Sistem MCAS Biang Tragedi Lion Air, Boeing: Maaf untuk Nyawa yang Hilang
A
A
A
WASHINGTON - CEO Boeing, Dennis Muilenburg mengatakan sudah sangat jelas bahwa sistem manuver MCAS 737 MAX 8 berkontribusi pada tragedi Lion Air JT610 di Indonesia dan Ethiopian Airlines di Ethiopia. Dia menyampaikan permintaan maaf.
"Kami di Boeing meminta maaf atas nyawa yang hilang dalam kecelakaan 737 baru-baru ini dan tanpa henti fokus pada keselamatan untuk memastikan tragedi seperti ini tidak pernah terjadi lagi," tulis bos Boeing tersebut di Twitter via akun @BoeingCEO, yang dikutip Jumat (5/4/2019).
Sebelum pengakuan itu muncul, para penyelidik telah lama mencurigai peran sistem manuver MCAS 737 MAX 8 dalam kecelakaan pesawat.
Penerbangan Lion Air JT 610 jatuh ke perairan Karawang pada Oktober lalu, di mana 189 penumpang dan awak pesawat tewas. Sedangkan Ethiopian Airlines 302 jatuh di area ladang di Addis Ababa tak lama setelah lepas landas pada bulan Maret lalu, di mana 157 orang di dalamnya tewas.
Penyelidik mencatat ada kesamaan yang jelas antara kedua kecelakaan pesawat tersebut.
"Rincian lengkap tentang apa yang terjadi dalam dua kecelakaan itu akan dikeluarkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan akhir," kata Muilenburg dalam sebuah video yang di-posting pada hari Kamis. "Sebagai tanggapan terhadap sudut informasi yang salah," lanjut dia.
Sistem anti-stall atau MCAS 737 MAX bekerja melalui sensor yang dipasang di hidung pesawat. Jika hidung melayang terlalu jauh ke atas, sistem itu memanipulasi ekor untuk menjaga ketinggian pesawat. Namun, para penyelidik dan pengungkap fakta Boeing mengklaim bahwa sensor tersebut dapat memberikan pembacaan yang salah, dan sistem dapat memberikan kompensasi yang berlebihan serta melemparkan pesawat ke penukikan.
Pernyataan Muilenberg muncul pada hari yang sama ketika penyelidik Ethiopia memutuskan bahwa awak penerbangan 302 telah melakukan semua prosedur yang disediakan oleh Boeing, tetapi tetap tidak dapat mengendalikan pesawat."Laporan awal dengan jelas menunjukkan pilot mengikuti prosedur yang direkomendasikan Boeing dan prosedur darurat FAA (Federal Aviation Administration) untuk menangani situasi darurat paling sulit yang dibuat di pesawat," bunyi pernyataan Ethiopian Airlines.
"Meskipun kerja keras, sangat disayangkan bahwa mereka tidak dapat memulihkan pesawat dari nose diving," lanjut pernyataan maskapai tersebut.
"Kami di Boeing meminta maaf atas nyawa yang hilang dalam kecelakaan 737 baru-baru ini dan tanpa henti fokus pada keselamatan untuk memastikan tragedi seperti ini tidak pernah terjadi lagi," tulis bos Boeing tersebut di Twitter via akun @BoeingCEO, yang dikutip Jumat (5/4/2019).
Sebelum pengakuan itu muncul, para penyelidik telah lama mencurigai peran sistem manuver MCAS 737 MAX 8 dalam kecelakaan pesawat.
Penerbangan Lion Air JT 610 jatuh ke perairan Karawang pada Oktober lalu, di mana 189 penumpang dan awak pesawat tewas. Sedangkan Ethiopian Airlines 302 jatuh di area ladang di Addis Ababa tak lama setelah lepas landas pada bulan Maret lalu, di mana 157 orang di dalamnya tewas.
Penyelidik mencatat ada kesamaan yang jelas antara kedua kecelakaan pesawat tersebut.
"Rincian lengkap tentang apa yang terjadi dalam dua kecelakaan itu akan dikeluarkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan akhir," kata Muilenburg dalam sebuah video yang di-posting pada hari Kamis. "Sebagai tanggapan terhadap sudut informasi yang salah," lanjut dia.
Sistem anti-stall atau MCAS 737 MAX bekerja melalui sensor yang dipasang di hidung pesawat. Jika hidung melayang terlalu jauh ke atas, sistem itu memanipulasi ekor untuk menjaga ketinggian pesawat. Namun, para penyelidik dan pengungkap fakta Boeing mengklaim bahwa sensor tersebut dapat memberikan pembacaan yang salah, dan sistem dapat memberikan kompensasi yang berlebihan serta melemparkan pesawat ke penukikan.
Pernyataan Muilenberg muncul pada hari yang sama ketika penyelidik Ethiopia memutuskan bahwa awak penerbangan 302 telah melakukan semua prosedur yang disediakan oleh Boeing, tetapi tetap tidak dapat mengendalikan pesawat."Laporan awal dengan jelas menunjukkan pilot mengikuti prosedur yang direkomendasikan Boeing dan prosedur darurat FAA (Federal Aviation Administration) untuk menangani situasi darurat paling sulit yang dibuat di pesawat," bunyi pernyataan Ethiopian Airlines.
"Meskipun kerja keras, sangat disayangkan bahwa mereka tidak dapat memulihkan pesawat dari nose diving," lanjut pernyataan maskapai tersebut.
(mas)