Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan

Sabtu, 02 Februari 2019 - 22:44 WIB
Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan
Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan
A A A
CARACAS - Seorang jenderal aktif Venezuela meminta angkatan bersenjata untuk memberontak terhadap Presiden Nicolas Maduro dan mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara. Seruan ini muncul di tengah tekanan yang kian dahsyat terhadap Maduro baik di dalam maupun luar negeri untuk mundur sebagai kepala negara.

Dalam sebuah video yang beredar di Twitter pada hari Sabtu (2/2/2019), Jenderal Francisco Yanez dari komando tertinggi angkatan udara (AU), mengatakan sebagian besar angkatan bersenjata sudah tidak mendukung Presiden Nicolas Maduro, yang mengklaim sebagai korban dari kudeta yang diarahkan oleh Amerika Serikat (AS).

"Rakyat Venezuela, 90 persen angkatan bersenjata Venezuela tidak bersama diktator, mereka dengan rakyat Venezuela," kata Yanez dalam video itu.

"Mengingat kejadian beberapa jam terakhir, transisi ke demokrasi sudah dekat," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters.

Halaman web komando tinggi Angkatan Udara Venezuela mencantumkan Yanez sebagai kepala perencanaan strategis angkatan udara.

Di akun Twitter-nya, komando tertinggi angkatan udara menuduh jenderal tersebut melakukan pengkhianatan. Yanez adalah jenderal Venezuela aktif pertama yang mengakui Guaido sejak ia menyatakan dirinya sebagai presiden pada 23 Januari.

Video itu muncul ketika pendukung oposisi tengah merencanakan aksi protes secara nasional dalam upaya untuk menjaga tekanan pada Maduro setelah Washington mengakui Guaido sebagai presiden yang sah.

"Kami akan mengirim pesan yang sangat jelas di semua kota Venezuela dan di setiap kota di dunia, kami akan memberikan kekuatan demonstrasi, secara pasif dan terorganisir," tweet Guaido.

Maduro pada hari Sabtu juga akan mengadakan aksi demonstrasi, untuk memperingati 20 tahun pelantikan pertama pemimpin sosialis Hugo Chavez sebagai presiden pada tahun 1999.

Venezuela menderita hiperinflasi, kekurangan produksi dan migrasi besar-besaran warganya ke negara-negara tetangga Amerika Latin - situasi yang kemungkinan akan diperburuk dalam jangka pendek oleh sanksi baru.

Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara pada 23 Janurai dalam sebuah tantang langsung terhadap pemerintahan Maduro dan dengan cepat memenangkan dukungan negara-negara di kawasan itu. Meski begitu, ia tidak memiliki kendali atas lembaga-lembaga negara atau fungsi-fungsi pemerintahan sehari-hari.

Dia telah mengirim surat ke Rusia dan China, baik sebagai kreditor besar dan sekutu pemerintah Maduro, mengatakan bahwa perubahan pemerintah akan menjadi kepentingan terbaik kedua negara.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2830 seconds (0.1#10.140)