Iran Minta Dipasok Sistem Rudal S-400 Rusia, tapi Ditolak Putin
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Iran ternyata meminta Rusia memasok sistem pertahanan rudal canggih S-400 . Namun, permintaan Teheran itu ditolak Moskow.
Laporan Bloomberg pada hari Kamis (30/5/2019) mengungkap keinginan Teheran untuk membeli senjata pertahanan tersebut. Laporan itu mengutip seorang pejabat senior Rusia yang tidak disebutkan namanya.
Pejabat itu mengatakan permintaan Teheran itu ditolak oleh Presiden Rusia Vladimir Putin karena khawatir penjualan tersebut akan menambah ketegangan di Timur Tengah. Pemerintah Iran dan Rusia belum berkomentar terkait laporan ini.
Laporan itu muncul ketika KTT darurat Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) digelar di kota Makkah, Arab Saudi. Pertemuan darurat yang dihadiri para pemimpin Arab itu untuk membahas serangan pesawat tak berawak terhadap instalasi minyak di Arab Saudi dan serangan terhadap empat kapal, termasuk dua kapal tanker minyak Saudi di lepas pantai Uni Emirat Arab awal bulan ini.
Teheran membantah terlibat dalam serangan kapal tanker minyak itu. Namun, Pentagon Amerika Serikat (AS) yang mengutip informasi intelijen menyatakan Iran di balik serangan tersebut.
AS sedang mengejar apa yang disebutnya "kampanye tekanan maksimum" dari sanksi terhadap Iran untuk mengurangi aliran pendapatannya dari ekspor minyak dan kegiatan ekonomi lainnya. Tindakan Washington itu bagian dari upaya untuk mengekang kebijakan Teheran yang dianggap mengganggu kawasan Timur Tengah.
Laporan Bloomberg mengatakan reaksi Rusia terhadap permintaan Iran mencerminkan keseimbangan kekuatan yang halus di Teluk Persia, di mana pertikaian sedang terjadi antara Republik Islam di satu sisi, dan AS bersama sekutu Arab di sisi lain.
Pada hari Rabu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton merinci serangan di dekat pusat bungker Uni Emirat Arab (UEA) yang terhubung dengan stasiun pompa pipa minyak Timur Tengah dan serangan roket ke Zona Hijau Baghdad beberapa waktu lalu.
"Tidak ada keraguan dalam pikiran siapa pun di Washington yang bertanggung jawab untuk ini dan saya pikir penting bahwa kepemimpinan di Iran tahu bahwa kami mengetahuinya," kata Bolton.
Dia mengatakan Amerika Serikat berusaha mengambil pendekatan "bijaksana dan bertanggung jawab", tetapi memperingatkan Teheran akan konsekuensi dari serangan baru.
Awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengerahan 1.500 tentara tambahan di wilayah Timur Tengah. Alasannya untuk melindungi pasukan dan kepentingan Washington di Timur Tengah dari potensi serangan Iran dan proksinya.
Laporan Bloomberg pada hari Kamis (30/5/2019) mengungkap keinginan Teheran untuk membeli senjata pertahanan tersebut. Laporan itu mengutip seorang pejabat senior Rusia yang tidak disebutkan namanya.
Pejabat itu mengatakan permintaan Teheran itu ditolak oleh Presiden Rusia Vladimir Putin karena khawatir penjualan tersebut akan menambah ketegangan di Timur Tengah. Pemerintah Iran dan Rusia belum berkomentar terkait laporan ini.
Laporan itu muncul ketika KTT darurat Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) digelar di kota Makkah, Arab Saudi. Pertemuan darurat yang dihadiri para pemimpin Arab itu untuk membahas serangan pesawat tak berawak terhadap instalasi minyak di Arab Saudi dan serangan terhadap empat kapal, termasuk dua kapal tanker minyak Saudi di lepas pantai Uni Emirat Arab awal bulan ini.
Teheran membantah terlibat dalam serangan kapal tanker minyak itu. Namun, Pentagon Amerika Serikat (AS) yang mengutip informasi intelijen menyatakan Iran di balik serangan tersebut.
AS sedang mengejar apa yang disebutnya "kampanye tekanan maksimum" dari sanksi terhadap Iran untuk mengurangi aliran pendapatannya dari ekspor minyak dan kegiatan ekonomi lainnya. Tindakan Washington itu bagian dari upaya untuk mengekang kebijakan Teheran yang dianggap mengganggu kawasan Timur Tengah.
Laporan Bloomberg mengatakan reaksi Rusia terhadap permintaan Iran mencerminkan keseimbangan kekuatan yang halus di Teluk Persia, di mana pertikaian sedang terjadi antara Republik Islam di satu sisi, dan AS bersama sekutu Arab di sisi lain.
Pada hari Rabu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton merinci serangan di dekat pusat bungker Uni Emirat Arab (UEA) yang terhubung dengan stasiun pompa pipa minyak Timur Tengah dan serangan roket ke Zona Hijau Baghdad beberapa waktu lalu.
"Tidak ada keraguan dalam pikiran siapa pun di Washington yang bertanggung jawab untuk ini dan saya pikir penting bahwa kepemimpinan di Iran tahu bahwa kami mengetahuinya," kata Bolton.
Dia mengatakan Amerika Serikat berusaha mengambil pendekatan "bijaksana dan bertanggung jawab", tetapi memperingatkan Teheran akan konsekuensi dari serangan baru.
Awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengerahan 1.500 tentara tambahan di wilayah Timur Tengah. Alasannya untuk melindungi pasukan dan kepentingan Washington di Timur Tengah dari potensi serangan Iran dan proksinya.
(mas)