Pentagon: China Bakal Tambah Pangkalan Militer di Seluruh Dunia
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan China akan menambah pangkalan militer di seluruh dunia. Tujuannya, untuk melindungi investasi negara itu dalam proyek infrastruktur global One Road, One Road (OBOR) yang ambisius.
Pernyataan Pentagon itu muncul dalam laporan resminya yang dirilis hari Kamis waktu Washington.
Beijing saat ini hanya memiliki satu pangkalan militer di luar negeri, yakni di Djibouti. Pentagon yakin Beijing merencanakan untuk menambahnya, termasuk kemungkinan di Pakistan, karena berusaha memproyeksikan dirinya sebagai negara adidaya global.
"Kemajuan China atas proyek-proyek seperti One Belt, One Road (OBOR) Initiative mungkin akan mendorong pangkalan militer di luar negeri melalui kebutuhan yang dirasakan untuk menyediakan keamanan bagi proyek-proyek OBOR," kata Pentagon dalam laporan tahunannya kepada Kongres mengenai militer China dan perkembangan keamanan.
"China akan berusaha untuk membangun pangkalan militer tambahan di negara-negara yang memiliki hubungan persahabatan lama dan kepentingan strategis serupa, seperti Pakistan, dan di mana ada preseden untuk menampung militer asing," lanjut laporan Pentagon.
Menurut Pentagon, upaya itu dapat dibatasi oleh kekhawatiran negara lain untuk menjadi tuan rumah kehadiran Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) penuh waktu.
Masih menurut laporan Pentagon, lokasi target untuk pangkalan militer China dapat mencakup Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.
Kepentingan Regional
China telah mendirikan pos-pos bersenjata lengkap di atol yang diperebutkan dan dibangun sendiri di Laut China Selatan.
Tahun lalu, dilaporkan ada diskusi tentang sebuah pangkalan di koridor Wakhan di barat laut Afghanistan.
Selain itu, Washington Post baru-baru ini mengidentifikasi pos terdepan yang menampung banyak pasukan China di Tajikistan timur, dekat persimpangan strategis koridor Wakhan, China, dan Pakistan.
Presiden China Xi Jinping telah berupaya untuk memproyeksikan kekuatan negaranya di luar "halaman belakang"-nya, yakni di Asia Timur dan Tenggara.
Upaya itu termasuk memperkuat kehadiran negara tersebut di lembaga-lembaga internasional, memperoleh teknologi penerbangan terbaik dan membangun keberadaan ekonomi yang kuat di seluruh dunia.
Selain itu, Beijing juga memproyeksikan kekuatan militernya di darat, laut dan di luar angkasa. "Para pemimpin China memanfaatkan kekuatan ekonomi, diplomatik, dan militer China yang sedang tumbuh untuk membangun keunggulan regional dan memperluas pengaruh internasional negara itu," imbuh laporan Pentagon.
Skenario Taiwan
Laporan Pentagon juga membahas Taiwan, wilayah yang dianggap China sebagai provinsinya yang membangkang. Meskipun anggaran pertahanan resmi Beijing untuk 2018 adalah USD175 miliar, Pentagon memperkirakan bahwa yang sebenarnya mencapai USD200 miliar ketika mencakup penelitian, pengembangan, dan pengadaan senjata asing.
Diperkirakan bahwa anggaran pertahanan resmi China kemungkinan akan tumbuh sekitar USD260 miliar pada tahun 2022.
Banyak dari doktrin militer China difokuskan pada Taiwan. Pada 2 Januari, Xi Jinping mengatakan dalam pidatonya bahwa China memiliki hak untuk menggunakan kekuatan guna membawa Taiwan di bawah kendalinya tetapi akan berusaha untuk mencapai "penyatuan kembali" secara damai.
Laporan Pentagon menguraikan sejumlah skenario potensial yang mungkin diambil Beijing jika memutuskan untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan, termasuk kampanye komprehensif yang dirancang untuk memaksa Taiwan menyerah pada unifikasi, atau dialog unifikasi.
Tetapi analisis AS meremehkan prospek invasi China berskala besar, dengan mengatakan hal itu dapat membuat ketegangan angkatan bersenjata dan mengundang intervensi internasional.
"China dapat menggunakan serangan rudal dan serangan udara presisi terhadap sistem pertahanan udara, termasuk pangkalan udara, situs radar, rudal, aset ruang angkasa, dan fasilitas komunikasi untuk menurunkan pertahanan Taiwan, menetralkan kepemimpinan Taiwan, atau menghancurkan tekad rakyat Taiwan," imbuh laporan Pentagon, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (3/5/2019).
