Kongres Amerika Serikat Panggil Eksekutif Boeing dan FAA
A
A
A
ADDIS ABABA - Boeing Company terus mengalami tekanan di tengah upaya untuk menerbangkan kembali reputasi pesawat 737 MAX di dunia. Para pejabat eksekutif perusahaan pembuat pesawat itu dipanggil Kongres Amerika Serikat (AS) terkait dua kecelakaan mematikan yang melibatkan pesawat jet 737 MAX yakni di Indonesia dan Ethiopia.
Waktu pemeriksaan masih tidak diketahui. Namun, ini akan menjadi pertama kalinya eksekutif Boeing menghadap Kongres AS. Sama seperti Facebook Inc, Boeing merupakan perusahaan kebanggan AS yang kini sedang menghadapi masalah keamanan setelah 737 MAX terjatuh tidak wajar dalam enam bulan terakhir. Pada panel yang sama, Kongres AS juga akan memeriksa pejabat Badan Penerbangan Federal (FAA) AS.
Mereka kemungkinan akan ditanyai tentang bagaimana atau kenapa regulator dapat memberikan sertifikat kepada Boeing dalam serie 737 MAX pada Maret 2017 tanpa melampirkan panduan latihan ekstensif. Terlepas dari panggilan Kongres, FAA sebelumnya menyebarkan pemberitahuan kepada otoritas penerbangan global untuk memasang perangkat lunak penerbangan otomatis terbaru Boeing dalam sistem 737 MAX.
Mereka juga mendesak pihak pertama dapat memberikan latihan khusus kepada para calon pilot. Boeing telah dituntut di Pengadilan Federal, Chicago, oleh keluarga korban Lion Air. Namun, sejauh ini, Boeing menolak berkomentar tentang isu hukum yang melilitnya. Jaksa Kriminal dari Kementerian Kehakiman yang menyelidiki pengawasan FAA terhadap Boeing juga mengeluarkan sejumlah surat panggilan.
Kementerian Transportasi AS juga akan menyelidiki surat dan proses perizinan pesawat 737 MAX yang dikeluarkan FAA karena dikhawatirkan terjadi penyimpangan. Karyawan FAA yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan setidaknya sekitar tujuh tahun yang lalu Boeing terlalu banyak mencampuri persetujuan keselamatan yang distandarkan FAA. Bahkan, Boeing dituduh menciptakan lingkungan kerja yang negatif.
Banyak karyawan FAA yang takut angkat bicara karena akan menghadapi ancaman serius. Penyelidik dari Seattle Times, AS, mengatakan FAA terlalu ceroboh dalam memberikan surat perizinan kepada Boeing. Faktanya, mekanis pesawat baru Boeing memiliki kekurangan yang mengancam keselamatan penumpang.
Pada tahun ini, FAA menyerahkan otoritas perizinan pesawat baru kepada para pengembangnya sendiri. Mereka bahkan membiarkan Boeing memilih personel dalam pengawasan uji coba keselamatan. “Saya jadi penasaran apakah FAA diawasi independen dan didanai dengan cukup,” kata ahli penerbangan Jim Hall.
Sebagian perangkat lunak alat kendali-penerbangan dicurigai memiliki sertifikat bodong. Sejauh ini, Kementerian Transportasi dan Boeing menolak berkomentar terkait penyelidikan itu. Pada akhir pekan lalu, FAA menyatakan sertifikasi program 737 MAX dikeluarkan sesuai dengan proses standar sertifikasi nasional.
Pilot AS yang disiapkan untuk menerbangkan 737 MAX 8 dilaporkan menjalani latihan lebih panjang dibanding biasanya. Juru Bicara Serikat Pilot American Airlines, Dennis Tajer, mengatakan sejak tragedi Lion Air, pilot MAX 8 mendapatkan bimbingan lebih banyak. Selain itu, mereka selalu menuntut simulasi langsung.
Pilot MAX 8 juga memperoleh buku panduan setebal 13 halaman, sekalipun mereka berpengalaman menerbangkan serie 737-800. Ini penting karena pesawat terbaru memiliki sistem yang berbeda. “Pelatihan itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana mengatasi MCAS dalam berbagai situas,” ungkap FAA kepada Quartz.
