Negara di Asia Pasifik yang Tawarkan Prospek di Masa Depan
A
A
A
ZURICH - Kebanyakan orang bermimpi untuk pindah ke negara lain untuk mencari awal yang baru, kesempatan kerja yang lebih baik, dan lingkungan kerja yang lebih baik untuk kesehatan fisik dan mental. Namun, tak banyak orang mengetahui ke mana orang seharusnya mencari negara tujuan lain untuk masa depan yang lebih baik.
HSBC, salah satu bank terbesar di dunia, menyurvei 18.059 ekspatriat dari 163 kawasan untuk mengetahui negara terbaik untuk standar hidup, kesempatan karier, dan kemudahan dalam membesarkan keluarga. Survei yang dilaksanakan YouGove pada Februari hingga Maret 2019 mewawancarai orang dengan usia minimal 18 tahun yang tinggal jauh dari negara asalnya.
Swiss memang untuk tahun ini menempati urutan pertama dan mampu mengalahkan Singapura yang berada di posisi kedua. Asia Pasifik, termasuk Timur Tengah, juga mendominasi 10 besar sebagai negara yang difavoritkan oleh ekspatriat. Misalnya, Selandia Baru (5), Australia (6), Turki (7), Uni Emirat Arab (9) dan Vietnam (10). Kalau Eropa diwakili Swiss (1) dan Spanyol (4). Dari kawasan Amerika Utara direpresentasikan oleh Kanada pada urutan ketiga.
Kenapa negara-negara di Asia tampak mendominasi sebagai tujuan para ekspatriat? Misalnya, Singapura menjadi tujuan para ekspatriat karena tempat terbaik keluarga bagi ekspatriat yang sudah berkeluarga. Maklum, sistem sekolah di sana lebih baik dibandingkan di negara asal mereka. InterNation menempatkan Singapura sebagai kota terbaik kelima untuk mendidik keluarga, dengan pekerjaan yang memiliki prospek dan keamanan yang terjamin.
Namun, biaya hidup di sana memang cukup mahal. “Dengan aliran barang dan pelayanan yang keluar dan masuk Singapura, negara itu menjadi penghubung perdagangan kunci di Asia,” demikian keterangan HSBC, dilansir Channel News Asia. “Singapura juga menjadi kontributor utama dalam perkembangan ekonomi regional,” imbuh bank tersebut.
Kalau para ekspatriat senang dengan kehidupan yang lebih terintegrasi di Vietnam karena warga lokal cenderung lebih aman dan ramah. Negara itu juga masuk peringkat ke-14 untuk prospek karier, kepuasan pekerjaan, dan keseimbangan pekerjaan. Turki yang berbatasan langsung dengan negara konflik, seperti Suriah, juga ternyata masuk dalam negara yang diminati para ekspatriat.
Ekspatriat mengaku orang Turki bersahabat dan terbuka. Mereka juga senang dengan pemandangan budaya yang ditawarkan di Turki. Padahal, Turki merupakan negara yang mengalami lonjakan posisi paling besar, di mana sebelumnya berada pada posisi ke-22 dan naik ke posisi tujuh. Kawasan Uni Emirat Arab juga disukai para ekspatriat. Uni Emirat Arab tidak memberlakukan pajak pendapatan federal.
Itu menjadikan negara tersebut sebagai destinasi bermotif finansial. Akibatnya, kebanyakan pendapatan ekspatriat meningkat. Dari kawasan Pasifik, Selandia Baru merupakan kota paling populer bagi ekspatriat terutama mereka yang berasal dari negara berbahasa Inggris, seperti Inggris, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Mereka yang sudah pindah ke Selandia Baru juga menyatakan terjadi peningkatan kualitas hidup. Umumnya, ekspatriat bisa bertahan hidup di sana lebih dari 20 tahun.
Kemudian, kebanyakan ekspatriat mengaku mendapatkan peningkatan kesehatan yang lebih baik ketika pindah ke Australia. Itu dikarenakan lingkungan di Australia lebih baik dibandingkan tempat tinggal mereka sebelumnya. Mereka juga memuji keseimbangan hidup dan kerja di Australia, meskipun biaya hidupnya tinggi.
