Serang Suriah, Rusia Sebut Israel Ancam Stabilitas Regional
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengatakan Israel berada di belakang serangkaian serangan udara terhadap sejumlah sasaran di Suriah pada awal pekan ini. Menurut Rusia, serangan-serangan itu akan mengganggu stabilitas kawasan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan enam jet tempur Israel yang beroperasi di wilayah udara Libanon melakukan serangan dini hari. Serangan itu dilaporkan menyasar posisi Iran dan milisi pro Iran di negara itu, khususnya yang terkait dengan pengiriman senjata ke Hizbullah dan kelompok-kelompok teror Syiah lainnya di wilayah Israel.
Israel telah menolak untuk mengomentari serangan itu, yang terjadi kurang dari seminggu setelah pertemuan puncak tiga pihak dengan Rusia dan Amerika Serikat (AS) mengenai kegiatan Teheran dan kehadiran militer di wilayah tersebut.
Serangan udara dilaporkan menargetkan setidaknya selusin situs di Suriah, di luar kota Damaskus dan Homs. Ini adalah serangan terbesar dari jenisnya sejak Mei lalu, ketika Israel bersiap melawan Suriah dan Iran dalam pertempuran malam hari besar-besaran dalam menanggapi serangan roket oleh pasukan Iran pada posisi militer Israel di Dataran Tinggi Golan.
Enam belas orang dilaporkan tewas dalam serangan Senin, termasuk enam warga sipil, meskipun media Suriah mengatakan tidak jelas apakah mereka dibunuh oleh rudal Israel, oleh upaya militer Suriah untuk mencegat mereka atau semacam ledakan sekunder. 10 korban tewas lainnya adalah anggota kelompok pro-Iran, kebanyakan dari mereka bukan warga Suriah.
"Kami prihatin dengan perkembangan situasi yang mengkhawatirkan ini," kata Zakharova dalam jumpa pers.
"Tindakan paksa yang sangat melanggar kedaulatan Suriah, tidak hanya tidak berkontribusi pada normalisasi situasi di negara ini, tetapi juga membawa ancaman destabilisasi regional," imbuhanya, dalam menanggapi pertanyaan tentang serangan itu seperti disitir dari Times of Israel, Kamis (4/7/2019).
Pada Senin malam, sebuah perusahaan intelijen swasta Israel, ImageSat International, mengidentifikasi salah satu situs di Suriah yang menjadi sasaran serangan udara Israel pada hari sebelumnya sebagai hanggar yang kemungkinan menyimpan persenjataan canggih atau peralatan militer lainnya.
Perusahaan itu merilis foto hangar, yang terletak di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah (SSRC) di Jamraya, di luar Damaskus.
Sebuah foto dari situs yang sama dari 4 Juni menunjukkan hanggar 12 meter (39 kaki) kali 30 meter di Jamraya, yang terletak sekitar 10 kilometer barat laut Damaskus. Gambar dari hari Senin menunjukkan struktur benar-benar hancur.
Menurut ImageSat, bangunan itu "mungkin digunakan untuk penyimpanan sistem senjata canggih atau elemen sensitif lainnya."
Kelompok teror Hizbullah dan Garda Revolusi Islam Iran dikatakan telah mempertahankan keberadaannya di fasilitas Jamraya.
AS telah berulang kali menjatuhkan sanksi pada SSRC karena perannya dalam produksi senjata kimia. Prancis juga telah menjatuhkan sanksi pada badan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan enam jet tempur Israel yang beroperasi di wilayah udara Libanon melakukan serangan dini hari. Serangan itu dilaporkan menyasar posisi Iran dan milisi pro Iran di negara itu, khususnya yang terkait dengan pengiriman senjata ke Hizbullah dan kelompok-kelompok teror Syiah lainnya di wilayah Israel.
Israel telah menolak untuk mengomentari serangan itu, yang terjadi kurang dari seminggu setelah pertemuan puncak tiga pihak dengan Rusia dan Amerika Serikat (AS) mengenai kegiatan Teheran dan kehadiran militer di wilayah tersebut.
Serangan udara dilaporkan menargetkan setidaknya selusin situs di Suriah, di luar kota Damaskus dan Homs. Ini adalah serangan terbesar dari jenisnya sejak Mei lalu, ketika Israel bersiap melawan Suriah dan Iran dalam pertempuran malam hari besar-besaran dalam menanggapi serangan roket oleh pasukan Iran pada posisi militer Israel di Dataran Tinggi Golan.
Enam belas orang dilaporkan tewas dalam serangan Senin, termasuk enam warga sipil, meskipun media Suriah mengatakan tidak jelas apakah mereka dibunuh oleh rudal Israel, oleh upaya militer Suriah untuk mencegat mereka atau semacam ledakan sekunder. 10 korban tewas lainnya adalah anggota kelompok pro-Iran, kebanyakan dari mereka bukan warga Suriah.
"Kami prihatin dengan perkembangan situasi yang mengkhawatirkan ini," kata Zakharova dalam jumpa pers.
"Tindakan paksa yang sangat melanggar kedaulatan Suriah, tidak hanya tidak berkontribusi pada normalisasi situasi di negara ini, tetapi juga membawa ancaman destabilisasi regional," imbuhanya, dalam menanggapi pertanyaan tentang serangan itu seperti disitir dari Times of Israel, Kamis (4/7/2019).
Pada Senin malam, sebuah perusahaan intelijen swasta Israel, ImageSat International, mengidentifikasi salah satu situs di Suriah yang menjadi sasaran serangan udara Israel pada hari sebelumnya sebagai hanggar yang kemungkinan menyimpan persenjataan canggih atau peralatan militer lainnya.
Perusahaan itu merilis foto hangar, yang terletak di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah (SSRC) di Jamraya, di luar Damaskus.
Sebuah foto dari situs yang sama dari 4 Juni menunjukkan hanggar 12 meter (39 kaki) kali 30 meter di Jamraya, yang terletak sekitar 10 kilometer barat laut Damaskus. Gambar dari hari Senin menunjukkan struktur benar-benar hancur.
Menurut ImageSat, bangunan itu "mungkin digunakan untuk penyimpanan sistem senjata canggih atau elemen sensitif lainnya."
Kelompok teror Hizbullah dan Garda Revolusi Islam Iran dikatakan telah mempertahankan keberadaannya di fasilitas Jamraya.
AS telah berulang kali menjatuhkan sanksi pada SSRC karena perannya dalam produksi senjata kimia. Prancis juga telah menjatuhkan sanksi pada badan tersebut.
(ian)