Jelang Bertemu Jong-un, Trump Buka Kemungkinan Ringankan Sanksi Korut
A
A
A
WASHINGTON - Seminggu sebelum pertemuan puncak kedua dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un , Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuka prospek untuk meringankan sanksi tegas terhadap negara itu. Namun keringanan sanksi ini hanya dilakukan jika Korut melakukan sesuatu yang berarti terkait dengan denuklirisasi.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu waktu setempat, Trump juga mengatakan ia berharap untuk bertemu dengan Jong-un lagi setelah pertemuan puncak mereka pada 27-28 Februari di Hanoi, Ibu Kota Vietnam.
Trump tidak pernah berpikir Korut enggan melakukan denuklirisasi, terlepas dari kurangnya kemajuan yang konkret sejak ia dan Jong-un bertemu pertama kali di Singapura pada Juni tahun lalu.
"Saya tidak berpikir mereka enggan; saya pikir mereka ingin melakukan sesuatu," katanya.
"Kita akan lihat apa yang terjadi. Sanksinya sudah penuh. Saya belum mencabut sanksi, seperti yang Anda tahu. Saya ingin sekali, tetapi untuk melakukan itu, kita harus melakukan sesuatu yang bermakna di sisi lain," tuturnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (21/2/2019).
Trump mengatakan dia dan Jong-un memiliki hubungan yang baik. "Saya tidak akan terkejut melihat sesuatu berhasil," imbuhnya.
Ia juga mengatakan dirinya dan Jong-un telah membuat banyak kemajuan tetapi itu tidak berarti ini akan menjadi pertemuan terakhir.
Pernyataan terbaru Trump ini adalah yang paling terang terkait meringankan sanksi. Namun AS mungkin bersedia untuk mempertimbangkan meringankan sanksi sebelum Pyongyang sepenuhnya meninggalkan program senjata nuklirnya.
Pemerintah AS sebelumnya mengatakan bahwa sanksi akan tetap ada sampai denuklirisasi menyeluruh dilakukan Korut.
Trump berbicara ketika utusan khususnya untuk Korut akan tiba di Hanoi untuk menyelesaikan persiapan KTT. Stephen Biegun diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan mitranya Kim Hyok-chol, yang tiba di Hanoi pada hari Rabu.
Sebelumnya Trump mengatakan bahwa ia ingin Korut untuk mengakhiri program nuklirnya "pada akhirnya," tetapi tidak memiliki tenggat waktu yang mendesak untuk itu. Korut sendiri telah membekukan uji coba nuklir dan rudal yang berlaku sejak 2017.
Baca Juga: Denuklirisasi Korut, Trump Tidak Ingin Terburu-buru
Ketika Trump dan Jong-un bertemu di Singapura, itu adalah pertemuan pertama antara Presiden AS dan Pemimpin Korut. Saat itu Jong-un berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh semenanjung Korea. Namun negosiasi berjalan lambat sejak itu, dengan Korut menuntut pencabutan sanksi hukuman yang dipimpin AS, mengakhiri secara resmi Perang Korea 1950-53 dan jaminan keamanan.
Pada bulan September, Jong-un menyatakan keinginannya untuk secara permanen membongkar fasilitas di situs nuklir utama negaranya, Yongbyon, sebagai imbalan atas langkah-langkah AS yang sesuai.
Biegun mengadakan pembicaraan tiga hari di Pyongyang bulan ini yang katanya akan mencakup diskusi tentang langkah-langkah yang sesuai. Tetapi Departemen Luar Negeri AS tidak menawarkan tanda-tanda kemajuan yang spesifik.
Biegun mengatakan setelah kunjungannya ke Korut, perundingannya berjalan produktif tetapi ada kerja keras yang harus dilakukan sebelum pertemuan puncak.
Sumber di Hanoi mengatakan sebelumnya bahwa Vietnam sedang mempersiapkan kedatangan Kim Jong-un dengan kereta api untuk pertemuan puncak dengan Trump.
Setidaknya diperlukan waktu dua setengah hari perjalanan bagi Jong-un untuk menempuh perjalanan ribuan kilometer melalui China dengan kereta api, dari Ibu Kota Korut Pyongyang ke Vietnam, yang berarti ia harus berangkat akhir minggu ini agar tepat waktu untuk kedatangannya yang direncanakan pada 25 Februari.
