Menlu Zarif Sang Arsitek Kesepakatan Nuklir Iran Mengundurkan Diri
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif, arsitek kesepekatan nuklir Iran dengan dengan enam kekuatan dunia tahun 2015, mengumumkan pengunduran dirinya secara tak terduga. Pengumuman itu dibuat di halaman Instagram-nya, hari Senin.
"Terima kasih banyak atas kemurahan hati orang-orang terkasih dan pemberani Iran dan otoritasnya selama 67 bulan terakhir. Saya dengan tulus meminta maaf atas ketidakmampuan untuk terus melayani dan untuk semua kekurangan selama pelayanan saya," tulis dia di halaman Instagram jzarif_ir, yang dikutip Selasa (26/9/2019).
Dia tidak memberikan alasan khusus atas keputusan pengunduran dirinya. Zarif memainkan peran utama dalam mencapai kesepakatan nuklir, di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi keuangan internasional.
Seorang juru bicara misi Iran untuk PBB, Alireza Miryousefi, mengonfirmasi pengumuman pengunduran diri tersebut. Namun tidak ada pernyataan apakah Presiden Hassan Rouhani akan menerima pengunduran diri Menlu Zarif.
Kantor berita Tasnim mengatakan beberapa sumber telah mengonfirmasi pengunduran diri Zarif. Seorang juru bicara kementerian luar negeri juga mengonfirmasi pengunduran diri Zarif.
Jika diterima, pengunduran diri Zarif akan semakin melemahkan pemerintahan Rouhani yang menghadapi tekanan keras dari rival-rival garis keras Iran atas penanganan krisis ekonomi di negara para Mullah tersebut.
Lahir pada tahun 1960, Zarif pernah tinggal di Amerika Serikat sejak usia 17 tahun sebagai mahasiswa di San Francisco dan Denver. Dia kemudian merintis karier sebagai diplomat untuk PBB di New York, di mana ia menjabat sebagai duta besar Iran dari tahun 2002 hingga 2007.
Dia diangkat menjadi menteri luar negeri pada Agustus 2013 setelah Rouhani memenangkan kursi kepresidenan dengan janji untuk membuka Iran ke dunia luar.
Meskipun Rouhani sebagai presiden dan bertanggung jawab untuk memilih menteri, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara tradisional memiliki pendapat terakhir atas penunjukan menteri utama, termasuk menteri luar negeri.
Sejak bertanggung jawab atas pembicaraan nuklir Iran dengan negara-negara besar pada akhir 2013, Zarif telah dipanggil ke parlemen beberapa kali oleh anggota parlemen dari kubu garis keras untuk menjelaskan tentang perundingan tersebut.
Pada bulan Februari 2014, dia membuat keributan dengan komentar publik yang mengecam Holocaust dan kemudian dipanggil parlemen. Penolakan Holocaust telah menjadi pokok pidato publik di Iran selama beberapa dekade.
Beberapa politisi kubu garis keras pernah mengancam Zarif setelah perjanjian nuklir ditandatangani. Khamenei, dengan hati-hati mendukung perjanjian itu, di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya yang sensitif.
Seorang mantan komandan Korps Garda Revolusi dari kubu garis keras, Hassan Abbasi, mengatakan dalam sebuah pidato awal bulan ini bahwa dia yakin orang-orang Iran akan meludahi Zarif dan para pejabat yang mendukung pakta nuklir dengan enam kekuatan dunia.
"Rouhani, Zarif dan (Ketua Parlemen Ali) Larijani, pergi ke neraka," kata Abbasi saat berbicara di pusat kota Karaj.
"Terima kasih banyak atas kemurahan hati orang-orang terkasih dan pemberani Iran dan otoritasnya selama 67 bulan terakhir. Saya dengan tulus meminta maaf atas ketidakmampuan untuk terus melayani dan untuk semua kekurangan selama pelayanan saya," tulis dia di halaman Instagram jzarif_ir, yang dikutip Selasa (26/9/2019).
Dia tidak memberikan alasan khusus atas keputusan pengunduran dirinya. Zarif memainkan peran utama dalam mencapai kesepakatan nuklir, di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi keuangan internasional.
Seorang juru bicara misi Iran untuk PBB, Alireza Miryousefi, mengonfirmasi pengumuman pengunduran diri tersebut. Namun tidak ada pernyataan apakah Presiden Hassan Rouhani akan menerima pengunduran diri Menlu Zarif.
Kantor berita Tasnim mengatakan beberapa sumber telah mengonfirmasi pengunduran diri Zarif. Seorang juru bicara kementerian luar negeri juga mengonfirmasi pengunduran diri Zarif.
Jika diterima, pengunduran diri Zarif akan semakin melemahkan pemerintahan Rouhani yang menghadapi tekanan keras dari rival-rival garis keras Iran atas penanganan krisis ekonomi di negara para Mullah tersebut.
Lahir pada tahun 1960, Zarif pernah tinggal di Amerika Serikat sejak usia 17 tahun sebagai mahasiswa di San Francisco dan Denver. Dia kemudian merintis karier sebagai diplomat untuk PBB di New York, di mana ia menjabat sebagai duta besar Iran dari tahun 2002 hingga 2007.
Dia diangkat menjadi menteri luar negeri pada Agustus 2013 setelah Rouhani memenangkan kursi kepresidenan dengan janji untuk membuka Iran ke dunia luar.
Meskipun Rouhani sebagai presiden dan bertanggung jawab untuk memilih menteri, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara tradisional memiliki pendapat terakhir atas penunjukan menteri utama, termasuk menteri luar negeri.
Sejak bertanggung jawab atas pembicaraan nuklir Iran dengan negara-negara besar pada akhir 2013, Zarif telah dipanggil ke parlemen beberapa kali oleh anggota parlemen dari kubu garis keras untuk menjelaskan tentang perundingan tersebut.
Pada bulan Februari 2014, dia membuat keributan dengan komentar publik yang mengecam Holocaust dan kemudian dipanggil parlemen. Penolakan Holocaust telah menjadi pokok pidato publik di Iran selama beberapa dekade.
Beberapa politisi kubu garis keras pernah mengancam Zarif setelah perjanjian nuklir ditandatangani. Khamenei, dengan hati-hati mendukung perjanjian itu, di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya yang sensitif.
Seorang mantan komandan Korps Garda Revolusi dari kubu garis keras, Hassan Abbasi, mengatakan dalam sebuah pidato awal bulan ini bahwa dia yakin orang-orang Iran akan meludahi Zarif dan para pejabat yang mendukung pakta nuklir dengan enam kekuatan dunia.
"Rouhani, Zarif dan (Ketua Parlemen Ali) Larijani, pergi ke neraka," kata Abbasi saat berbicara di pusat kota Karaj.
(mas)