Ayatollah Khamenei: Tak Akan Ada Perang Iran dengan AS
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Teheran tidak mengupayakan perang dengan Amerika Serikat (AS) meskipun ada ketegangan yang meningkat antara dua yang bermusuhan tersebut. Komentar itu muncul di saat Washington mengerahkan berbagai peralatan perang di Timur Tengah untuk menggertak Teheran.
Dalam komentar kepada para pejabat senior yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah, Khamenei juga menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat mengenai perjanjian nuklir.
“Tidak akan ada perang apa pun. Bangsa Iran telah memilih jalur perlawanan," kata Khamenei, seperti dikutip Reuters, Rabu (15/5/2019). "Kami tidak mencari perang, dan mereka juga tidak. Mereka tahu itu bukan untuk kepentingan mereka."
Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan global (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Dalam perjanjian itu, Teheram bersedia mengekang kegiatan program nuklirnya termasuk pengayaan uranium dengan imbalan pencabutan sanksi. Setelah Trump menarik AS dari perjanjian itu, sanksi terhadap Teheran yang sempat dicabut diberlakukan lagi.
Trump bahkan berusaha untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol. Tujuannya untuk memaksa Iran agar bersedia negosiasi baru dengan AS terkait kontrol senjata yang lebih luas, termasuk program rudal balistik Iran.
"Negosiasi (semacam itu) adalah racun," kata Khamenei.
Ketegangan semakin memanas setelah Uni Emirat Arab melaporkan pada hari Minggu bahwa empat kapal komersial termasuk dua kapal tanker minyak Saudi telah disabotase di perairan Uni Emirat Arab, luar Selat Hormuz.
Badan-badan keamanan nasional AS menyatakan proksi yang bekerja untuk Iran diduga berada di balik serangan empat kapal tersebut.
Iran telah menolak tuduhan itu. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan individu-individu ekstremis di pemerintah AS sedang mengejar kebijakan berbahaya.
Trump memperingatkan bahwa Iran akan sangat menderita jika pasukannya berani menargetkan kepentingan AS di Timur Tengah. Peringatan muncul setelah Washington mengerahkan kapal induk dan pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah.
Dalam komentar kepada para pejabat senior yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah, Khamenei juga menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat mengenai perjanjian nuklir.
“Tidak akan ada perang apa pun. Bangsa Iran telah memilih jalur perlawanan," kata Khamenei, seperti dikutip Reuters, Rabu (15/5/2019). "Kami tidak mencari perang, dan mereka juga tidak. Mereka tahu itu bukan untuk kepentingan mereka."
Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan global (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Dalam perjanjian itu, Teheram bersedia mengekang kegiatan program nuklirnya termasuk pengayaan uranium dengan imbalan pencabutan sanksi. Setelah Trump menarik AS dari perjanjian itu, sanksi terhadap Teheran yang sempat dicabut diberlakukan lagi.
Trump bahkan berusaha untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol. Tujuannya untuk memaksa Iran agar bersedia negosiasi baru dengan AS terkait kontrol senjata yang lebih luas, termasuk program rudal balistik Iran.
"Negosiasi (semacam itu) adalah racun," kata Khamenei.
Ketegangan semakin memanas setelah Uni Emirat Arab melaporkan pada hari Minggu bahwa empat kapal komersial termasuk dua kapal tanker minyak Saudi telah disabotase di perairan Uni Emirat Arab, luar Selat Hormuz.
Badan-badan keamanan nasional AS menyatakan proksi yang bekerja untuk Iran diduga berada di balik serangan empat kapal tersebut.
Iran telah menolak tuduhan itu. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan individu-individu ekstremis di pemerintah AS sedang mengejar kebijakan berbahaya.
Trump memperingatkan bahwa Iran akan sangat menderita jika pasukannya berani menargetkan kepentingan AS di Timur Tengah. Peringatan muncul setelah Washington mengerahkan kapal induk dan pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah.
(mas)