Pasca Serangan Kashmir, India Tampar Pakistan dengan Sanksi
A
A
A
NEW DELHI - India memberlakukan bea masuk 200 persen untuk barang-barang yang diimpor dari Pakistan . Sebelumnya, India juga telah menarik status negara yang paling disukai dari negara itu.
Keputusan itu diambil New Delhi setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir pada awal pekan ini.
"India telah menarik status MFN ke Pakistan setelah insiden Pulwama. Setelah penarikan, bea cukai dasar untuk semua barang yang diekspor dari Pakistan ke India telah dinaikkan menjadi 200% dengan efek langsung", tulis Menteri Keuangan Indian Arun Jaitley di Twitter seperti disitir dari Sputnik, Minggu (17/2/2019).
Pada hari Jumat, media lokal melaporkan bahwa pihak berwenang India telah memutuskan untuk menarik status negara yang paling disukai (MFN) dari Pakistan selama pertemuan darurat pemerintah sehubungan dengan serangan teroris di negara bagian Jammu dan Kashmir.
Baca Juga: India Tuding Pakistan Terlibat Serangan Bom di Kashmir
Ledakan alat peledak rakitan di distrik Pulwama di negara bagian Jammu dan Kashmir di India menewaskan 45 orang. Kelompok teroris Jaish-e-Mohammed telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok itu, yang biasa melakukan serangan di negara bagian Jammu dan Kashmir, berafiliasi dengan gerakan Taliban dan organisasi teroris al-Qaeda. Kelompok ini bertujuan untuk memisahkan Kashmir dari India dan menggabungkannya ke negara tetangga, Pakistan.
New Delhi menuduh Islamabad berperan dalam serangan teroris dan menuntut agar Islamabad segera berhenti memberikan dukungan dan pendanaan kepada kelompok-kelompok teror yang beroperasi dari daerah-daerah di bawah kendalinya.
Kementerian Luar Negeri Pakistan kemudian memprotes upaya untuk menghubungkan Islamabad dengan serangan teroris tanpa penyelidikan.
Baca Juga: Pakistan Bantah Terlibat Serangan Bom di Kashmir
Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo meminta Pakistan untuk berhenti menyediakan tempat berlindung yang aman bagi para teroris setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir di India.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri India mengatakan pada hari Sabtu bahwa Penasihat Keamanan Nasional Shri Ajit Doval telah mengadakan pembicaraan telepon dengan timpalannya dari AS John Bolton, di mana keduanya bersumpah untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa Pakistan berhenti menjadi tempat yang aman bagi JeM dan kelompok - kelompok teroris yang menargetkan India, AS dan lainnya di wilayah itu.
Jammu dan Kashmir adalah wilayah yang telah diperebutkan oleh India dan Pakistan sejak 1947 ketika kedua negara memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris.
Kedua negara telah melalui tiga perang di wilayah tersebut, tetapi konflik belum terselesaikan juga. Situasi yang tidak stabil di wilayah tersebut telah menyebabkan munculnya kelompok-kelompok ekstremis.
Line of Control saat ini membagi area yang disengketakan menjadi dua zona yang dikelola oleh dua negara yang terlibat persaingan. India telah berulang kali menyalahkan gerilyawan yang didukung Pakistan karena sejumlah serangan ke wilayahnya.
Keputusan itu diambil New Delhi setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir pada awal pekan ini.
"India telah menarik status MFN ke Pakistan setelah insiden Pulwama. Setelah penarikan, bea cukai dasar untuk semua barang yang diekspor dari Pakistan ke India telah dinaikkan menjadi 200% dengan efek langsung", tulis Menteri Keuangan Indian Arun Jaitley di Twitter seperti disitir dari Sputnik, Minggu (17/2/2019).
Pada hari Jumat, media lokal melaporkan bahwa pihak berwenang India telah memutuskan untuk menarik status negara yang paling disukai (MFN) dari Pakistan selama pertemuan darurat pemerintah sehubungan dengan serangan teroris di negara bagian Jammu dan Kashmir.
Baca Juga: India Tuding Pakistan Terlibat Serangan Bom di Kashmir
Ledakan alat peledak rakitan di distrik Pulwama di negara bagian Jammu dan Kashmir di India menewaskan 45 orang. Kelompok teroris Jaish-e-Mohammed telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok itu, yang biasa melakukan serangan di negara bagian Jammu dan Kashmir, berafiliasi dengan gerakan Taliban dan organisasi teroris al-Qaeda. Kelompok ini bertujuan untuk memisahkan Kashmir dari India dan menggabungkannya ke negara tetangga, Pakistan.
New Delhi menuduh Islamabad berperan dalam serangan teroris dan menuntut agar Islamabad segera berhenti memberikan dukungan dan pendanaan kepada kelompok-kelompok teror yang beroperasi dari daerah-daerah di bawah kendalinya.
Kementerian Luar Negeri Pakistan kemudian memprotes upaya untuk menghubungkan Islamabad dengan serangan teroris tanpa penyelidikan.
Baca Juga: Pakistan Bantah Terlibat Serangan Bom di Kashmir
Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo meminta Pakistan untuk berhenti menyediakan tempat berlindung yang aman bagi para teroris setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir di India.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri India mengatakan pada hari Sabtu bahwa Penasihat Keamanan Nasional Shri Ajit Doval telah mengadakan pembicaraan telepon dengan timpalannya dari AS John Bolton, di mana keduanya bersumpah untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa Pakistan berhenti menjadi tempat yang aman bagi JeM dan kelompok - kelompok teroris yang menargetkan India, AS dan lainnya di wilayah itu.
Jammu dan Kashmir adalah wilayah yang telah diperebutkan oleh India dan Pakistan sejak 1947 ketika kedua negara memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris.
Kedua negara telah melalui tiga perang di wilayah tersebut, tetapi konflik belum terselesaikan juga. Situasi yang tidak stabil di wilayah tersebut telah menyebabkan munculnya kelompok-kelompok ekstremis.
Line of Control saat ini membagi area yang disengketakan menjadi dua zona yang dikelola oleh dua negara yang terlibat persaingan. India telah berulang kali menyalahkan gerilyawan yang didukung Pakistan karena sejumlah serangan ke wilayahnya.
(ian)