Sementara Swiss memang layak menjadi juara nomor wahid untuk ekspatriat. Swiss mampu menggulingkan Singapura untuk tempat terbaik bagi ekspatriat. Swiss juga mampu naik tujuh tempat dari tahun sebelumnya. Ada apa dengan Swiss? “Swiss menawarkan paket lengkap bagi ekspatriat,” kata kepala pasar HSBC Private Banking di Swiss, Jean-Francois Bunlon.
Sebagian besar ekspatriat memilih pindah ke Swiss karena mereka berpandangan adanya peningkatan kualitas hidup mereka. Udara yang bersih dan lingkungan yang aman menjadikan Swiss sebagai rumah kedua bagi mereka. Rata-rata gaji mereka juga mencapai USD111.587 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata gaji ekspatriat USD75.966. Namun, biaya hidup di sana juga tinggi.
The Economist Intelligence Unit menempatkan Zurich dan Jenewa sebagai kota termahal keempat dan kelima di dunia tahun ini. Selain itu, Swiss juga dipilih karena tingkat kejahatan yang rendah, jalanan yang aman, serta stabilitas ekonomi dan politik. Masih tentang Eropa, dengan gaya hidup Mediteranian, Spanyol mengizinkan ekspatriat untuk menikmati kualitas hidup yang baik dan meningkatkan kesehatan mental.
Sekitar 67% responden menyatakan, mereka mendapatkan keseimbangan hidup dan kerja setelah bekerja di Spanyol. Inggris bernasib kurang baik karena menduduki peringkat ke-27. Itu dikarenakan faktor Brexit yang menjadi guncangan ekonomi dan politik. Swedia justru turun ke posisi 20.
Meskipun stabilitas politik serta keseimbangan kerja dan keluarga, ternyata banyak ekspatriat tidak menemukan teman dan potensi kehidupan mereka di negara Skandinavia itu. Adapun Kanada, menjadi negara yang paling menyambut baik ekspatriat asing. Apalagi, kebanyakan ekspatriat juga pindah ke Kanada untuk jangka waktu yang lama.
HSBC, salah satu bank terbesar di dunia, menyurvei 18.059 ekspatriat dari 163 kawasan untuk mengetahui negara terbaik untuk standar hidup, kesempatan karier, dan kemudahan dalam membesarkan keluarga. Survei yang dilaksanakan YouGove pada Februari hingga Maret 2019 mewawancarai orang dengan usia minimal 18 tahun yang tinggal jauh dari negara asalnya.
Swiss memang untuk tahun ini menempati urutan pertama dan mampu mengalahkan Singapura yang berada di posisi kedua. Asia Pasifik, termasuk Timur Tengah, juga mendominasi 10 besar sebagai negara yang difavoritkan oleh ekspatriat. Misalnya, Selandia Baru (5), Australia (6), Turki (7), Uni Emirat Arab (9) dan Vietnam (10). Kalau Eropa diwakili Swiss (1) dan Spanyol (4). Dari kawasan Amerika Utara direpresentasikan oleh Kanada pada urutan ketiga.
Kenapa negara-negara di Asia tampak mendominasi sebagai tujuan para ekspatriat? Misalnya, Singapura menjadi tujuan para ekspatriat karena tempat terbaik keluarga bagi ekspatriat yang sudah berkeluarga. Maklum, sistem sekolah di sana lebih baik dibandingkan di negara asal mereka. InterNation menempatkan Singapura sebagai kota terbaik kelima untuk mendidik keluarga, dengan pekerjaan yang memiliki prospek dan keamanan yang terjamin.
Namun, biaya hidup di sana memang cukup mahal. “Dengan aliran barang dan pelayanan yang keluar dan masuk Singapura, negara itu menjadi penghubung perdagangan kunci di Asia,” demikian keterangan HSBC, dilansir Channel News Asia. “Singapura juga menjadi kontributor utama dalam perkembangan ekonomi regional,” imbuh bank tersebut.
