Senat AS Siapkan Resolusi Cegah Saudi Punya Senjata Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Senat Amerika Serikat (AS) tengah mempersiapkan proposal resolusi yang mencegah Arab Saudi dapat membuat atau memiliki senjata nuklir. Di bawah resolusi itu, setiap perjanjian kerja sama nuklir sipil AS, atau perjanjian 123, dengan Arab Saudi akan mencegah pengayaan uranium atau pemrosesan ulang plutonium yang dibuat dalam reaktor - dua cara untuk membuat senjata nuklir.
Tidak jelas apakah mayoritas Senat yang beranggotakan 100 orang akan mendukung resolusi yang diajukan oleh politisi Partai Demokrat Jeff Merkley dan Ed Markey serta dari Partai Republik Rand Paul. Resolusi ini juga tidak mengikat pada pemerintah AS.
Tetapi dengan dukungan signifikan, resolusi itu akan menandakan kekhawatiran di Kongres atas kampanye pemboman yang dipimpin Saudi di Yaman. Kongres AS juga memberikan perhatian lebih atas atas pembunuhan jurnalis Saudi yang berbasis di AS Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober lalu.
"Jika Arab Saudi ingin menguasai teknologi nuklir, sangat penting bagi kami untuk memegang standar emas untuk non-proliferasi," kata Merkley dalam rilisnya.
"Hal terakhir yang harus dilakukan Amerika adalah secara tidak sengaja membantu mengembangkan senjata nuklir untuk aktor jahat di panggung dunia," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/2/2019).
Sekretaris badan energi AS, Rick Perry, diketahui telah mengadakan pembicaraan diam-diam dengan para pejabat dari Arab Saudi tentang berbagi teknologi nuklir AS.
Administrasi Trump sedang mencoba untuk memajukan teknologi energi nuklir di dalam negeri dan luar negeri karena industri ini membutuhkan pasokan gas alam dan biaya keamanan yang tinggi di dalam negeri. Sebuah resolusi dapat menekan pemerintah untuk mendorong kesepakatan dengan standar yang lebih keras.
Riyadh sendiri mengatakan ingin melakukan swasembada dalam memproduksi bahan bakar nuklir dan bahwa mereka tidak tertarik mengalihkan teknologi nuklir untuk penggunaan militer. Namun Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepada CBS tahun lalu negara kerajaan itu akan mengembangkan senjata nuklir jika saingan beratnya, Iran, melakukan hal tersebut.
Dalam pembicaraan sebelumnya, Arab Saudi telah menolak untuk menandatangani perjanjian dengan Washington yang akan mencabutnya dari pengayaan uranium. Kedutaan Saudi di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.
Tidak jelas apakah mayoritas Senat yang beranggotakan 100 orang akan mendukung resolusi yang diajukan oleh politisi Partai Demokrat Jeff Merkley dan Ed Markey serta dari Partai Republik Rand Paul. Resolusi ini juga tidak mengikat pada pemerintah AS.
Tetapi dengan dukungan signifikan, resolusi itu akan menandakan kekhawatiran di Kongres atas kampanye pemboman yang dipimpin Saudi di Yaman. Kongres AS juga memberikan perhatian lebih atas atas pembunuhan jurnalis Saudi yang berbasis di AS Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober lalu.
"Jika Arab Saudi ingin menguasai teknologi nuklir, sangat penting bagi kami untuk memegang standar emas untuk non-proliferasi," kata Merkley dalam rilisnya.
"Hal terakhir yang harus dilakukan Amerika adalah secara tidak sengaja membantu mengembangkan senjata nuklir untuk aktor jahat di panggung dunia," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/2/2019).
Sekretaris badan energi AS, Rick Perry, diketahui telah mengadakan pembicaraan diam-diam dengan para pejabat dari Arab Saudi tentang berbagi teknologi nuklir AS.
Administrasi Trump sedang mencoba untuk memajukan teknologi energi nuklir di dalam negeri dan luar negeri karena industri ini membutuhkan pasokan gas alam dan biaya keamanan yang tinggi di dalam negeri. Sebuah resolusi dapat menekan pemerintah untuk mendorong kesepakatan dengan standar yang lebih keras.
Riyadh sendiri mengatakan ingin melakukan swasembada dalam memproduksi bahan bakar nuklir dan bahwa mereka tidak tertarik mengalihkan teknologi nuklir untuk penggunaan militer. Namun Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepada CBS tahun lalu negara kerajaan itu akan mengembangkan senjata nuklir jika saingan beratnya, Iran, melakukan hal tersebut.
Dalam pembicaraan sebelumnya, Arab Saudi telah menolak untuk menandatangani perjanjian dengan Washington yang akan mencabutnya dari pengayaan uranium. Kedutaan Saudi di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.
(ian)