Penyelidik Lion Air menduga kuat penyebab kecelakaan MAX 8 ialah akibat kesalahan sensor angle of attack (AOA) dalam mentransmisikan data sehingga memicu perangkat Maneuvering Charachteristics Augmentation System (MCAS) menurunkan hidung pesawat. Pilot akhirnya melakukan koreksi secara manual.
“Pilot melakukan prosedur yang sama sampai beberapa kali sebelum akhirnya pesawat menghantam lautan,” ungkap laporan kecelakaan Lion Air. Chairman Presiden dan CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan perusahaannya akan berupaya memperbaiki MCAS untuk meminimalisir error dalam input data.
CEO Ethiopian Airlines, Tewolde GebreMariam, sebelumnya mengatakan pilot MAX 8 mengalami kesulitan dalam mengendalikan pesawat sesaat sebelum kecelakaan. “Karena itu, dia meminta untuk kembali mendarat di bandara,” kata GebreMariam. Namun, saat diperizinkan mendarat, pesawat hilang dari radar.
Pilot Ketiga Sebelum JT610 Jatuh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan, dari investigasi terungkap bahwa adanya pilot lain di dalam kokpit pesawat pada penerbangan JT043 dari Denpasar-Jakarta atau merupakan pesawat yang sama pada kecelakaan JT610. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengakui ada pilot ketiga dalam pesawat tersebut.
Pilot ini teridentifikasi sebagai pilot yang telah menjalankan tugasnya dan akan terbang kembali ke Jakarta. “Kita sudah wawancara dengan pilot yang bersangkutan, namun ada aturan yang menyatakan bahwa kita tidak boleh mempublikasikan,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor KNKT, kemarin.
Lebih jauh, Soerjanto mengatakan, di beberapa media telah beredar berita yang menyebut sebagai isi dari CVR penerbangan JT-610 dan penerbangan JT-043. KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT-610 sampai dengan akhir penerbangan.
Sedangkan, penerbangan JT-043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada di CVR. “KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” tegas Soerjanto.
Dengan perkembangan investigasi, tersebut, disampaikan bahwa KNKT telah melakukan kunjungan ke Boeing untuk melakukan rekonstruksi penerbangan JT-610 menggunakan engineering simulator dan diskusi terkait system pesawat B737-8 (MAX).
Ketua Subkomite Kecelakaan Pesawat KNKT, Capt Nurcahyo mengatakan, pihaknya telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA terkait design system MCAS dan approval yang diberikan FAA. “Seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan oleh KNKT pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan Agustus atau September 2019. Kita sudah 90% rampung,” ungkapnya.
Waktu pemeriksaan masih tidak diketahui. Namun, ini akan menjadi pertama kalinya eksekutif Boeing menghadap Kongres AS. Sama seperti Facebook Inc, Boeing merupakan perusahaan kebanggan AS yang kini sedang menghadapi masalah keamanan setelah 737 MAX terjatuh tidak wajar dalam enam bulan terakhir. Pada panel yang sama, Kongres AS juga akan memeriksa pejabat Badan Penerbangan Federal (FAA) AS.
Mereka kemungkinan akan ditanyai tentang bagaimana atau kenapa regulator dapat memberikan sertifikat kepada Boeing dalam serie 737 MAX pada Maret 2017 tanpa melampirkan panduan latihan ekstensif. Terlepas dari panggilan Kongres, FAA sebelumnya menyebarkan pemberitahuan kepada otoritas penerbangan global untuk memasang perangkat lunak penerbangan otomatis terbaru Boeing dalam sistem 737 MAX.
Mereka juga mendesak pihak pertama dapat memberikan latihan khusus kepada para calon pilot. Boeing telah dituntut di Pengadilan Federal, Chicago, oleh keluarga korban Lion Air. Namun, sejauh ini, Boeing menolak berkomentar tentang isu hukum yang melilitnya. Jaksa Kriminal dari Kementerian Kehakiman yang menyelidiki pengawasan FAA terhadap Boeing juga mengeluarkan sejumlah surat panggilan.
Kementerian Transportasi AS juga akan menyelidiki surat dan proses perizinan pesawat 737 MAX yang dikeluarkan FAA karena dikhawatirkan terjadi penyimpangan. Karyawan FAA yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan setidaknya sekitar tujuh tahun yang lalu Boeing terlalu banyak mencampuri persetujuan keselamatan yang distandarkan FAA. Bahkan, Boeing dituduh menciptakan lingkungan kerja yang negatif.
