Protes Anti-China Pecah di Kazakhstan, Puluhan Orang Ditangkap
A
A
A
ALMATY - Pasukan polisi menangkap dan menahan puluhan orang di dua kota terbesar di Kazakhstan pada hari Sabtu (21/9/2019) ketika mereka ambil bagian dalam protes terhadap pengaruh China di negara tersebut.
China telah menjadi salah satu investor dan mitra dagang terbesar di negara pecahan Soviet tersebut. China berencana merelokasi sejumlah pabrik ke Kazakhstan, namun ditentang publik.
Demo anti-China ini adalah protes serupa terbaru diselenggarakan oleh para pendukung Mukhtar Ablyazov, seorang bankir buron yang tinggal di Prancis. Ablyazov telah menjadi kritikus paling sengit terhadap presiden pertama Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev.
Nazarbayev mengundurkan diri Maret lalu setelah memimpin negara kaya minyak itu selama hampir tiga puluh tahun. Meski mengundurkan diri, dia tetap memiliki kekuasaan besar sebagai Kepala Dewan Keamanan dan memimpin partai Nur Otan yang berkuasa di Kazakhstan.
Otoritas Kazakhstan menganggap gerakan politik Ablyazov ekstremis dan keterlibatan dalam kegiatannya dianggap sebagai kejahatan. Kementerian Dalam Negeri mengatakan polisi telah menahan 57 demonstran dan kemungkinan akan dituntut ke pengadilan.
"Anda tahu bahwa pada hari ini pukul 14.00 siang, DCK (partai politik Democratic Choice of Kazakhstan) yang terlarang di Kazakhsan memanggil untuk berkumpul...kami (polisi) meminta orang-orang untuk bubar, dan mereka yang tidak (bubar), dibawa ke kantor (polisi) distrik untuk diinterogasi," kata Bakytzhan Malybayev, Wakil Kepala Polisi Nur-Sultan, kepada wartawan, yang dilansir Reuters.
"Kami akan melakukan interogasi dan kemudian orang-orang akan dibebaskan," ujarnya.
Wartawan Reuters menyaksikan beberapa penangkapan di Nur-Sultan dan Almaty. Di ibu kota Kazakhstan, Nur-Sultan, polisi menahan seorang pria dengan spanduk bertuliskan slogan-slogan anti-Nazabayez. Salah satunya spanduk bertuliskan; "Jangan biarkan jalan menuju ekspansi China" dan "Orang tua itu adalah musuh".
Beberapa demonstran berteriak; "Kebebasan bagi tahanan politik". Beberapa pengunjuk rasa berusaha melarikan diri ketika polisi masuk dan menghancurkan jendela bus polisi.
Di Almaty, para pengunjuk rasa dengan cepat dibawa ke bus polisi ketika mereka mulai meneriakkan slogan-slogan yang menentang ekspansi China.
China adalah investor utama di sektor energi Kazakhstan dan pembeli minyak serta gas dari negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Tetapi, para kritikus menuduh beberapa perusahaan China—dan juga perusahaan Barat—mempekerjakan terlalu sedikit staf lokal dan membayar mereka lebih sedikit daripada pekerja asing.
China telah menjadi salah satu investor dan mitra dagang terbesar di negara pecahan Soviet tersebut. China berencana merelokasi sejumlah pabrik ke Kazakhstan, namun ditentang publik.
Demo anti-China ini adalah protes serupa terbaru diselenggarakan oleh para pendukung Mukhtar Ablyazov, seorang bankir buron yang tinggal di Prancis. Ablyazov telah menjadi kritikus paling sengit terhadap presiden pertama Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev.
Nazarbayev mengundurkan diri Maret lalu setelah memimpin negara kaya minyak itu selama hampir tiga puluh tahun. Meski mengundurkan diri, dia tetap memiliki kekuasaan besar sebagai Kepala Dewan Keamanan dan memimpin partai Nur Otan yang berkuasa di Kazakhstan.
Otoritas Kazakhstan menganggap gerakan politik Ablyazov ekstremis dan keterlibatan dalam kegiatannya dianggap sebagai kejahatan. Kementerian Dalam Negeri mengatakan polisi telah menahan 57 demonstran dan kemungkinan akan dituntut ke pengadilan.
"Anda tahu bahwa pada hari ini pukul 14.00 siang, DCK (partai politik Democratic Choice of Kazakhstan) yang terlarang di Kazakhsan memanggil untuk berkumpul...kami (polisi) meminta orang-orang untuk bubar, dan mereka yang tidak (bubar), dibawa ke kantor (polisi) distrik untuk diinterogasi," kata Bakytzhan Malybayev, Wakil Kepala Polisi Nur-Sultan, kepada wartawan, yang dilansir Reuters.
"Kami akan melakukan interogasi dan kemudian orang-orang akan dibebaskan," ujarnya.
Wartawan Reuters menyaksikan beberapa penangkapan di Nur-Sultan dan Almaty. Di ibu kota Kazakhstan, Nur-Sultan, polisi menahan seorang pria dengan spanduk bertuliskan slogan-slogan anti-Nazabayez. Salah satunya spanduk bertuliskan; "Jangan biarkan jalan menuju ekspansi China" dan "Orang tua itu adalah musuh".
Beberapa demonstran berteriak; "Kebebasan bagi tahanan politik". Beberapa pengunjuk rasa berusaha melarikan diri ketika polisi masuk dan menghancurkan jendela bus polisi.
Di Almaty, para pengunjuk rasa dengan cepat dibawa ke bus polisi ketika mereka mulai meneriakkan slogan-slogan yang menentang ekspansi China.
China adalah investor utama di sektor energi Kazakhstan dan pembeli minyak serta gas dari negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Tetapi, para kritikus menuduh beberapa perusahaan China—dan juga perusahaan Barat—mempekerjakan terlalu sedikit staf lokal dan membayar mereka lebih sedikit daripada pekerja asing.
(mas)