Iran: Jika Arab Saudi Ingin Aman, Jangan Percaya pada AS

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 16:17 WIB
Iran: Jika Arab Saudi...
Iran: Jika Arab Saudi Ingin Aman, Jangan Percaya pada AS
A A A
TEHERAN - Pemerintah Iran memberi saran sekaligus peringatan kapada Arab Saudi jika ingin kerajaan tersebut aman. Teheran memperingatkan Riyadh agar mengakhiri perang di Yaman dan menyarankan mulai menjalin hubungan baik dengan tetangga, bukan justru mempercayai Amerika Serikat (AS).

Saran dan peringatan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menjelang kunjungan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Kunjungan PM Khan untuk menjadi perantara guna membuka pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi.

"Membeli senjata tidak akan memberi Anda (Arab Saudi) keamanan. Jika Arab Saudi ingin aman, cara terbaik adalah mengakhiri perang di Yaman, memulai hubungan baik dengan tetangga dan lingkungannya, dan tidak mempercayai AS," kata Zarif dalam wawancara dengan media Turki, TRT World, yang dilansir Sputniknews, Sabtu (12/10/2019).

Diplomat senior Teheran ini juga menekankan kesiapan Iran untuk berunding dengan Saudi. "Kami selalu terbuka untuk membahas apa pun dengan Arab Saudi. Arab Saudi adalah tetangga kami. Kami akan berada di sini bersama secara permanen," katanya.

"Mereka tidak punya pilihan selain berbicara satu sama lain. Kami tidak pernah menolak perantara...Kami selalu terbuka untuk mediasi, dan kami selalu terbuka untuk pembicaraan langsung dengan tetangga Saudi kami," ujarnya ketika ditanya tentang kunjungan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ke Teheran yang akan datang.

Menteri Zarif juga mengajukan rencana perdamaian, yang secara sugestif dijuluki Hormuz Peace Endeavour (HOPE), yang diusulkan oleh Presiden Hassan Rouhani dalam pidato terakhirnya pada pertemuan tahunan Majelis Umum PBB.

Inisiatif tersebut menyerukan delapan negara di wilayah Teluk Persia untuk bergabung dalam upaya untuk membawa perdamaian melalui dialog. Zarif menyampaikan harapannya untuk mengembangkan rencana perdamaian.

"Kami berharap ini bisa dibahas dan diperkaya lebih lanjut oleh tetangga kami," paparnya.

Menurut sumber-sumber diplomatik yang dikutip oleh Reuters, PM Khan akan memulai kunjungan resmi satu hari ke Iran, di mana dia dijadwalkan akan berbicara dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan pihak Arab Saudi sebagai bagian dari upaya Islamabad untuk meredakan ketegangan yang meningkat di Teluk Persia. Dia sebelumnya menguaraikan masalah itu di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York.

PM Khan sebelumnya mengklaim bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman secara pribadi memintanya untuk berbicara dengan Rouhani guna membantu menyelesaikan kebuntuan di wilayah Teluk Persia.

Secara terpisah, yakni pada bulan lalu, Khan juga mengungkap permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bertindak sebagai "duta besar perdamaian" antara Arab Saudi dan Iran.

Ketegangan antara rival regional Iran dan Arab Saudi telah menurun sejak serangan pesawat nirawak bersenjata dan rudal jelajah terhadap dua fasilitas Saudi Aramco pada 14 September. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun Riyadh curiga Iran ada di belakang serangan tersebut. Sedangkan Teheran dengan tegas menyangkal terlibat.

Namun, ketegangan terjadi lagi setelah kapal tanker minyak Iran, Sabity, dihantam dua rudal di dekat kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi, Jumat kemarin. Serangan yang tidak menimbulkan korban jiwa itu menyebabkan kapal terbakar dan sekitar 1 juta barel minyak mentah tumpah ke Laut Merah.

Belum ada tuduhan resmi mengenai serangan itu, meskipun juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyebutkan bahwa Iran sedang menyelidiki tindakan berbahaya tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1118 seconds (0.1#10.140)