Pilot Sudah Ikuti Pedoman Boeing, Pesawat Ethiopia Airlines Tetap Jatuh
A
A
A
ADDIS ABABA - Pilot pesawat Boeing 737 MAX Ethiopian Airlines telah mengikuti pedoman yang dibuat pabrikan itu sesaat sebelum jatuh. Namun langkah itu tetap gagal untuk dapat mengendalikan pesawat itu seperti dilaporkan oleh Wall Street Journal (WSJ).
Pesawat nahas itu jatuh sesaat setelah lepas landas pada 10 Maret lalu, menewaskan 157 orang dalam kecelakaan pesawat mematikan. Kecelakaan ini terjadi kurang dari lima bulan dari kecelakaan pesawat sejenisnya. Hal ini memaksa seluruh dunia mengandangkan pesawat tersebut.
Insiden kecelakaan pertama adalah Lion Air di Indonesia yang menewaskan 189 orang pada bulan Oktober. Kecelakaan ini menyebabkan Boeing mengeluarkan buletin yang mengingatkan operator pedoman darurat untuk membatalkan sistem anti stall yang dikembangkan secara khusus di pesawat jenis MAX.
WSJ melaporkan pada awalnya pilot Ethiopian Airlines mencoba mendapatkan kembali kendali pesawat dengan mengikuti prosedur untuk mematikan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS). Namun upaya itu tetap gagal untuk mengambil alih kontrol, mengutip sumber yang diberi pengarahan pada temuan awal penyelidikan kecelakaan.
"Mereka kemudian mengganti sistem ketika mereka mencoba menemukan cara lain untuk mengendalikan jet sebelum jatuh," tulis surat kabar itu yang dikutip AFP, Rabu (3/4/2019).
Sumber mengatakan perincian terbaru didasarkan pada data yang diunduh dari rekaman kotak hitam pesawat.
Pemerintah Ethiopia mengatakan laporan awal mengenai kecelakaan itu kemungkinan akan dikeluarkan pada minggu ini.
MCAS diyakini telah menjadi faktor kunci dalam dua kecelakaan mematikan Boeing 737 MAX. Pesawat ini dirancang untuk secara otomatis menurunkan hidung pesawat jika mendeteksi stall atau kehilangan kecepatan udara.
Sebelum jatuh, pilot Lion Air 737 MAX berjuang untuk mengendalikannya ketika MCAS berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah, menurut perekam data penerbangannya.
Baik pesawat Lion Air dan Ethiopia Airline - model Boeing 7373 MAX 8 - dilaporkan sempat terbang tinggi dan kemudian terjun dengan cepat, serta kecepatan udara yang berfluktuasi, sebelum jatuh tak lama setelah lepas landas.
Ethiopia mengatakan ada "kesamaan yang jelas" dalam dua kecelakaan itu.
Boeing pekan lalu mengumpulkan ratusan pilot dan reporter untuk presentasi tentang perubahan MCAS yang diusulkan - termasuk sistem yang tidak lagi berulang kali melakukan koreksi ketika pilot mencoba untuk mendapatkan kembali kendali.
Perusahaan sangat ingin mendapatkan kembali persetujuan untuk "obat" yang bisa membuat pesawat kembali mengudara.
Tetapi otoritas penerbangan nasional Amerika Serikat (AS) Federal Aviation Administration (FAA), yang menghadapi sejumlah pertanyaan keras pekan lalu pada sidang kongres mengenai pengawasannya terhadap Boeing, mengatakan pihaknya memperkirakan produsen pesawat itu mengajukan perbaikan yang diusulkan "selama beberapa minggu mendatang" setelah melakukan pekerjaan tambahan.
Pesawat nahas itu jatuh sesaat setelah lepas landas pada 10 Maret lalu, menewaskan 157 orang dalam kecelakaan pesawat mematikan. Kecelakaan ini terjadi kurang dari lima bulan dari kecelakaan pesawat sejenisnya. Hal ini memaksa seluruh dunia mengandangkan pesawat tersebut.
Insiden kecelakaan pertama adalah Lion Air di Indonesia yang menewaskan 189 orang pada bulan Oktober. Kecelakaan ini menyebabkan Boeing mengeluarkan buletin yang mengingatkan operator pedoman darurat untuk membatalkan sistem anti stall yang dikembangkan secara khusus di pesawat jenis MAX.
WSJ melaporkan pada awalnya pilot Ethiopian Airlines mencoba mendapatkan kembali kendali pesawat dengan mengikuti prosedur untuk mematikan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS). Namun upaya itu tetap gagal untuk mengambil alih kontrol, mengutip sumber yang diberi pengarahan pada temuan awal penyelidikan kecelakaan.
"Mereka kemudian mengganti sistem ketika mereka mencoba menemukan cara lain untuk mengendalikan jet sebelum jatuh," tulis surat kabar itu yang dikutip AFP, Rabu (3/4/2019).
Sumber mengatakan perincian terbaru didasarkan pada data yang diunduh dari rekaman kotak hitam pesawat.
Pemerintah Ethiopia mengatakan laporan awal mengenai kecelakaan itu kemungkinan akan dikeluarkan pada minggu ini.
MCAS diyakini telah menjadi faktor kunci dalam dua kecelakaan mematikan Boeing 737 MAX. Pesawat ini dirancang untuk secara otomatis menurunkan hidung pesawat jika mendeteksi stall atau kehilangan kecepatan udara.
Sebelum jatuh, pilot Lion Air 737 MAX berjuang untuk mengendalikannya ketika MCAS berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah, menurut perekam data penerbangannya.
Baik pesawat Lion Air dan Ethiopia Airline - model Boeing 7373 MAX 8 - dilaporkan sempat terbang tinggi dan kemudian terjun dengan cepat, serta kecepatan udara yang berfluktuasi, sebelum jatuh tak lama setelah lepas landas.
Ethiopia mengatakan ada "kesamaan yang jelas" dalam dua kecelakaan itu.
Boeing pekan lalu mengumpulkan ratusan pilot dan reporter untuk presentasi tentang perubahan MCAS yang diusulkan - termasuk sistem yang tidak lagi berulang kali melakukan koreksi ketika pilot mencoba untuk mendapatkan kembali kendali.
Perusahaan sangat ingin mendapatkan kembali persetujuan untuk "obat" yang bisa membuat pesawat kembali mengudara.
Tetapi otoritas penerbangan nasional Amerika Serikat (AS) Federal Aviation Administration (FAA), yang menghadapi sejumlah pertanyaan keras pekan lalu pada sidang kongres mengenai pengawasannya terhadap Boeing, mengatakan pihaknya memperkirakan produsen pesawat itu mengajukan perbaikan yang diusulkan "selama beberapa minggu mendatang" setelah melakukan pekerjaan tambahan.
(ian)