Kontak Langsung, AS Desak Militer Venezuela Membelot
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah melakukan komunikasi langsung dengan anggota militer Venezuela . Washington mendesak mereka untuk meninggalkan Presiden Nicolas Maduro .
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan AS berharap militer Venezuela membelot, meskipun hanya beberapa perwira senior yang melakukannya setelah tokoh oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden.
"Kami percaya ini adalah pasangan kerikil pertama sebelum kita mulai benar-benar melihat batu-batu besar bergulir di bukit," kata pejabat tersebut, berbicara dengan syarat anonim.
"Kami masih melakukan pembicaraan dengan anggota rezim Maduro sebelumnya, dengan anggota militer, meskipun pembicaraan itu sangat, sangat terbatas," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (9/2/2019).
Pejabat itu menolak untuk memberikan rincian dari diskusi tersebut atau pangkat dari militer Venezuela yang mereka ajak bicara. Tidak diketahui juga apakah kontak tersebut dapat membuat celah dalam dukungan militer bagi Maduro yang sangat penting untuk kekuasaannya.
Hingga saat ini militer Venezuela masih setia kepada Maduro. Sumberi di Washington yang dekat dengan oposisi Venezuela pun menyatakan keraguan apakah pemerintahan Trump telah meletakkan dasar yang cukup untuk memacu pemberontakan yang lebih luas di tataran militer di mana banyak perwira diduga mendapat keuntungan dari korupsi dan perdagangan narkoba.
Wakil Presiden Dewan Amerika, sebuah lembaga think tank, Eric Farnsworth mengatakan pasukan keamanan Venezuela khawatir mereka atau keluarganya menjadi sasaran Maduro jika mereka membelot. AS perlu menawarkan sesuatu kepada mereka yang dapat menghapuskan kekhawatiran itu.
"Itu tergantung pada apa yang mereka tawarkan," kata Farnsworth.
"Apakah ada insentif yang dibangun ke dalam kontak ini yang setidaknya akan menyebabkan orang mempertanyakan kesetiaan mereka kepada rezim?" imbuhnya.
Guaido mengatakan pemungutan suara pada Mei 2018 di mana Maduro memenangkan masa jabatan kedua sebagai presiden tidak sah. Ia lantas mengajukan ketentuan konstitusional untuk menyatakan dirinya presiden, menjanjikan pemilihan yang bebas dan adil pada 23 Januari lalu.
Pemerintah Maduro menuduh Guaido, yang telah membangkitkan kelompok oposisi Venezuela, berusaha melancarkan kudeta yang diarahkan AS.
Jenderal Francisco Yanez dari komando tinggi angkatan udara menjadi jenderal Venezuela aktif pertama yang mengakui Guaido, tetapi ia hanyalah salah satu dari sekitar 2.000 jenderal. Kepala atase militer Venezuela untuk Amerika Serikat juga mengatakan dia membelot akhir bulan lalu.
Baca Juga: Atase Pertahanan Venezuela untuk AS Membelot dari Pemerintahan Maduro Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan
Guaido telah secara aktif mendekati anggota militer dengan janji amnesti dan perlakuan hukum istimewa jika mereka membelot dari Maduro dan tidak mematuhi perintahnya. Washington pun minggu ini membuka peluang mencabut sanksi kepada perwira senior jika mereka mengakui Guaido.
Maduro masih mendapat dukungan komando tinggi militer. Ia pun kerap melakukan kunjungan ke pangkalan-pangkalan militer di mana para perwira berdiri di belakangnya dan meneriakkan slogan-slogan kemenangan seperti "Loyal selalu, pengkhianat tidak pernah."
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan AS berharap militer Venezuela membelot, meskipun hanya beberapa perwira senior yang melakukannya setelah tokoh oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden.
"Kami percaya ini adalah pasangan kerikil pertama sebelum kita mulai benar-benar melihat batu-batu besar bergulir di bukit," kata pejabat tersebut, berbicara dengan syarat anonim.
"Kami masih melakukan pembicaraan dengan anggota rezim Maduro sebelumnya, dengan anggota militer, meskipun pembicaraan itu sangat, sangat terbatas," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (9/2/2019).
Pejabat itu menolak untuk memberikan rincian dari diskusi tersebut atau pangkat dari militer Venezuela yang mereka ajak bicara. Tidak diketahui juga apakah kontak tersebut dapat membuat celah dalam dukungan militer bagi Maduro yang sangat penting untuk kekuasaannya.
Hingga saat ini militer Venezuela masih setia kepada Maduro. Sumberi di Washington yang dekat dengan oposisi Venezuela pun menyatakan keraguan apakah pemerintahan Trump telah meletakkan dasar yang cukup untuk memacu pemberontakan yang lebih luas di tataran militer di mana banyak perwira diduga mendapat keuntungan dari korupsi dan perdagangan narkoba.
Wakil Presiden Dewan Amerika, sebuah lembaga think tank, Eric Farnsworth mengatakan pasukan keamanan Venezuela khawatir mereka atau keluarganya menjadi sasaran Maduro jika mereka membelot. AS perlu menawarkan sesuatu kepada mereka yang dapat menghapuskan kekhawatiran itu.
"Itu tergantung pada apa yang mereka tawarkan," kata Farnsworth.
"Apakah ada insentif yang dibangun ke dalam kontak ini yang setidaknya akan menyebabkan orang mempertanyakan kesetiaan mereka kepada rezim?" imbuhnya.
Guaido mengatakan pemungutan suara pada Mei 2018 di mana Maduro memenangkan masa jabatan kedua sebagai presiden tidak sah. Ia lantas mengajukan ketentuan konstitusional untuk menyatakan dirinya presiden, menjanjikan pemilihan yang bebas dan adil pada 23 Januari lalu.
Pemerintah Maduro menuduh Guaido, yang telah membangkitkan kelompok oposisi Venezuela, berusaha melancarkan kudeta yang diarahkan AS.
Jenderal Francisco Yanez dari komando tinggi angkatan udara menjadi jenderal Venezuela aktif pertama yang mengakui Guaido, tetapi ia hanyalah salah satu dari sekitar 2.000 jenderal. Kepala atase militer Venezuela untuk Amerika Serikat juga mengatakan dia membelot akhir bulan lalu.
Baca Juga: Atase Pertahanan Venezuela untuk AS Membelot dari Pemerintahan Maduro Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan
Guaido telah secara aktif mendekati anggota militer dengan janji amnesti dan perlakuan hukum istimewa jika mereka membelot dari Maduro dan tidak mematuhi perintahnya. Washington pun minggu ini membuka peluang mencabut sanksi kepada perwira senior jika mereka mengakui Guaido.
Maduro masih mendapat dukungan komando tinggi militer. Ia pun kerap melakukan kunjungan ke pangkalan-pangkalan militer di mana para perwira berdiri di belakangnya dan meneriakkan slogan-slogan kemenangan seperti "Loyal selalu, pengkhianat tidak pernah."
(ian)