Ini Kebijakan Baru Arab Saudi untuk Menarik Wisatawan Asing

Senin, 07 Oktober 2019 - 08:00 WIB
Ini Kebijakan Baru Arab...
Ini Kebijakan Baru Arab Saudi untuk Menarik Wisatawan Asing
A A A
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi mengizinkan pasangan wisatawan asing yang belum menikah untuk menginap di hotel bersama. Itu sebagai bentuk kebijakan baru Kerajaan Saudi dalam reformasi visa untuk menarik wisatawan asing berlibur ke negara yang konservatif tersebut.

“Bagi wisatawan asing tidak perlu menunjukkan identitas (status pernikahan) ketika menginap hotel,” demikian keterangan Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Saudi, dilansir koran berbahasa Arab, Okaz. Sebelumnya Saudi memberlakukan aturan ketat agar pasangan yang menginap di hotel harus menunjukkan surat atau identitas bahwa mereka adalah suami dan istri.

Arab Saudi membuka pintu seluas-luasnya bagi wisatawan asing dari 49 negara untuk meningkatkan sektor pariwisata. Itu sebagai diversifikasi ekonomi agar tidak tergantung dengan minyak. Saudi pun tidak mewajibkan wisatawan perempuan asing untuk mengenakan kerudung, tetapi mereka diperbolehkan berpakaian sopan. Meski demikian, alkohol tetap dilarang di Saudi.

Kendati demikian, aturan lama tentang menginap di hotel tetap berlaku bagi warga Saudi. "Semua warga negara Arab Saudi diminta untuk menunjukkan kartu identitas atau bukti pernikahan ketika menginap di hotel," demikian keterangan Komisi Pariwisata tersebut. Untuk perempuan, termasuk perempuan Saudi, menurut Komisi Pariwisata, mereka bisa menyewa dan tinggal di hotel sendirian dengan hanya menunjukkan kartu identitas ketika akan menginap.

Menurut Simon Calder, editor perjalanan senior di The Independent, mengatakan bahwa pelonggaran peraturan visa kemungkinan akan meningkatkan jumlah orang yang bepergian ke kerajaan. "Penyederhanaan birokrasi untuk memperoleh visa harus mengarah pada peningkatan jumlah pengunjung segera - awalnya, saya bayangkan, dari mereka yang memiliki minat di dunia Arab dan warisannya," katanya kepada BBC.

Melansir Reuters, Saudi selama beberapa dekade memberlakukan aturan ketat di mana tidak memperbolehkan pasangan yang belum menikah untuk menginap di hotel, baik wisatawan asing ataupun warga Saudi. Sebelumnya Saudi juga melarang berbagai tempat hiburan. Demi menarik wisatawan asing dengan target 100 juta per tahun pada 2030, berbagai kebijakan yang menghambat pun dirombak total.

Saudi ingin menjadi negara mereka seperti Dubai, Oman, dan Uni Emirat Arab yang sudah terbuka terhadap wisatawan. “Ini menjadi pengubah permainan bagi industri pariwisata Saudi yang sebelumnya tertutup bagi wisatawan asing dan hanya fokus pada wisatawan religi dan urusan bisnis,” kata Imad Damrah, direktur operasional Colliers International, agen properti di Arab Saudi.

Namun, citra Saudi masih tercoreng dengan skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Kedutaan Besar Saudi di Istanbul pada 2018. Selain itu, Amnesty International dalam laporannya juga menyebut Saudi membatasi kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berorganisasi.

Faktor keamanan juga menjadi perhatian penting setelah ada serangan pesawat nirawak terhadap fasilitas minyak di Saudi. Otoritas Saudi tidak merespons pertanyaan langsung mengenai isu tersebut, namun mereka lebih fokus pada perubahan kebijakan. “Arab Saudi berada pada awal petualangan sebagai destinasi wisata,” kata juru bicara Komisi Pariwisata Saudi kepada CNN.

Selain reformasi kebijakan, Saudi juga mengembangkan berbagai proyek infrastruktur. Satu di antara proyek paling strategis adalah Proyek Laut Merah yang akan menggabungkan resor pantai, pulau, dan pegunungan dengan fasilitas bandara mandiri di perairan barat Saudi.

“Saudi berinvestasi besar-besaran di sektor infrastruktur pariwisata,”kata CEO Red Sea Development Company John Pagano. Proyek seluas 28.000 km persegi akan menciptakan 35.000 pekerjaan langsung dan 35.000 pekerja tidak langsung. “Proyek tersebut juga akan memberikan pemasukan USD5,8 miliar per tahun bagi ekonomi Saudi,” kata Pagano.

Proyek lain adalah metropolis Neom senilai USD500 miliar. Proyek itu terdiri atas tiga negara yang akan menawarkan surga teknologi maju bagi wisatawan. Nanti wisatawan bisa mengendarai mobil otonom dan pesawat nirawak. Kemudian, Qiddiya menjadi proyek yang masih dikerjakan di Riyadh. Itu menjadi kota hiburan paling besar di dunia yang dilengkapi wahana hiburan Six Flag.

Roller coaster terbesar di dunia akan dibangun di sana. Saudi juga akan menjual berbagai destinasi sejarah. Saudi memiliki lima situs warisan dunia versi UNESCO seperti Rock Art di Hail; Al-Ahsa, oasis terbesar di dunia; situs arkeologi Al Hijr, distrik Turaif, dan Kota Tua Jeddah.

Pemerintah Saudi juga membangun jaringan kereta api supercepat. Pertanyaannya, mampukah Saudi bersaing dengan Uni Emirat Arab yang sudah membuka destinasi wisata sejak lama? “Arab Saudi tidak akan mampu mengalahkan Dubai. Saya pikir begitu,” kata Direktur Eksekutif Newton Analytical Kevin Newton.

Dia menambahkan, Saudi akan fokus pada pariwisata ramah keluarga dan teman. Itu justru akan membangun reputasi Saudi dengan dunia muslim. Newton mengungkapkan para pejabat Saudi mengetahui pasar mereka adalah negara-negara muslim.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7340 seconds (0.1#10.140)