Rezim Kim Jong-un Ancam Lanjutkan Uji Coba Senjata Nuklir Korut
A
A
A
SEOUL - Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) mengancam akan melanjutkan uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Negara komunis itu menuduh Amerika Serikat (AS) telah menghasut beberapa anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengecam uji coba senjatanya baru-baru ini.
Ancaman disampaikan Kementerian Luar Negeri Korut menyusul ketegangan terbaru antara Korea Utara dengan AS pekan lalu. Kedua negara sedianya akan melakukan negosiasi nuklir di Swedia, yang akan menjadi pembicaraan pertama dalam lebih dari tujuh bulan.
Namun, Korea Utara mengatakan perundingan itu batal karena AS tidak memiliki proposal baru.
Beberapa pengamat mengatakan ancaman Korea Utara mungkin merupakan taktik untuk menekan AS agar membuat konsesi sebagai permulaan kembali uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang kemungkinan akan menggagalkan negosiasi, memperdalam isolasi internasionalnya dan prospek redup lebih lanjut untuk membangun kembali ekonomi yang hampir mati.
Kementerian Luar Negeri Korut tersinggung dengan kecaman anggota Dewan Keamanan PBB dari negara-negara Eropa pada Selasa lalu tentang uji coba rudal balistik dan senjata Korut lainnya baru-baru ini. Salah satu tes senjata Pyongyang itu adalah peluncuran rudal pertama yang diluncurkan di bawah air dalam tiga tahun terakhir pada 2 Oktober lalu. Korea Utara mengatakan tes itu dilakukan untuk tujuan bela diri.
Korea Utara juga menuduh AS berada di belakang kecaman Eropa atas tes senjatanya setelah memohon pembicaraan tingkat tinggi Korea Utara-AS di Swedia.
Pada hari Selasa, Dewan Keamanan PBB membahas uji coba rudal bawah laut terbaru yang diluncurkan Korea Utara. Anggota dari Eropa mendesak Pyongyang untuk meninggalkan semua senjata pemusnah massal dan terlibat dalam perundingan yang berarti dengan AS. Pertemuan dewan itu dihadiri oleh Perancis, Jerman dan Inggris.
Belgia dan Polandia bergabung mendukung pernyataan bersama dengan Estonia.
"Kecaman itu merupakan provokasi besar bagi kami," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut, seperti dikutip Military Times, Jumat (11/10/2019), sembari mempertanyakan mengapa Dewan Keamanan PBB tidak bertindak atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III AS pada 2 Oktober lalu.
Tes ICBM Minuteman III diduga untuk memberikan tekanan pada Korea Utara. Namun, Komando Serangan Global Angkatan Udara AS mengatakan bahwa uji coba senjata semacam itu menunjukkan kemampuan sistem rudal balistik antarbenua dan bukan respons terhadap peristiwa dunia atau ketegangan regional.
Korea Utara menegaskan bahwa pihaknya dapat memberikan tanggapan pada tingkat yang sama, tetapi menahan diri untuk tidak melakukan itu karena masih belum perlu atau terlalu dini untuk melakukannya.
Kendati demikian, Pyongyang menegaskan bahwa kesabarannya ada batasnya. Korea Utara sejak tahun lalu menangguhkan uji coba rudal senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Pyongyang juga membongkar sebagian tempat uji coba roket jarak jauhnya dan membongkar satu-satunya tempat uji coba senjata nuklir bawah tanah yang diketahui.
Ancaman disampaikan Kementerian Luar Negeri Korut menyusul ketegangan terbaru antara Korea Utara dengan AS pekan lalu. Kedua negara sedianya akan melakukan negosiasi nuklir di Swedia, yang akan menjadi pembicaraan pertama dalam lebih dari tujuh bulan.
Namun, Korea Utara mengatakan perundingan itu batal karena AS tidak memiliki proposal baru.
Beberapa pengamat mengatakan ancaman Korea Utara mungkin merupakan taktik untuk menekan AS agar membuat konsesi sebagai permulaan kembali uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang kemungkinan akan menggagalkan negosiasi, memperdalam isolasi internasionalnya dan prospek redup lebih lanjut untuk membangun kembali ekonomi yang hampir mati.
Kementerian Luar Negeri Korut tersinggung dengan kecaman anggota Dewan Keamanan PBB dari negara-negara Eropa pada Selasa lalu tentang uji coba rudal balistik dan senjata Korut lainnya baru-baru ini. Salah satu tes senjata Pyongyang itu adalah peluncuran rudal pertama yang diluncurkan di bawah air dalam tiga tahun terakhir pada 2 Oktober lalu. Korea Utara mengatakan tes itu dilakukan untuk tujuan bela diri.
Korea Utara juga menuduh AS berada di belakang kecaman Eropa atas tes senjatanya setelah memohon pembicaraan tingkat tinggi Korea Utara-AS di Swedia.
Pada hari Selasa, Dewan Keamanan PBB membahas uji coba rudal bawah laut terbaru yang diluncurkan Korea Utara. Anggota dari Eropa mendesak Pyongyang untuk meninggalkan semua senjata pemusnah massal dan terlibat dalam perundingan yang berarti dengan AS. Pertemuan dewan itu dihadiri oleh Perancis, Jerman dan Inggris.
Belgia dan Polandia bergabung mendukung pernyataan bersama dengan Estonia.
"Kecaman itu merupakan provokasi besar bagi kami," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut, seperti dikutip Military Times, Jumat (11/10/2019), sembari mempertanyakan mengapa Dewan Keamanan PBB tidak bertindak atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III AS pada 2 Oktober lalu.
Tes ICBM Minuteman III diduga untuk memberikan tekanan pada Korea Utara. Namun, Komando Serangan Global Angkatan Udara AS mengatakan bahwa uji coba senjata semacam itu menunjukkan kemampuan sistem rudal balistik antarbenua dan bukan respons terhadap peristiwa dunia atau ketegangan regional.
Korea Utara menegaskan bahwa pihaknya dapat memberikan tanggapan pada tingkat yang sama, tetapi menahan diri untuk tidak melakukan itu karena masih belum perlu atau terlalu dini untuk melakukannya.
Kendati demikian, Pyongyang menegaskan bahwa kesabarannya ada batasnya. Korea Utara sejak tahun lalu menangguhkan uji coba rudal senjata nuklir dan rudal jarak jauh. Pyongyang juga membongkar sebagian tempat uji coba roket jarak jauhnya dan membongkar satu-satunya tempat uji coba senjata nuklir bawah tanah yang diketahui.
(mas)