Protes Kematian Remaja Ethiopia, 111 Polisi Israel Terluka
A
A
A
TEL AVIV - Aksi demonstrasi memprotes penembakan polisi Israel terhadap seorang remaja Ethiopia-Israel berubah menjadi aksi kekerasan pada Selasa malam. Juru bicara kepolisian Israel mengatakan 111 petugas polisi terluka dan 136 pengunjuk rasa ditangkap dalam kejadian itu.
Aksi protes yang dipicu kemarahan atas penembakan fatal terhadap Salomon Teka pada hari Minggu lalu pecah di beberapa kota. Teka (19) tewas setelah ditembak oleh seorang petugas polisi yang sedang tidak bertugas di Kiryat Haim, tepat di utara Haifa.
Menurut Magen David Adom dari dinas tanggap darurat Israel, belasan pengunjuk rasa dan polisi terluka. Sedangkan menurut juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld, pengunjuk rasa menyerang polisi dan warga sipil.
Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan menyatakan kesedihannya atas kematian Teka dan menegaskan para pemrotes memiliki hak untuk berdemonstrasi. Meski begitu ia memperingatkan aksi demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan.
"Kami tidak akan mentolerir anarki dan kami tidak akan mentolerir pukulan besar terhadap ketertiban umum," kata Erdan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Kamis (4/7/2019).
Video yang dipublikasikan oleh polisi menunjukkan sejumlah mobil terbakar. Video lain yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan gerombolan yang marah melompat ke atas mobil dan berusaha menghancurkan jendelanya ketika mobil itu melaju di jalan.
Banyak demonstrasi terjadi di persimpangan jalan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Polisi sendiri pada awalnya mengambil sikap permisif di seberang protes.
"Selama beberapa hari terakhir polisi telah mengizinkan demonstrasi berlangsung dan membiarkan para pengunjuk rasa berdemonstrasi secara terbuka. Polisi telah melakukan dialog terbuka dengan para pemimpin masyarakat untuk mencegah kerusuhan dan kekerasan terhadap polisi atau warga sipil," bunyi sebuah pernyataan polisi.
"Polisi sekarang merespons dengan membubarkan protes dan mencegah kerusuhan lebih lanjut dan tindakan berbahaya bagi polisi dan warga sipil," sambung pernyataan itu.
Investigasi terkait penembakan itu sendiri itu tengah berlangsung.
Sebuah pernyataan awal oleh polisi tentang insiden itu mengatakan petugas yang tidak bertugas itu mengaku melihat perkelahian di taman bermain.
"Setelah mendekati orang-orang yang terlibat dalam perkelahian dan mengatakan kepada mereka bahwa dia adalah seorang perwira polisi, mereka mulai melempari dia dengan batu," kata pernyataan polisi.
Petugas yang tidak bertugas menemukan dirinya dalam situasi yang mengancam jiwa, kata pernyataan itu lagi, dan dia melepaskan tembakan.
Namun, menurut laporan media Israel, pernyataan itu dibantah oleh para saksi mata.
Presiden Israel Reuven Rivlin, yang telah sering berbicara tentang keinginannya untuk melihat kohesi sosial yang lebih besar di Israel, berbicara langsung dengan komunitas Ethiopia di negara itu dan meminta mereka untuk tetap tenang.
"Saya meminta kita semua untuk bertindak secara bertanggung jawab dan tidak berlebihan. Saya tahu bahwa Anda melakukan segalanya dengan kekuatan Anda untuk menyampaikan suara protes Anda dan memimpin untuk perubahan yang berkaitan dengan memperbaiki kesalahan serta menciptakan masa depan yang lebih baik," kata Rivlin dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada yang ingin balas dendam. Kegelisahan datang dari keretakan yang dalam dan doa yang luar biasa untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Kita semua adalah mitra, kita semua harus menjadi mitra dalam proses ini. Kita tidak memiliki pilihan lain," demikian bunyi pernyataan itu.
Aksi protes yang dipicu kemarahan atas penembakan fatal terhadap Salomon Teka pada hari Minggu lalu pecah di beberapa kota. Teka (19) tewas setelah ditembak oleh seorang petugas polisi yang sedang tidak bertugas di Kiryat Haim, tepat di utara Haifa.
Menurut Magen David Adom dari dinas tanggap darurat Israel, belasan pengunjuk rasa dan polisi terluka. Sedangkan menurut juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld, pengunjuk rasa menyerang polisi dan warga sipil.
Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan menyatakan kesedihannya atas kematian Teka dan menegaskan para pemrotes memiliki hak untuk berdemonstrasi. Meski begitu ia memperingatkan aksi demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan.
"Kami tidak akan mentolerir anarki dan kami tidak akan mentolerir pukulan besar terhadap ketertiban umum," kata Erdan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Kamis (4/7/2019).
Video yang dipublikasikan oleh polisi menunjukkan sejumlah mobil terbakar. Video lain yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan gerombolan yang marah melompat ke atas mobil dan berusaha menghancurkan jendelanya ketika mobil itu melaju di jalan.
Banyak demonstrasi terjadi di persimpangan jalan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Polisi sendiri pada awalnya mengambil sikap permisif di seberang protes.
"Selama beberapa hari terakhir polisi telah mengizinkan demonstrasi berlangsung dan membiarkan para pengunjuk rasa berdemonstrasi secara terbuka. Polisi telah melakukan dialog terbuka dengan para pemimpin masyarakat untuk mencegah kerusuhan dan kekerasan terhadap polisi atau warga sipil," bunyi sebuah pernyataan polisi.
"Polisi sekarang merespons dengan membubarkan protes dan mencegah kerusuhan lebih lanjut dan tindakan berbahaya bagi polisi dan warga sipil," sambung pernyataan itu.
Investigasi terkait penembakan itu sendiri itu tengah berlangsung.
Sebuah pernyataan awal oleh polisi tentang insiden itu mengatakan petugas yang tidak bertugas itu mengaku melihat perkelahian di taman bermain.
"Setelah mendekati orang-orang yang terlibat dalam perkelahian dan mengatakan kepada mereka bahwa dia adalah seorang perwira polisi, mereka mulai melempari dia dengan batu," kata pernyataan polisi.
Petugas yang tidak bertugas menemukan dirinya dalam situasi yang mengancam jiwa, kata pernyataan itu lagi, dan dia melepaskan tembakan.
Namun, menurut laporan media Israel, pernyataan itu dibantah oleh para saksi mata.
Presiden Israel Reuven Rivlin, yang telah sering berbicara tentang keinginannya untuk melihat kohesi sosial yang lebih besar di Israel, berbicara langsung dengan komunitas Ethiopia di negara itu dan meminta mereka untuk tetap tenang.
"Saya meminta kita semua untuk bertindak secara bertanggung jawab dan tidak berlebihan. Saya tahu bahwa Anda melakukan segalanya dengan kekuatan Anda untuk menyampaikan suara protes Anda dan memimpin untuk perubahan yang berkaitan dengan memperbaiki kesalahan serta menciptakan masa depan yang lebih baik," kata Rivlin dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada yang ingin balas dendam. Kegelisahan datang dari keretakan yang dalam dan doa yang luar biasa untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Kita semua adalah mitra, kita semua harus menjadi mitra dalam proses ini. Kita tidak memiliki pilihan lain," demikian bunyi pernyataan itu.
(ian)