Iran Ungkap Serangan Pemberontak di Suriah Konspirasi AS dan Israel
loading...
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi mengklaim Amerika Serikat (AS) dan Israel bertanggung jawab atas kebangkitan pemberontak di Suriah.
Dia menegaskan Teheran akan mendukung upaya pemerintah di Damaskus yang bertujuan menghentikan serangan pemberontak yang sedang berlangsung.
Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, menyerang wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah utara pada hari Rabu bersama sekelompok pemberontak sekutu.
Serangan itu melanggar gencatan senjata yang rapuh yang ditengahi oleh Rusia dan Turki pada tahun 2020.
Pada hari Jumat (29/11/2024), para pejuang HTS telah memasuki Aleppo, yang telah berada di bawah kendali pemerintah Suriah sejak tahun 2016.
Dalam panggilan telepon dengan Menlu Suriah Bassam al-Sabbagh pada hari Jumat, Araghchi menyebut serangan itu sebagai “konspirasi Amerika-Zionis”.
Menurut PressTV Iran, Araghchi mencatat serangan itu terjadi segera setelah Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon, yang menunjukkan Washington dan Israel menggunakan HTS sebagai proksi untuk menyerang pemerintah Suriah, yang mendukung perjuangan Palestina.
Araghchi mengatakan kepada al-Sabbagh bahwa Iran terus mendukung "pemerintah, negara, dan militer Suriah dalam memerangi terorisme dan melindungi keamanan dan stabilitas regional," demikian laporan PressTV.
Sebelum mengadopsi nama saat ini pada tahun 2017, Hayat Tahrir-al-Sham dikenal sebagai Jabhat al-Nusra.
Secara tidak langsung dipersenjatai oleh AS, kelompok tersebut merupakan salah satu faksi utama yang menentang pemerintah Presiden Bashar Assad selama Perang Saudara Suriah.
Dia menegaskan Teheran akan mendukung upaya pemerintah di Damaskus yang bertujuan menghentikan serangan pemberontak yang sedang berlangsung.
Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, menyerang wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah utara pada hari Rabu bersama sekelompok pemberontak sekutu.
Serangan itu melanggar gencatan senjata yang rapuh yang ditengahi oleh Rusia dan Turki pada tahun 2020.
Pada hari Jumat (29/11/2024), para pejuang HTS telah memasuki Aleppo, yang telah berada di bawah kendali pemerintah Suriah sejak tahun 2016.
Dalam panggilan telepon dengan Menlu Suriah Bassam al-Sabbagh pada hari Jumat, Araghchi menyebut serangan itu sebagai “konspirasi Amerika-Zionis”.
Menurut PressTV Iran, Araghchi mencatat serangan itu terjadi segera setelah Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon, yang menunjukkan Washington dan Israel menggunakan HTS sebagai proksi untuk menyerang pemerintah Suriah, yang mendukung perjuangan Palestina.
Araghchi mengatakan kepada al-Sabbagh bahwa Iran terus mendukung "pemerintah, negara, dan militer Suriah dalam memerangi terorisme dan melindungi keamanan dan stabilitas regional," demikian laporan PressTV.
Sebelum mengadopsi nama saat ini pada tahun 2017, Hayat Tahrir-al-Sham dikenal sebagai Jabhat al-Nusra.
Secara tidak langsung dipersenjatai oleh AS, kelompok tersebut merupakan salah satu faksi utama yang menentang pemerintah Presiden Bashar Assad selama Perang Saudara Suriah.