menggambarkan gerakan itu sebagai patroli antara kota Rmeilan dan Qahtaniyah, yang berjarak 20 km di barat. Sumber itu mengatakan patroli itu tidak akan menjadi satu kali kegiatan.
Sementara saksi melihat kendaraan militer AS di luar kota Qahtaniyah, kira-kira 6 km sebelah selatan perbatasan.
Kemudian pada hari Kamis, video yang direkam dari wilayah Turki menunjukkan konvoi sekitar 20 kendaraan militer yang mengibarkan bendera Amerika bergerak melalui kota perbatasan Qamishli di Suriah, yang berjarak sekitar 30 km sebelah barat Qahtaniyah.
Menanggapi pertanyaan tentang adanya laporan gerakan pasukan, juru bicara koalisi pimpinan AS, Kolonel Myles Caggins, mengatakan: "Semua operasi militer Koalisi bertentangan dengan pasukan lain yang beroperasi di wilayah ini."
"Kami telah mulai mengubah posisi pasukan Koalisi ke wilayah Deir al-Zor, berkoordinasi dengan mitra SDF kami, untuk meningkatkan keamanan (dan) melanjutkan misi kami untuk mengalahkan sisa-sisa (Negara Islam)," tambah Caggins seperti dilansir dari Reuters, Jumat (1/11/2019).
Kepala kantor media SDF tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Sementara kementerian pertahanan dan luar negeri Turki tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.
Militer AS mengatakan pekan lalu memperkuat posisinya di Suriah dengan aset tambahan, termasuk pasukan mekanik, untuk mencegah ladang minyak diambil alih oleh sisa-sisa kelompok militan Negara Islam (ISIS) atau lainnya.
Trump mengatakan pekan lalu sejumlah kecil pasukan AS akan tetap di wilayah Suriah di mana mereka memiliki minyak.
Sumur minyak Suriah pada prinsipnya terletak di provinsi Deir al-Zor, di selatan perbatasan Turki, meskipun satu terletak di ujung timur laut negara itu lebih dekat ke tempat pasukan AS terlihat.
Iran, Rusia, dan Turki - tiga aktor tersisa di kawasan ini yang memiliki pengaruh atas konflik - semuanya mengkritik keputusan AS untuk mempertahankan keberadaannya di dekat ladang minyak.
Sebuah sumber militer dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menggambarkan gerakan itu sebagai patroli antara kota Rmeilan dan Qahtaniyah, yang berjarak 20 km di barat. Sumber itu mengatakan patroli itu tidak akan menjadi satu kali kegiatan.
Sementara saksi melihat kendaraan militer AS di luar kota Qahtaniyah, kira-kira 6 km sebelah selatan perbatasan.
Kemudian pada hari Kamis, video yang direkam dari wilayah Turki menunjukkan konvoi sekitar 20 kendaraan militer yang mengibarkan bendera Amerika bergerak melalui kota perbatasan Qamishli di Suriah, yang berjarak sekitar 30 km sebelah barat Qahtaniyah.
Menanggapi pertanyaan tentang adanya laporan gerakan pasukan, juru bicara koalisi pimpinan AS, Kolonel Myles Caggins, mengatakan: "Semua operasi militer Koalisi bertentangan dengan pasukan lain yang beroperasi di wilayah ini."
"Kami telah mulai mengubah posisi pasukan Koalisi ke wilayah Deir al-Zor, berkoordinasi dengan mitra SDF kami, untuk meningkatkan keamanan (dan) melanjutkan misi kami untuk mengalahkan sisa-sisa (Negara Islam)," tambah Caggins seperti dilansir dari Reuters, Jumat (1/11/2019).
Kepala kantor media SDF tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Sementara kementerian pertahanan dan luar negeri Turki tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.
Militer AS mengatakan pekan lalu memperkuat posisinya di Suriah dengan aset tambahan, termasuk pasukan mekanik, untuk mencegah ladang minyak diambil alih oleh sisa-sisa kelompok militan Negara Islam (ISIS) atau lainnya.
Trump mengatakan pekan lalu sejumlah kecil pasukan AS akan tetap di wilayah Suriah di mana mereka memiliki minyak.
Sumur minyak Suriah pada prinsipnya terletak di provinsi Deir al-Zor, di selatan perbatasan Turki, meskipun satu terletak di ujung timur laut negara itu lebih dekat ke tempat pasukan AS terlihat.
Iran, Rusia, dan Turki - tiga aktor tersisa di kawasan ini yang memiliki pengaruh atas konflik - semuanya mengkritik keputusan AS untuk mempertahankan keberadaannya di dekat ladang minyak.
(ian)