Demonstran Bubar setelah Lempar Telur ke Markas Polisi Hong Kong
A
A
A
HONG KONG - Ribuan demonstran anti-RUU Ekstradisi yang mengepung markas polisi Hong Kong dari Jumat siang hingga malam sebagian besar telah membubarkan diri pada hari Sabtu (22/6/2019). Sebelum bubar, para demonstran melemparkan telur ke markas tersebut.
Beberapa jalan yang sempat ditutup kini dibuka kembali sehingga lalu lintas mulai normal seperti biasa. Meski sebagian besar demonstran bubar, namun belum jelas apakah protes besar di kota itu akan berlanjut atau tidak.
Hong Kong telah dilanda demo besar yang memasuki pekan ketiga. Massa pro-demokrasi menentang rancangan udang-undang (RUU) Ekstradisi China. Jika disahkan, RUU itu memungkinkan tersangka kriminal yang diburu Beijing untuk diekstradisi ke China.
Pada hari Jumat, massa demonstran yang sebagian besar adalah mahasiswa beraksi dengan topi, kacamata pelindung, dan masker wajah. Mereka menuntut pemimpin Hong Kong yang pro-Beijing, Carrie Lam, menarik dan membuang RUU Ekstradisi.
Polisi memindahkan barikade pada Sabtu pagi. Beberapa petugas polisi bisa pulang setelah lebih dari 15 jam markas mereka diblokade. Mengutip Reuters, hanya beberapa ratus pengunjuk rasa yang tersisa bertahan di sekitar markas polisi.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu pagi, polisi mengatakan tindakan para pengunjuk rasa telah secara serius memengaruhi pekerjaan mereka termasuk penyediaan layanan darurat kepada publik.
"Polisi telah menunjukkan toleransi terbesar kepada para pengunjuk rasa...tetapi cara mereka mengekspresikan pandangan telah menjadi ilegal, tidak rasional dan tidak masuk akal. Polisi akan secara ketat menindaklanjuti kegiatan ilegal ini," bunyi pernyataan kepolisian Hong Kong.
Laporan media setempat mengatakan para demonstran sepanjang siang hingga malam tadi melempari markas polisi dengan telur.
"Saya sekarang meminta anggota masyarakat untuk pergi sesegera mungkin," kata juru bicara kepolisian Yolanda Yu pada konferensi pers.
Di luar markas polisi, aktivis Joshua Wong meminta polisi untuk menjawab tuntutan atas taktik "tangan besi" yang digunakan selama protes massa pada 12 Juni lalu, termasuk penembakan 150 putaran gas air mata, peluru karet dan pemukulan terhadap demonstran yang tidak bersenjata oleh polisi dengan pentungan.
"Kami...mendesak polisi untuk meminta maaf kepada orang-orang atas penggunaan taktik semacam itu dan pelabelan pertemuan (demonstran) ini sebagai kerusuhan," Joshua Wong.
Beberapa jalan yang sempat ditutup kini dibuka kembali sehingga lalu lintas mulai normal seperti biasa. Meski sebagian besar demonstran bubar, namun belum jelas apakah protes besar di kota itu akan berlanjut atau tidak.
Hong Kong telah dilanda demo besar yang memasuki pekan ketiga. Massa pro-demokrasi menentang rancangan udang-undang (RUU) Ekstradisi China. Jika disahkan, RUU itu memungkinkan tersangka kriminal yang diburu Beijing untuk diekstradisi ke China.
Pada hari Jumat, massa demonstran yang sebagian besar adalah mahasiswa beraksi dengan topi, kacamata pelindung, dan masker wajah. Mereka menuntut pemimpin Hong Kong yang pro-Beijing, Carrie Lam, menarik dan membuang RUU Ekstradisi.
Polisi memindahkan barikade pada Sabtu pagi. Beberapa petugas polisi bisa pulang setelah lebih dari 15 jam markas mereka diblokade. Mengutip Reuters, hanya beberapa ratus pengunjuk rasa yang tersisa bertahan di sekitar markas polisi.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu pagi, polisi mengatakan tindakan para pengunjuk rasa telah secara serius memengaruhi pekerjaan mereka termasuk penyediaan layanan darurat kepada publik.
"Polisi telah menunjukkan toleransi terbesar kepada para pengunjuk rasa...tetapi cara mereka mengekspresikan pandangan telah menjadi ilegal, tidak rasional dan tidak masuk akal. Polisi akan secara ketat menindaklanjuti kegiatan ilegal ini," bunyi pernyataan kepolisian Hong Kong.
Laporan media setempat mengatakan para demonstran sepanjang siang hingga malam tadi melempari markas polisi dengan telur.
"Saya sekarang meminta anggota masyarakat untuk pergi sesegera mungkin," kata juru bicara kepolisian Yolanda Yu pada konferensi pers.
Di luar markas polisi, aktivis Joshua Wong meminta polisi untuk menjawab tuntutan atas taktik "tangan besi" yang digunakan selama protes massa pada 12 Juni lalu, termasuk penembakan 150 putaran gas air mata, peluru karet dan pemukulan terhadap demonstran yang tidak bersenjata oleh polisi dengan pentungan.
"Kami...mendesak polisi untuk meminta maaf kepada orang-orang atas penggunaan taktik semacam itu dan pelabelan pertemuan (demonstran) ini sebagai kerusuhan," Joshua Wong.
(mas)