Baca Juga: Kim Jong-un Disebut akan Gunakan Kereta ke Vietnam
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu waktu setempat, Trump juga mengatakan ia berharap untuk bertemu dengan Jong-un lagi setelah pertemuan puncak mereka pada 27-28 Februari di Hanoi, Ibu Kota Vietnam.
Trump tidak pernah berpikir Korut enggan melakukan denuklirisasi, terlepas dari kurangnya kemajuan yang konkret sejak ia dan Jong-un bertemu pertama kali di Singapura pada Juni tahun lalu.
"Saya tidak berpikir mereka enggan; saya pikir mereka ingin melakukan sesuatu," katanya.
"Kita akan lihat apa yang terjadi. Sanksinya sudah penuh. Saya belum mencabut sanksi, seperti yang Anda tahu. Saya ingin sekali, tetapi untuk melakukan itu, kita harus melakukan sesuatu yang bermakna di sisi lain," tuturnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (21/2/2019).
Trump mengatakan dia dan Jong-un memiliki hubungan yang baik. "Saya tidak akan terkejut melihat sesuatu berhasil," imbuhnya.
Ia juga mengatakan dirinya dan Jong-un telah membuat banyak kemajuan tetapi itu tidak berarti ini akan menjadi pertemuan terakhir.
Pernyataan terbaru Trump ini adalah yang paling terang terkait meringankan sanksi. Namun AS mungkin bersedia untuk mempertimbangkan meringankan sanksi sebelum Pyongyang sepenuhnya meninggalkan program senjata nuklirnya.
Pemerintah AS sebelumnya mengatakan bahwa sanksi akan tetap ada sampai denuklirisasi menyeluruh dilakukan Korut.
Trump berbicara ketika utusan khususnya untuk Korut akan tiba di Hanoi untuk menyelesaikan persiapan KTT. Stephen Biegun diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan mitranya Kim Hyok-chol, yang tiba di Hanoi pada hari Rabu.
Sebelumnya Trump mengatakan bahwa ia ingin Korut untuk mengakhiri program nuklirnya "pada akhirnya," tetapi tidak memiliki tenggat waktu yang mendesak untuk itu. Korut sendiri telah membekukan uji coba nuklir dan rudal yang berlaku sejak 2017.
Baca Juga: Denuklirisasi Korut, Trump Tidak Ingin Terburu-buru
Ketika Trump dan Jong-un bertemu di Singapura, itu adalah pertemuan pertama antara Presiden AS dan Pemimpin Korut. Saat itu Jong-un berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh semenanjung Korea. Namun negosiasi berjalan lambat sejak itu, dengan Korut menuntut pencabutan sanksi hukuman yang dipimpin AS, mengakhiri secara resmi Perang Korea 1950-53 dan jaminan keamanan.
Pada bulan September, Jong-un menyatakan keinginannya untuk secara permanen membongkar fasilitas di situs nuklir utama negaranya, Yongbyon, sebagai imbalan atas langkah-langkah AS yang sesuai.
Biegun mengadakan pembicaraan tiga hari di Pyongyang bulan ini yang katanya akan mencakup diskusi tentang langkah-langkah yang sesuai. Tetapi Departemen Luar Negeri AS tidak menawarkan tanda-tanda kemajuan yang spesifik.
Biegun mengatakan setelah kunjungannya ke Korut, perundingannya berjalan produktif tetapi ada kerja keras yang harus dilakukan sebelum pertemuan puncak.
Sumber di Hanoi mengatakan sebelumnya bahwa Vietnam sedang mempersiapkan kedatangan Kim Jong-un dengan kereta api untuk pertemuan puncak dengan Trump.
Setidaknya diperlukan waktu dua setengah hari perjalanan bagi Jong-un untuk menempuh perjalanan ribuan kilometer melalui China dengan kereta api, dari Ibu Kota Korut Pyongyang ke Vietnam, yang berarti ia harus berangkat akhir minggu ini agar tepat waktu untuk kedatangannya yang direncanakan pada 25 Februari.
Baca Juga: Kim Jong-un Disebut akan Gunakan Kereta ke Vietnam
(ian)