Pompeo Peringatkan Iran Akan Rasakan Banyak Sanksi dan Isolasi
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo memperingatkan konsekuensi yang akan dirasakan Iran jika memperkaya uranium melampui batasan kesepakatan nuklir 2015. Konsekuensi itu adalah sanski dan isolasi yang jauh lebih banyak.
Pada hari Minggu, Iran mengancam akan memperkaya uranium melampui kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015. Pengayaan itu akan dilakukan dalam beberapa jam ke depan.
Rezim para Mullah juga mengancam akan meninggalkan lebih banyak komitmennya pada JCPOA 2015 kecuali ada solusi yang ditemukan dengan para penandatangan perjanjian tersebut.
JCPOA diteken Teheran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) pada 2015. Namun pada tahun lalu, washington keluar dari perjanjian tersebut dan membuat Teheran marah.
"Perluasan program nuklir Iran terbaru akan mengarah pada isolasi dan sanksi lebih lanjut," kata Pompeo di Twitter yang dikutip dari akun-nya, @SecPompeo, Senin (8/7/2019).
"Negara-negara (penandatangan JCPOA) harus mengembalikan standar lama tidak ada pengayaan untuk program nuklir Iran. Rezim Iran, dipersenjatai dengan senjata nuklir, akan menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi dunia," lanjut Pompeo.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara badan atom Iran, mengatakan persiapan teknis untuk tingkat pengayaan baru akan selesai dalam beberapa jam dan pengayaan lebih dari 3,67 persen akan dimulai.
"Dan besok (Senin hari ini) pagi-pagi sekali, ketika IAEA (pengawas nuklir PBB) mengambil sampel kita akan melampaui 3,67 persen," katanya kepada wartawan di Teheran pada hari Minggu, seperti dikutip Al Jazeera. Batas pengayaan uranium yang ditetapkan adalah tidak melebihi 300 kg.
Abbas Araghchi, wakil menteri luar negeri Iran, mengatakan Teheran akan terus mengurangi komitmennya setiap 60 hari kecuali jika penandatangan JCPOA 2015 melindungi Teheran dari sanksi AS yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Iran membantah sedang berupaya membuat senjata nuklir, namun pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015 berpotensi untuk bahan pembuatan senjata nuklir.
Pada hari Minggu, Iran mengancam akan memperkaya uranium melampui kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015. Pengayaan itu akan dilakukan dalam beberapa jam ke depan.
Rezim para Mullah juga mengancam akan meninggalkan lebih banyak komitmennya pada JCPOA 2015 kecuali ada solusi yang ditemukan dengan para penandatangan perjanjian tersebut.
JCPOA diteken Teheran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) pada 2015. Namun pada tahun lalu, washington keluar dari perjanjian tersebut dan membuat Teheran marah.
"Perluasan program nuklir Iran terbaru akan mengarah pada isolasi dan sanksi lebih lanjut," kata Pompeo di Twitter yang dikutip dari akun-nya, @SecPompeo, Senin (8/7/2019).
"Negara-negara (penandatangan JCPOA) harus mengembalikan standar lama tidak ada pengayaan untuk program nuklir Iran. Rezim Iran, dipersenjatai dengan senjata nuklir, akan menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi dunia," lanjut Pompeo.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara badan atom Iran, mengatakan persiapan teknis untuk tingkat pengayaan baru akan selesai dalam beberapa jam dan pengayaan lebih dari 3,67 persen akan dimulai.
"Dan besok (Senin hari ini) pagi-pagi sekali, ketika IAEA (pengawas nuklir PBB) mengambil sampel kita akan melampaui 3,67 persen," katanya kepada wartawan di Teheran pada hari Minggu, seperti dikutip Al Jazeera. Batas pengayaan uranium yang ditetapkan adalah tidak melebihi 300 kg.
Abbas Araghchi, wakil menteri luar negeri Iran, mengatakan Teheran akan terus mengurangi komitmennya setiap 60 hari kecuali jika penandatangan JCPOA 2015 melindungi Teheran dari sanksi AS yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Iran membantah sedang berupaya membuat senjata nuklir, namun pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015 berpotensi untuk bahan pembuatan senjata nuklir.
(mas)