Kalau para ekspatriat senang dengan kehidupan yang lebih terintegrasi di Vietnam karena warga lokal cenderung lebih aman dan ramah. Negara itu juga masuk peringkat ke-14 untuk prospek karier, kepuasan pekerjaan, dan keseimbangan pekerjaan. Turki yang berbatasan langsung dengan negara konflik, seperti Suriah, juga ternyata masuk dalam negara yang diminati para ekspatriat.
Ekspatriat mengaku orang Turki bersahabat dan terbuka. Mereka juga senang dengan pemandangan budaya yang ditawarkan di Turki. Padahal, Turki merupakan negara yang mengalami lonjakan posisi paling besar, di mana sebelumnya berada pada posisi ke-22 dan naik ke posisi tujuh. Kawasan Uni Emirat Arab juga disukai para ekspatriat. Uni Emirat Arab tidak memberlakukan pajak pendapatan federal.
Itu menjadikan negara tersebut sebagai destinasi bermotif finansial. Akibatnya, kebanyakan pendapatan ekspatriat meningkat. Dari kawasan Pasifik, Selandia Baru merupakan kota paling populer bagi ekspatriat terutama mereka yang berasal dari negara berbahasa Inggris, seperti Inggris, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Mereka yang sudah pindah ke Selandia Baru juga menyatakan terjadi peningkatan kualitas hidup. Umumnya, ekspatriat bisa bertahan hidup di sana lebih dari 20 tahun.
Kemudian, kebanyakan ekspatriat mengaku mendapatkan peningkatan kesehatan yang lebih baik ketika pindah ke Australia. Itu dikarenakan lingkungan di Australia lebih baik dibandingkan tempat tinggal mereka sebelumnya. Mereka juga memuji keseimbangan hidup dan kerja di Australia, meskipun biaya hidupnya tinggi.
Sementara Swiss memang layak menjadi juara nomor wahid untuk ekspatriat. Swiss mampu menggulingkan Singapura untuk tempat terbaik bagi ekspatriat. Swiss juga mampu naik tujuh tempat dari tahun sebelumnya. Ada apa dengan Swiss? “Swiss menawarkan paket lengkap bagi ekspatriat,” kata kepala pasar HSBC Private Banking di Swiss, Jean-Francois Bunlon.
Sebagian besar ekspatriat memilih pindah ke Swiss karena mereka berpandangan adanya peningkatan kualitas hidup mereka. Udara yang bersih dan lingkungan yang aman menjadikan Swiss sebagai rumah kedua bagi mereka. Rata-rata gaji mereka juga mencapai USD111.587 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata gaji ekspatriat USD75.966. Namun, biaya hidup di sana juga tinggi.
The Economist Intelligence Unit menempatkan Zurich dan Jenewa sebagai kota termahal keempat dan kelima di dunia tahun ini. Selain itu, Swiss juga dipilih karena tingkat kejahatan yang rendah, jalanan yang aman, serta stabilitas ekonomi dan politik. Masih tentang Eropa, dengan gaya hidup Mediteranian, Spanyol mengizinkan ekspatriat untuk menikmati kualitas hidup yang baik dan meningkatkan kesehatan mental.
Sekitar 67% responden menyatakan, mereka mendapatkan keseimbangan hidup dan kerja setelah bekerja di Spanyol. Inggris bernasib kurang baik karena menduduki peringkat ke-27. Itu dikarenakan faktor Brexit yang menjadi guncangan ekonomi dan politik. Swedia justru turun ke posisi 20.
Meskipun stabilitas politik serta keseimbangan kerja dan keluarga, ternyata banyak ekspatriat tidak menemukan teman dan potensi kehidupan mereka di negara Skandinavia itu. Adapun Kanada, menjadi negara yang paling menyambut baik ekspatriat asing. Apalagi, kebanyakan ekspatriat juga pindah ke Kanada untuk jangka waktu yang lama.
(don)