Pernyataan Pentagon itu muncul dalam laporan resminya yang dirilis hari Kamis waktu Washington.
Beijing saat ini hanya memiliki satu pangkalan militer di luar negeri, yakni di Djibouti. Pentagon yakin Beijing merencanakan untuk menambahnya, termasuk kemungkinan di Pakistan, karena berusaha memproyeksikan dirinya sebagai negara adidaya global.
"Kemajuan China atas proyek-proyek seperti One Belt, One Road (OBOR) Initiative mungkin akan mendorong pangkalan militer di luar negeri melalui kebutuhan yang dirasakan untuk menyediakan keamanan bagi proyek-proyek OBOR," kata Pentagon dalam laporan tahunannya kepada Kongres mengenai militer China dan perkembangan keamanan.
"China akan berusaha untuk membangun pangkalan militer tambahan di negara-negara yang memiliki hubungan persahabatan lama dan kepentingan strategis serupa, seperti Pakistan, dan di mana ada preseden untuk menampung militer asing," lanjut laporan Pentagon.
Menurut Pentagon, upaya itu dapat dibatasi oleh kekhawatiran negara lain untuk menjadi tuan rumah kehadiran Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) penuh waktu.
Masih menurut laporan Pentagon, lokasi target untuk pangkalan militer China dapat mencakup Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.
Kepentingan Regional
China telah mendirikan pos-pos bersenjata lengkap di atol yang diperebutkan dan dibangun sendiri di Laut China Selatan.
Tahun lalu, dilaporkan ada diskusi tentang sebuah pangkalan di koridor Wakhan di barat laut Afghanistan.
Selain itu, Washington Post baru-baru ini mengidentifikasi pos terdepan yang menampung banyak pasukan China di Tajikistan timur, dekat persimpangan strategis koridor Wakhan, China, dan Pakistan.
Presiden China Xi Jinping telah berupaya untuk memproyeksikan kekuatan negaranya di luar "halaman belakang"-nya, yakni di Asia Timur dan Tenggara.
Upaya itu termasuk memperkuat kehadiran negara tersebut di lembaga-lembaga internasional, memperoleh teknologi penerbangan terbaik dan membangun keberadaan ekonomi yang kuat di seluruh dunia.
Selain itu, Beijing juga memproyeksikan kekuatan militernya di darat, laut dan di luar angkasa. "Para pemimpin China memanfaatkan kekuatan ekonomi, diplomatik, dan militer China yang sedang tumbuh untuk membangun keunggulan regional dan memperluas pengaruh internasional negara itu," imbuh laporan Pentagon.
Skenario Taiwan
Laporan Pentagon juga membahas Taiwan, wilayah yang dianggap China sebagai provinsinya yang membangkang. Meskipun anggaran pertahanan resmi Beijing untuk 2018 adalah USD175 miliar, Pentagon memperkirakan bahwa yang sebenarnya mencapai USD200 miliar ketika mencakup penelitian, pengembangan, dan pengadaan senjata asing.
Diperkirakan bahwa anggaran pertahanan resmi China kemungkinan akan tumbuh sekitar USD260 miliar pada tahun 2022.
Banyak dari doktrin militer China difokuskan pada Taiwan. Pada 2 Januari, Xi Jinping mengatakan dalam pidatonya bahwa China memiliki hak untuk menggunakan kekuatan guna membawa Taiwan di bawah kendalinya tetapi akan berusaha untuk mencapai "penyatuan kembali" secara damai.
Laporan Pentagon menguraikan sejumlah skenario potensial yang mungkin diambil Beijing jika memutuskan untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan, termasuk kampanye komprehensif yang dirancang untuk memaksa Taiwan menyerah pada unifikasi, atau dialog unifikasi.
Tetapi analisis AS meremehkan prospek invasi China berskala besar, dengan mengatakan hal itu dapat membuat ketegangan angkatan bersenjata dan mengundang intervensi internasional.
"China dapat menggunakan serangan rudal dan serangan udara presisi terhadap sistem pertahanan udara, termasuk pangkalan udara, situs radar, rudal, aset ruang angkasa, dan fasilitas komunikasi untuk menurunkan pertahanan Taiwan, menetralkan kepemimpinan Taiwan, atau menghancurkan tekad rakyat Taiwan," imbuh laporan Pentagon, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (3/5/2019).
(mas)