Demo Parah, PM Lebanon Ultimatum Pejabat Bereskan Krisis Ekonomi 72 Jam
A
A
A
BEIRUT - Demontrasi damai untuk memprotes langkah-langkah penghematan oleh pemerintah di Lebanon berubah menjadi kekerasan. Perdana Menteri (PM) Saad Hariri pun mengultimatum para pejabat dari mitra koalisinya untuk menyelesaikan krisis ekonomi dalam tempo 72 jam.
Demo di negara itu dimulai sejak Kamis lalu. Massa turun ke jalan di Beirut dan sekitarnya untuk memprotes rencana pemerintah memberlakukan pajak baru.
Hariri, dalam pidatonya untuk publik, menyalahkan partai-partai dalam koalisinya karena menghalangi reformasi ekonomi Lebanon yang sarat utang.
"Saya memberikan tenggat waktu yang sangat singkat kepada mitra kami di pemerintahan 72 jam untuk dapat memberi kami solusi yang dapat meyakinkan orang-orang di jalanan dan mitra internasional kami," katanya.
Dia menggambarkan kelesuan ekonomi Lebanon belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisinya saat ini sulit.
Saat Hariri pidato, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Lebanon di Beirut's Martyr Square (Lapangan Martir Beirut). Massa menyerukan pengunduran diri para pemimpin politik negara itu, termasuk PM Hariri, Presiden Michel Aoun, Ketua Parlemen Nabih Berri, dan Menteri Luar Negeri Gebran Bassil.
Demonstran yang marah dengan rencana untuk mengenakan pajak baru di tengah meningkatnya biaya hidup, meneriakkan; "Revolusi! Revolusi!". Ada juga teriakan; "Rakyat menuntut kejatuhan rezim".
Mereka juga menuduh para pemimpin Lebanon korupsi. Massa menyerukan agar undang-undang kerahasiaan perbankan yang ketat dicabut sehingga dana negara yang dicuri selama beberapa dekade dikembalikan ke kas negara.
"Pencuri, Pencuri, Michel Aoun adalah pencuri," teriak beberapa demonstran yang melihat di sekeliling mereka dengan gugup dan senyum, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (19/10/2019).
Sekadar diketahui, hukum di Lebanon bisa memenjarakan setiap orang yang menghina presiden.
Demonstrasi damai telah berubah menjadi bentrokan pada Jumat malam, ketika polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di alun-alun Riad al-Solh. Hingga kini belum ada laporan mengenai kemungkinan korban jiwa dan luka dalam bentrok tersebut.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain telah mengeluarkan travel warning bagi warganya yang berencana berkunjung ke Lebanon. Dari beberapa negara itu bahkan ada yang mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon.
Demo di negara itu dimulai sejak Kamis lalu. Massa turun ke jalan di Beirut dan sekitarnya untuk memprotes rencana pemerintah memberlakukan pajak baru.
Hariri, dalam pidatonya untuk publik, menyalahkan partai-partai dalam koalisinya karena menghalangi reformasi ekonomi Lebanon yang sarat utang.
"Saya memberikan tenggat waktu yang sangat singkat kepada mitra kami di pemerintahan 72 jam untuk dapat memberi kami solusi yang dapat meyakinkan orang-orang di jalanan dan mitra internasional kami," katanya.
Dia menggambarkan kelesuan ekonomi Lebanon belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisinya saat ini sulit.
Saat Hariri pidato, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Lebanon di Beirut's Martyr Square (Lapangan Martir Beirut). Massa menyerukan pengunduran diri para pemimpin politik negara itu, termasuk PM Hariri, Presiden Michel Aoun, Ketua Parlemen Nabih Berri, dan Menteri Luar Negeri Gebran Bassil.
Demonstran yang marah dengan rencana untuk mengenakan pajak baru di tengah meningkatnya biaya hidup, meneriakkan; "Revolusi! Revolusi!". Ada juga teriakan; "Rakyat menuntut kejatuhan rezim".
Mereka juga menuduh para pemimpin Lebanon korupsi. Massa menyerukan agar undang-undang kerahasiaan perbankan yang ketat dicabut sehingga dana negara yang dicuri selama beberapa dekade dikembalikan ke kas negara.
"Pencuri, Pencuri, Michel Aoun adalah pencuri," teriak beberapa demonstran yang melihat di sekeliling mereka dengan gugup dan senyum, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (19/10/2019).
Sekadar diketahui, hukum di Lebanon bisa memenjarakan setiap orang yang menghina presiden.
Demonstrasi damai telah berubah menjadi bentrokan pada Jumat malam, ketika polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di alun-alun Riad al-Solh. Hingga kini belum ada laporan mengenai kemungkinan korban jiwa dan luka dalam bentrok tersebut.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain telah mengeluarkan travel warning bagi warganya yang berencana berkunjung ke Lebanon. Dari beberapa negara itu bahkan ada yang mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon.
(mas)