Banyak karyawan FAA yang takut angkat bicara karena akan menghadapi ancaman serius. Penyelidik dari Seattle Times, AS, mengatakan FAA terlalu ceroboh dalam memberikan surat perizinan kepada Boeing. Faktanya, mekanis pesawat baru Boeing memiliki kekurangan yang mengancam keselamatan penumpang.
Pada tahun ini, FAA menyerahkan otoritas perizinan pesawat baru kepada para pengembangnya sendiri. Mereka bahkan membiarkan Boeing memilih personel dalam pengawasan uji coba keselamatan. “Saya jadi penasaran apakah FAA diawasi independen dan didanai dengan cukup,” kata ahli penerbangan Jim Hall.
Sebagian perangkat lunak alat kendali-penerbangan dicurigai memiliki sertifikat bodong. Sejauh ini, Kementerian Transportasi dan Boeing menolak berkomentar terkait penyelidikan itu. Pada akhir pekan lalu, FAA menyatakan sertifikasi program 737 MAX dikeluarkan sesuai dengan proses standar sertifikasi nasional.
Pilot AS yang disiapkan untuk menerbangkan 737 MAX 8 dilaporkan menjalani latihan lebih panjang dibanding biasanya. Juru Bicara Serikat Pilot American Airlines, Dennis Tajer, mengatakan sejak tragedi Lion Air, pilot MAX 8 mendapatkan bimbingan lebih banyak. Selain itu, mereka selalu menuntut simulasi langsung.
Pilot MAX 8 juga memperoleh buku panduan setebal 13 halaman, sekalipun mereka berpengalaman menerbangkan serie 737-800. Ini penting karena pesawat terbaru memiliki sistem yang berbeda. “Pelatihan itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana mengatasi MCAS dalam berbagai situas,” ungkap FAA kepada Quartz.
Penyelidik Lion Air menduga kuat penyebab kecelakaan MAX 8 ialah akibat kesalahan sensor angle of attack (AOA) dalam mentransmisikan data sehingga memicu perangkat Maneuvering Charachteristics Augmentation System (MCAS) menurunkan hidung pesawat. Pilot akhirnya melakukan koreksi secara manual.
“Pilot melakukan prosedur yang sama sampai beberapa kali sebelum akhirnya pesawat menghantam lautan,” ungkap laporan kecelakaan Lion Air. Chairman Presiden dan CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan perusahaannya akan berupaya memperbaiki MCAS untuk meminimalisir error dalam input data.
CEO Ethiopian Airlines, Tewolde GebreMariam, sebelumnya mengatakan pilot MAX 8 mengalami kesulitan dalam mengendalikan pesawat sesaat sebelum kecelakaan. “Karena itu, dia meminta untuk kembali mendarat di bandara,” kata GebreMariam. Namun, saat diperizinkan mendarat, pesawat hilang dari radar.
Pilot Ketiga Sebelum JT610 Jatuh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan, dari investigasi terungkap bahwa adanya pilot lain di dalam kokpit pesawat pada penerbangan JT043 dari Denpasar-Jakarta atau merupakan pesawat yang sama pada kecelakaan JT610. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengakui ada pilot ketiga dalam pesawat tersebut.
Pilot ini teridentifikasi sebagai pilot yang telah menjalankan tugasnya dan akan terbang kembali ke Jakarta. “Kita sudah wawancara dengan pilot yang bersangkutan, namun ada aturan yang menyatakan bahwa kita tidak boleh mempublikasikan,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor KNKT, kemarin.
Lebih jauh, Soerjanto mengatakan, di beberapa media telah beredar berita yang menyebut sebagai isi dari CVR penerbangan JT-610 dan penerbangan JT-043. KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT-610 sampai dengan akhir penerbangan.
Sedangkan, penerbangan JT-043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada di CVR. “KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” tegas Soerjanto.
Dengan perkembangan investigasi, tersebut, disampaikan bahwa KNKT telah melakukan kunjungan ke Boeing untuk melakukan rekonstruksi penerbangan JT-610 menggunakan engineering simulator dan diskusi terkait system pesawat B737-8 (MAX).
Ketua Subkomite Kecelakaan Pesawat KNKT, Capt Nurcahyo mengatakan, pihaknya telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA terkait design system MCAS dan approval yang diberikan FAA. “Seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan oleh KNKT pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan Agustus atau September 2019. Kita sudah 90% rampung,” ungkapnya.
(don)