Dua Kapal Perang AS Dekati Pulau Sengketa Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan dua dari kapal perangnya berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim oleh China di Laut Cina Selatan pada hari Senin (6/5/2019). Langkah militer Washington ini bisa membuat Beijing marah, terlebih hubungan kedua negara sedang tegang.
Menurut Reuters yang mengutip militer AS, dua kapal perang tipe perusak dengan rudal terpandu—USS Preble dan USS Chung Hoon—berada dalam jarak 12 mil laut dari Gaven Reef dan Johnson Reef di Kepulauan Spratly.
Laut China Selatan adalah salah satu dari banyak titik nyala dalam hubungan AS-China, termasuk masalah perang dagang, sanksi Washington, dan Taiwan.
Presiden Donald Trump secara dramatis meningkatkan tekanan pada China untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Trump pada hari Minggu mengumumkan bahwa dia akan menaikkan tarif AS atas barang-barang dari China senilai USD200 miliar pada minggu ini.
Juru bicara Armada Ketujuh Militer AS, Clay Doss, mengatakan jalur yang dilewati kedua kapal perang tersebut adalah "innocent passage". "(Jalur) untuk menantang klaim maritim yang berlebihan dan menjaga akses ke perairan yang diatur oleh hukum internasional," katanya.
Militer AS berpegang pada prinsip lama, yakni operasi kapal militernya bebas dilakukan di seluruh dunia, termasuk di wilayah yang diklaim oleh sekutu, dan terpisah dari pertimbangan politik.
Operasi dua kapal perang ini adalah upaya terbaru untuk melawan apa yang Washington lihat sebagai tindakan Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis, tempat China, Jepang, dan beberapa Angkatan Laut Asia Tenggara beroperasi.
China mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan yang strategis dan sering menghina Amerika Serikat dan sekutunya karena beroperasi di dekat pulau-pulau yang diduduki Beijing.
Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan memiliki klaim yang saling tumpang tindih di wilayah tersebut.
Washington selama ini menganggap Beijing melakukan militerisasi atas wilayah Laut China Selatan dengan membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang.
Namun, China membela pembangunan pulau-pulau sengketa tersebut dengan dalih untuk pertahanan diri dan merasa sah karena mengklaim sebagai bagian dari kedaulatannya. Sebaliknya, Beijing menuduh Washington yang memperkeruh ketegangan di Laut China Selayan katena mengirimkan kapal perang dan pesawat militer dekat ke pulau-pulau yang diklaim China.
Pada bulan lalu, kepala Angkatan Laut China menegaskan bahwa kebebasan navigasi tidak boleh digunakan untuk melanggar hak-hak negara lain.
Operasi kebebasan navigasi AS ini terjadi beberapa minggu setelah Angkatan Laut China menggelar parade militer besar-besaran untuk menandai 70 tahun berdirinya Angkatan Laut China. Dalam parade itu, Amerika Serikat hanya mengirim delegasi tingkat rendah.
Menurut Reuters yang mengutip militer AS, dua kapal perang tipe perusak dengan rudal terpandu—USS Preble dan USS Chung Hoon—berada dalam jarak 12 mil laut dari Gaven Reef dan Johnson Reef di Kepulauan Spratly.
Laut China Selatan adalah salah satu dari banyak titik nyala dalam hubungan AS-China, termasuk masalah perang dagang, sanksi Washington, dan Taiwan.
Presiden Donald Trump secara dramatis meningkatkan tekanan pada China untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Trump pada hari Minggu mengumumkan bahwa dia akan menaikkan tarif AS atas barang-barang dari China senilai USD200 miliar pada minggu ini.
Juru bicara Armada Ketujuh Militer AS, Clay Doss, mengatakan jalur yang dilewati kedua kapal perang tersebut adalah "innocent passage". "(Jalur) untuk menantang klaim maritim yang berlebihan dan menjaga akses ke perairan yang diatur oleh hukum internasional," katanya.
Militer AS berpegang pada prinsip lama, yakni operasi kapal militernya bebas dilakukan di seluruh dunia, termasuk di wilayah yang diklaim oleh sekutu, dan terpisah dari pertimbangan politik.
Operasi dua kapal perang ini adalah upaya terbaru untuk melawan apa yang Washington lihat sebagai tindakan Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis, tempat China, Jepang, dan beberapa Angkatan Laut Asia Tenggara beroperasi.
China mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan yang strategis dan sering menghina Amerika Serikat dan sekutunya karena beroperasi di dekat pulau-pulau yang diduduki Beijing.
Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan memiliki klaim yang saling tumpang tindih di wilayah tersebut.
Washington selama ini menganggap Beijing melakukan militerisasi atas wilayah Laut China Selatan dengan membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang.
Namun, China membela pembangunan pulau-pulau sengketa tersebut dengan dalih untuk pertahanan diri dan merasa sah karena mengklaim sebagai bagian dari kedaulatannya. Sebaliknya, Beijing menuduh Washington yang memperkeruh ketegangan di Laut China Selayan katena mengirimkan kapal perang dan pesawat militer dekat ke pulau-pulau yang diklaim China.
Pada bulan lalu, kepala Angkatan Laut China menegaskan bahwa kebebasan navigasi tidak boleh digunakan untuk melanggar hak-hak negara lain.
Operasi kebebasan navigasi AS ini terjadi beberapa minggu setelah Angkatan Laut China menggelar parade militer besar-besaran untuk menandai 70 tahun berdirinya Angkatan Laut China. Dalam parade itu, Amerika Serikat hanya mengirim delegasi tingkat rendah.
(mas)