AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35

Jum'at, 07 Juni 2019 - 13:48 WIB
AS Tolak Latih Pilot...
AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35
A A A
WASHINGTON - Washington telah memutuskan untuk berhenti menerima setiap pilot Turki tambahan yang berencana datang ke Amerika Serikat untuk berlatih dengan pesawat tempur F-35. Keputusan itu diambil setelah Ankara menolak membatalkan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Kantor berita Reuters pada Jumat (7/6/2019) mengungkap penghentian pelatihan itu dengan mengutip para pejabat Washington. Saat ini, empat pilot dan sekitar 47 personel sedang menjalani pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona, di mana mereka diajari cara memelihara dan mengarahkan jet tempur generasi kelima.

Pemerintahan Trump secara resmi belum memutuskan apakah akan membatasi program pelatihan untuk para personel Turki yang sudah ada di AS, atau menundanya sama sekali. Namun, pada pekan lalu pemerintah AS dengan serius mempertimbangkan untuk menangguhkan semua pelatihan bagi prajurit Turki ketika Ankara menaati kesepakatan senilai 2,5 miliar dolar dengan Moskow, atau mengabaikan ultimatum Washington.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan pada Jumat lalu bahwa AS akan lebih memilih untuk menyelesaikan perbedaan di antara mitra strategisnya melalui negosiasi, daripada mengirim pilotnya pulang dalam tanggapan yang luar biasa.

"Saya tidak ingin menghubunginya (Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar) dan berkata, minta orang-orang Anda untuk pulang, itu bukan cara yang terhormat antara dua mitra strategis," katanya.

Kathryn Wheelbarger, salah satu pejabat kebijakan paling senior Pentagon, mengatakan pada pekan lalu bahwa penyelesaian transaksi Turki dengan Rusia akan "menghancurkan" dan menjadi pukulan berat pada program F-35 dan interoperabilitas Turki dalam aliansi NATO.

"S-400 adalah sistem Rusia yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat seperti F-35," kata Wheelbarger, asisten asisten menteri pertahanan AS. "Dan tidak terbesit membayangkan Rusia tidak memanfaatkan kesempatan pengumpulan (data intelijen dari) itu."

Turki menawarkan untuk membuat kelompok kerja dengan AS untuk mencoba mencapai kompromi, tetapi Washington telah menegaskan bahwa mereka menginginkan Ankara untuk membeli sistem rudal Patriot sebagai pengganti S-400 Rusia. Turki bersikeras telah memilih apa yang mereka anggap lebih baik untuk pertahanan nasionalnya. Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan mengatakan tawaran AS itu tidak sebanding dengan tawaran Rusia.

Ankara berkali-kali mengatakan bahwa pembelian S-400 adalah kesepakatan yang sudah dilakukan, dan tidak akan menyerah dalam menghadapi ancaman Amerika yang akan menyingkirkan Turki dari program F-35.

Washington berpendapat bahwa sistem S-400 menimbulkan ancaman keamanan terhadap infrastruktur NATO dan interoperabilitasnya dengan Turki. Selain itu, sistem senjata pertahanan buatan Rusia itu dianggap membahayakan keamanan F-35, jika Turki mengambil kendali atas jet-jet tempur siluman tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1047 seconds (0.1#10.140)