Teroris Pembantai Jamaah Masjid Christchurch: Berapa yang Saya Bunuh?

Senin, 09 September 2019 - 09:25 WIB
Teroris Pembantai Jamaah...
Teroris Pembantai Jamaah Masjid Christchurch: Berapa yang Saya Bunuh?
A A A
CHRISTCHURCH - Teroris yang membantai 51 orang dengan tembakan di dua masjid di Christchurch , New Zealand, melontarkan beberapa pertanyaan ketika dia pertama kali ditangkap polisi. Brenton Harrison Tarrant , 28, asal Australia, bertanya kepada polisi soal berapa orang yang dia bunuh.

Teroris itu kini mendekam di sebuah penjara dengan keamanan maksimum di New Zealand atau Selandia Baru.

"Berapa banyak yang saya bunuh?,” teriak Tarrant kepada polisi yang menangkapnya. "Berapa banyak yang saya dapatkan?,” tanya dia lagi. Dua lontaran pertanyaan sang teroris itu diungkap The Australian, Senin (9/9/2019).

Dia menghadapi 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan dan beberapa dakwaan lain yang diatur dalam UU Penindakan Terorisme 2002 di Selandia Baru. Dia sejauh ini mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan.

Seperti diketahui, pada 15 Maret 2019, Tarrant menembaki jamaah salat Jumat di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood yang berada di Christchurch. Sebanyak 51 orang tewas, termasuk anak-anak.

Tarrant akhirnya diseret dari mobilnya oleh dua petugas polisi yang baru saja menghadiri sesi pelatihan tentang pelanggar bersenjata. Polisi menabrak mobil Tarrant di sisi kemudi.

Video menunjukkan para petugas polisi membalikkan tubuhnya di jalan dengan kaki mereka.

Tarrant saat beraksi juga menyiarkannya secara langsung di Facebook. Video itu telah dihapus, namun puluhan orang telah dituduh memiliki salinan rekaman yang sekarang dilarang.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern bersumpah untuk mereformasi undang-undang senjata di negaranya setelah penembakan yang mengerikan tersebut. Tahap pertama dari rancangan undang-undang (RUU) reformasi senjata telah disahkan menjadi undang-undang pada bulan April.

Tarrant diduga menggunakan dua senapan semiotomatis, dua shotgun dan senjata api pengungkit.

PM Ardern mengatakan dia berjuang untuk mengingat setiap korban yang masih hidup yang menderita luka tembak. "Dalam setiap kasus, mereka berbicara tentang banyak luka, banyak luka melemahkan yang dianggap tidak mungkin bagi mereka untuk pulih dalam beberapa hari, apalagi berminggu-minggu," katanya.

Pemimpin perempuan Selandia Baru ini telah bersumpah untuk tidak pernah menyebutkan nama teroris yang membantai puluhan orang tersebut. Langkah itu sebagai tindakan untuk melawan tujuan sang teroris, yakni agar tenar.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7725 seconds (0.1#10.140)