Eropa Kewalahan Atasi Kebakaran dan Gelombang Panas

Jum'at, 28 Juni 2019 - 06:47 WIB
Eropa Kewalahan Atasi Kebakaran dan Gelombang Panas
Eropa Kewalahan Atasi Kebakaran dan Gelombang Panas
A A A
TARRAGONA - Negara-negara di Eropa harus menghadapi kebakaran, gelombang panas dan berbagai ancaman kesehatan bagi warganya. Kebakaran lahan melanda berbagai wilayah Catalonia, Spanyol. Adapun otoritas Prancis membatasi penggunaan air dan mengemudi di sejumlah kota. Berbagai negara di Eropa barat juga mengalami gelombang panas.

Suhu mencapai 44 derajat Celsius di beberapa wilayah utara Spanyol dan selatan Prancis, membuat banyak orang menyejukkan diri di laut, sungai, danau, air mancur dan kolam renang. Pemadam kebakaran kewalahan mengatasi kebakaran lahan di wilayah seluas 4.000 hektare di wilayah timur laut Catalonia. Mereka memperingatkan wilaya terdampak dapat bertambah hingga lima kali lipat karena panas tinggi dan angin kencang.

Sejumlah helikopter menjatuhkan air di atas lahan yang kebakaran di lokasi sekitar 80 km dari kota pantai Tarragona. Belum ada laporan korban tewas tapi pemerintah regional menyatakan sekitar 30 orang dievakuasi dari lahan pertanian di wilayah itu. Kebakaran ini merupakan yang terburuk di Catalonia dalam 20 tahun terakhir,” ungkap pernyataan pemerintah Catalonia, dilansir Reuters.

Di Prancis, otoritas membatasi warga mengemudi kendaraan. Kebijakan ini sudah berlaku di Paris dan Lyon hingga Marseille dan Strasbourg untuk mengurangi polusi udara. Beberapa sekolah diliburkan dan ujian musim panas ditunda. Beberapa wilayah Prancis utara juga mengeluarkan peringatan kekeringan dengan suplai air untuk bisnis, petani dan warga biasa dibatasi.

Menteri Pertanian Prancis Didier Guillaume mengumumkan larangan pemindahan binatang hingga gelombang panas berakhir. Surat kabar Midi Libre melaporkan ada tiga orang yang tewas di pantai di selatan Prancis pada pekan ini akibat panas. Meski demikian, Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn menyatakan masih terlalu dini untuk secara akurat memperkirakan jumlah korban tewas.

“Telepon untuk layanan darurat meningkat di penjuru negeri. Kami meliaht awal dari dampak nyata gelombang panas,” kata Jerome Saloman, kepala kesehatan publik nasional Prancis. “Bagi kami yang terburuk masih akan datang,” tutur Saloman. Sebelumnya dilaporkan, para turis di Roma dan Paris merasa kepanasan dengan suhu yang semakin panas.

Mereka pun memenuhi air mancur dan mendinginkan tubuh dengan es krim. Situasi itu terjadi saat gelombang panas terus melanda benua Eropa. “Dengan matahari panas ini kami mencoba dan berupaya ke tempat yang lebih dingin,” kata Fari, turis asal Spanyol yang datang ke ibu kota Italia, Roma, saat berada di air mancur Trevi.

“Dari jam 8 pagi kami melihat-lihat Roma dan mulai tengah hari kami makan es krim,” tutur Fari pada kantor berita Reuters. Suhu mencapai 31 derajat Celsius pada Rabu (26) pagi dengan kelembaban yang tinggi. Di Paris, warga lokal dan turis berteduh di sekitar air mancur Trocadero, kompleks Menara Eiffel.

“Ini benar-benar tidak nyaman sekarang. Panas sangat tinggi, saya pikir ini di atas 35 derajat. Jadi bagi kami, melakukan tur dua setengah jam, tiga jam, benar-benar sulit,” kata pemandu tur asal Argentina, Ayelen Rozitchner, 32. Badan Meteorologi Prancis mengeluarkan peringatan oranye, level tertinggi kedua tentang peringatan cuaca. Mereka memproyeksikan suhu 34 derajat Celsius di Paris dan sekitar 39 derajat Celsius di tempat lain.

Pemerintah Prancis awal pekan ini telah mengumumkan menghentikan ujian pada murid usia 14 dan 15 tahun dengan alasan gelombang panas. Oposisi menuduh langkah itu berlebihan. “Ini bukan membuat resah. Saya meminta semua orang bertanggung jawab pada diri sendiri, keluarga dan tetangga mereka, serta menghindari penumpukan ke kamar darurat rumah sakit karena orang mengambil risiko yang tak perlu,” papar Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn saat konferensi pers kemarin.

Prancis mulai meliburkan puluhan sekolah karena gelombang panas. Sekitar 50 sekolah di wilayah Essone, selatan Paris, diliburkan karena kurang memiliki pengatur suhu ruangan atau AC. “Sekolah-sekolah juga diliburkan di Val de Marne dan Seine et Marne, dekat Paris,” ungkap laporan televisi Prancis, BFMTV.

Gelombang panas mengingatkan warga Prancis pada Agustus 2003, saat suhu panas mengakibatkan para pasien tak dapat ditampung di rumah sakit dan menewaskan sekitar 15.000 orang yang sebagian besar warga lanjut usia. Pemerintah menyatakan sudah banyak kemajuan yang dibuat sejak saat itu. Otoritas di Paris mendirikan kamar-kamar dingin di sejumlah gedung pemerintah, membuka kolam renang untuk berenang larut malam dan memasang tempat minum tambahan.

Gelombang panas juga mempengaruhi Spanyol, Jerman, Swiss dan Belgia. Di Jerman, meteorologis Andreas Friedrich menyatakan badan cuaca Jerman mengeluarkan peringatan panas berdasarkan suhu udara yang terasa, sesuai yang dirasakan orang saat berpakaian dan terpapar sinar matahari.

Lembaga itu diperkirakan mencatat suhu udara yang terasa di baratdaya Jerman sekitar 43 derajat Celsius kemarin. “Itu berarti tekanan suhu ekstrem. Dan itu berarti sangat waspada, hindari aktivitas fisik pada siang hari, berada di naungan, dan tentu minum cairan yang banyak,” kata Friedrich.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2995 seconds (0.1#10.140)