Turki Akan Sebar Sistem Rudal Canggih S-400 Rusia Oktober
A
A
A
ANKARA - Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan proses penyebaran sistem pertahanan rudal canggih S-400 Rusia akan dimulai pada Oktober mendatang. Menurutnya, senjata pertahanan itu dibutuhkan untuk melindungi 82 juta rakyat Turki.
"Penyebaran S-400 akan dimulai pada Oktober dan Angkatan Udara sedang mempelajari, di wilayah mana lebih baik untuk menempatkannya," katanya dalam pertemuan dengan para editor kantor berita Anadolu, hari Jumat.
Akar juga menegaskan bahwa Ankara dan Washington akan melanjutkan negosiasi tentang pembelian sistem rudal pertahanan udara Patriot Amerika Serikat (AS).
Penjajakan Ankara untuk mengakuisisi sistem rudal S-400 Rusia dimulai November 2016. Penandatanganan kontrak pembelian senjata dilakukan kedua pihak pada 12 September 2017 dan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan pada saat itu bahwa Turki telah melakukan pembayaran di muka berdasarkan kontrak.
Pada pertengahan Juni 2018, sebuah sumber di kalangan militer dan diplomatik mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa perusahaan-perusahaan pertahanan Rusia telah ditugaskan untuk menyelesaikan produksi sistem rudal S-400 pada Mei 2019 untuk pengiriman ke Turki.
S-400 Triumf adalah sistem rudal pertahanan udara jarak jauh paling canggih yang mulai beroperasi di Rusia pada tahun 2007. S-400 Triumf dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal-rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah. S-400 dapat melibatkan target pada jarak 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km.
"Kita harus melindungi 82 juta warga negara kita," kata Akar, yang dilansir Sabtu (9/3/2019).
Turki telah mengabaikan peringatan dari AS, sesama anggota NATO, yang berusaha mencegah Ankara untuk membeli senjata buatan Rusia. Upaya-upaya itu berkisar dari mengancam untuk menghukum Turki di bawah undang-undang bernama Countering American Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) atau meninjau penjualan jet tempur siluman F-35, hingga mengatakan bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO.
Akar melanjutkan bahwa ketika Turki memenuhi semua kewajibannya sebagai anggota NATO, aliansi tesebut tidak cukup untuk melindungi Turki, dan karena itu negara tersebut membutuhkan sistem pertahanan udara dari negara lain.
Selain Turki, AS juga telah berusaha menekan India agar membatalkan perjanjian pembelian S-400 dengan Rusia. New Delhi mengatakan masalah ini tidak perlu dibahas.
"Penyebaran S-400 akan dimulai pada Oktober dan Angkatan Udara sedang mempelajari, di wilayah mana lebih baik untuk menempatkannya," katanya dalam pertemuan dengan para editor kantor berita Anadolu, hari Jumat.
Akar juga menegaskan bahwa Ankara dan Washington akan melanjutkan negosiasi tentang pembelian sistem rudal pertahanan udara Patriot Amerika Serikat (AS).
Penjajakan Ankara untuk mengakuisisi sistem rudal S-400 Rusia dimulai November 2016. Penandatanganan kontrak pembelian senjata dilakukan kedua pihak pada 12 September 2017 dan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan pada saat itu bahwa Turki telah melakukan pembayaran di muka berdasarkan kontrak.
Pada pertengahan Juni 2018, sebuah sumber di kalangan militer dan diplomatik mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa perusahaan-perusahaan pertahanan Rusia telah ditugaskan untuk menyelesaikan produksi sistem rudal S-400 pada Mei 2019 untuk pengiriman ke Turki.
S-400 Triumf adalah sistem rudal pertahanan udara jarak jauh paling canggih yang mulai beroperasi di Rusia pada tahun 2007. S-400 Triumf dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal-rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah. S-400 dapat melibatkan target pada jarak 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km.
"Kita harus melindungi 82 juta warga negara kita," kata Akar, yang dilansir Sabtu (9/3/2019).
Turki telah mengabaikan peringatan dari AS, sesama anggota NATO, yang berusaha mencegah Ankara untuk membeli senjata buatan Rusia. Upaya-upaya itu berkisar dari mengancam untuk menghukum Turki di bawah undang-undang bernama Countering American Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) atau meninjau penjualan jet tempur siluman F-35, hingga mengatakan bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO.
Akar melanjutkan bahwa ketika Turki memenuhi semua kewajibannya sebagai anggota NATO, aliansi tesebut tidak cukup untuk melindungi Turki, dan karena itu negara tersebut membutuhkan sistem pertahanan udara dari negara lain.
Selain Turki, AS juga telah berusaha menekan India agar membatalkan perjanjian pembelian S-400 dengan Rusia. New Delhi mengatakan masalah ini tidak perlu dibahas.
(mas)