Dituduh Lakukan Spionase, India Usir Puluhan Diplomat Pakistan
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Pemerintah India telah mengusir separuh dari total diplomat Pakistan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Pakistan di New Delhi. Keputusan tersebut dikeluarkan setelah diplomat Pakistan dituduh menjadi mata-mata, menyebarkan informasi sensitif ke luar wilayah, dan bersekongkol dengan kelompok radikal.
Seperti dilansir BBC, pengurangan jumlah staf tersebut harus sudah selesai dalam tenggat tujuh hari ke depan. Sekitar tiga pekan yang lalu, pemerintah India juga telah mengusir dua diplomat Pakistan. Mereka semua dituduh pemerintah India mencoba menggalang informasi terkait pergerakan tentara India. (Baca: Dituding Sebagai Mata-mata, India Usir Dua Diplomat Pakistan)
India juga akan menarik separuh diplomatnya dari Kedubes India di Islamabad. Sebagian media di India melaporkan keputusan itu ditimbulkan akibat adanya tuduhan penculikan dua warga India di Pakistan. Namun, Pakistan menepis tuduhan itu mengingat kedua warga India itu ditangkap setelah menabrak trotoar.
Sebelumnya, India dan Pakistan telah berupaya memperkuat hubungan diplomatik dengan menambah jumlah diplomat menjadi 110 orang di kedubes masing-masing, meski yang terealisasi hanya 90 orang. Keputusan baru India mengartikan jumlah staf di Kedubes Pakistan dan India keduanya akan berkurang 45 orang.
“Diplomat Pakistan yang diminta pulang telah terbukti melakukan aksi spionase dan melakukan persekongkolan dengan kelompok teroris,” ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India. Pernyataan itu juga disampaikan melalui Duta Besar (Dubes) Pakistan untuk India, Syed Haider Shah, yang dipanggil ke Kemlu. (Lihat videonya: Pohon Pisang Unik di Kulonprogo, Berbuah Tiga Tandan)
Ketegangan ini diyakini diawali oleh penangkapan dua warga India di Islamabad. Pemerintah India meyakini warganya diculik dan dianiaya. Dua warga India itu bernama Dimu Brahms dan Selvadhas Paul. “Kami disiksa secara barbar di tangan anggota intelijen Pakistan,” kata Brahms saat tiba di India awal pekan ini.
Sejauh ini, polisi Pakistan tidak mengakui atau menyangkal tuduhan penganiayaan tersebut. Namun, mereka menyatakan Brahms dan Paul ditangkap setelah menabrak seorang pejalan kaki di tepi trotoar. Mereka hendak melarikan diri sebelum akhirnya dikejar dan ditangkap petugas yang sedang berpatroli di jalan.
Setelah diselidiki, kedua warga India itu merupakan staf diplomat Kedubes India di Islamabad. Setelah India memanggil Dubes Pakistan di New Delhi untuk memprotes penangkapan tersebut, keduanya dibebaskan tanpa syarat. Adapun korban kecelakaan dalam kondisi kritis dan dirawat secara intensif di rumah sakit. (Baca juga: Hari Ini Penusuk Wiranto Divonis di PN Jakbar)
Brahms dan Paul sempat dikabarkan hilang karena mereka seharusnya menghadiri acara pertemuan. Pencarian saksi mata juga sulit mengingat Islamabad masih terbayangi lockdown. Peristiwa itu juga terjadi tidak lama setelah dua diplomat India diusir. Karena itu, tersebar kabar di India bahwa keduanya diculik.
Perseteruan tuduhan mengirimkan mata-mata antara India dan Pakistan berlangsung cukup panjang. Keduanya terkadang mengirimkan hewan seperti merpati untuk melakukan penyadapan informasi. Tahun lalu, kedua negara nyaris berada di ambang perang setelah sengketa di wilayah Kashmir berujung ricuh. (Muh Shamil)
Seperti dilansir BBC, pengurangan jumlah staf tersebut harus sudah selesai dalam tenggat tujuh hari ke depan. Sekitar tiga pekan yang lalu, pemerintah India juga telah mengusir dua diplomat Pakistan. Mereka semua dituduh pemerintah India mencoba menggalang informasi terkait pergerakan tentara India. (Baca: Dituding Sebagai Mata-mata, India Usir Dua Diplomat Pakistan)
India juga akan menarik separuh diplomatnya dari Kedubes India di Islamabad. Sebagian media di India melaporkan keputusan itu ditimbulkan akibat adanya tuduhan penculikan dua warga India di Pakistan. Namun, Pakistan menepis tuduhan itu mengingat kedua warga India itu ditangkap setelah menabrak trotoar.
Sebelumnya, India dan Pakistan telah berupaya memperkuat hubungan diplomatik dengan menambah jumlah diplomat menjadi 110 orang di kedubes masing-masing, meski yang terealisasi hanya 90 orang. Keputusan baru India mengartikan jumlah staf di Kedubes Pakistan dan India keduanya akan berkurang 45 orang.
“Diplomat Pakistan yang diminta pulang telah terbukti melakukan aksi spionase dan melakukan persekongkolan dengan kelompok teroris,” ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India. Pernyataan itu juga disampaikan melalui Duta Besar (Dubes) Pakistan untuk India, Syed Haider Shah, yang dipanggil ke Kemlu. (Lihat videonya: Pohon Pisang Unik di Kulonprogo, Berbuah Tiga Tandan)
Ketegangan ini diyakini diawali oleh penangkapan dua warga India di Islamabad. Pemerintah India meyakini warganya diculik dan dianiaya. Dua warga India itu bernama Dimu Brahms dan Selvadhas Paul. “Kami disiksa secara barbar di tangan anggota intelijen Pakistan,” kata Brahms saat tiba di India awal pekan ini.
Sejauh ini, polisi Pakistan tidak mengakui atau menyangkal tuduhan penganiayaan tersebut. Namun, mereka menyatakan Brahms dan Paul ditangkap setelah menabrak seorang pejalan kaki di tepi trotoar. Mereka hendak melarikan diri sebelum akhirnya dikejar dan ditangkap petugas yang sedang berpatroli di jalan.
Setelah diselidiki, kedua warga India itu merupakan staf diplomat Kedubes India di Islamabad. Setelah India memanggil Dubes Pakistan di New Delhi untuk memprotes penangkapan tersebut, keduanya dibebaskan tanpa syarat. Adapun korban kecelakaan dalam kondisi kritis dan dirawat secara intensif di rumah sakit. (Baca juga: Hari Ini Penusuk Wiranto Divonis di PN Jakbar)
Brahms dan Paul sempat dikabarkan hilang karena mereka seharusnya menghadiri acara pertemuan. Pencarian saksi mata juga sulit mengingat Islamabad masih terbayangi lockdown. Peristiwa itu juga terjadi tidak lama setelah dua diplomat India diusir. Karena itu, tersebar kabar di India bahwa keduanya diculik.
Perseteruan tuduhan mengirimkan mata-mata antara India dan Pakistan berlangsung cukup panjang. Keduanya terkadang mengirimkan hewan seperti merpati untuk melakukan penyadapan informasi. Tahun lalu, kedua negara nyaris berada di ambang perang setelah sengketa di wilayah Kashmir berujung ricuh. (Muh Shamil)
(ysw)