Iran Tingkatkan Pengayaan Uranium Empat Kali Lipat
A
A
A
TEHERAN - Organisasi Energi Atom Iran mengumumkan bahwa Teheran resmi meningkatkan pengayaan uranium empat kali lipat. Pengumuman ini muncul ketika perang kata-kata antara Washington dan Teheran memanas.
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan kepada media Iran bahwa keputusan itu dibuat untuk "menangkal sanksi ofensif".
Kamalvandi mengklarifikasi bahwa Iran tidak akan menambah jumlah sentrifugalnya. Tingkat pengayaan uranium Iran yang diperkaya dalam kadar rendah saat ini di atas 3,5 persen.
Di bawah pakta nuklir 2015, Teheran diizinkan untuk menimbun maksimal 300 kg uranium yang diperkaya dalam kadar rendah dan diminta untuk mengirim kelebihan apa pun ke luar negeri untuk disimpan atau dijual.
Kesepakatan itu juga memungkinkan Iran untuk memperkaya uranium pada 3,67 persen—tingkat yang cocok untuk pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi jauh di bawah 90 persen untuk pembuatan senjata.
AS telah keluar dari perjanjian nuklir tersebut pada tahun lalu dan memberlakukan kembali sanksinya terhadap Teheran. Iran kemudian mengancam untuk secara bertahap menarik diri dari perjanjian nuklir tersebut jika mitra dalam perjanjian—Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia—tidak membantunya untuk menghindari sanksi AS.
"Tidak akan sampai lama kita melewati batas 300 kg uranium yang diperkaya dalam kadar rendah. Jadi, lebih baik bagi pihak lain untuk melakukan apa yang perlu dilakukan," katanya, merujuk pada langkah-langkah oleh kekuatan lain untuk melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS.
Kamalvandi menambahkan bahwa Teheran tidak memiliki niat untuk keluar dari perjanjian itu.
Ali Fathollah-Nejad, peneliti di Brookings Institute di Doha, menggambarkan langkah Iran untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya dalam kadar rendah itu sebagai upaya bertahap oleh Iran untuk membangun kembali jenis pengaruh yang dimilikinya ketika melakukan negosiasi dengan AS pada 2012
"Ini ditujukan untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional, khususnya AS, bahwa Iran tidak berada dalam posisi lemah. Namun, ini juga merupakan upaya yang berisiko, karena dapat membahayakan dukungan politik dan diplomatik yang hingga saat ini diterima Iran dari Eropa," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (21/5/2019).
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan kepada media Iran bahwa keputusan itu dibuat untuk "menangkal sanksi ofensif".
Kamalvandi mengklarifikasi bahwa Iran tidak akan menambah jumlah sentrifugalnya. Tingkat pengayaan uranium Iran yang diperkaya dalam kadar rendah saat ini di atas 3,5 persen.
Di bawah pakta nuklir 2015, Teheran diizinkan untuk menimbun maksimal 300 kg uranium yang diperkaya dalam kadar rendah dan diminta untuk mengirim kelebihan apa pun ke luar negeri untuk disimpan atau dijual.
Kesepakatan itu juga memungkinkan Iran untuk memperkaya uranium pada 3,67 persen—tingkat yang cocok untuk pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi jauh di bawah 90 persen untuk pembuatan senjata.
AS telah keluar dari perjanjian nuklir tersebut pada tahun lalu dan memberlakukan kembali sanksinya terhadap Teheran. Iran kemudian mengancam untuk secara bertahap menarik diri dari perjanjian nuklir tersebut jika mitra dalam perjanjian—Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia—tidak membantunya untuk menghindari sanksi AS.
"Tidak akan sampai lama kita melewati batas 300 kg uranium yang diperkaya dalam kadar rendah. Jadi, lebih baik bagi pihak lain untuk melakukan apa yang perlu dilakukan," katanya, merujuk pada langkah-langkah oleh kekuatan lain untuk melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS.
Kamalvandi menambahkan bahwa Teheran tidak memiliki niat untuk keluar dari perjanjian itu.
Ali Fathollah-Nejad, peneliti di Brookings Institute di Doha, menggambarkan langkah Iran untuk meningkatkan produksi uranium yang diperkaya dalam kadar rendah itu sebagai upaya bertahap oleh Iran untuk membangun kembali jenis pengaruh yang dimilikinya ketika melakukan negosiasi dengan AS pada 2012
"Ini ditujukan untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional, khususnya AS, bahwa Iran tidak berada dalam posisi lemah. Namun, ini juga merupakan upaya yang berisiko, karena dapat membahayakan dukungan politik dan diplomatik yang hingga saat ini diterima Iran dari Eropa," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (21/5/2019).
(mas)