Angelina Jolie Kecam Myanmar Terkait Rohingya

Jum'at, 08 Februari 2019 - 08:07 WIB
Angelina Jolie Kecam...
Angelina Jolie Kecam Myanmar Terkait Rohingya
A A A
COX S BAZAR - Utusan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) Angelina Jolie membagikan berbagai cerita tentang para korban pemerkosaan saat mengunjungi kamp pengungsi Rohingya.

Bintang Hollywood itu menegaskan, pihak yang bertanggung jawab agar para pengungsi bisa kembali ke tempat asalnya adalah pemerintah dan otoritas di Myanmar. Dia mendesak Myanmar menunjukkan komitmen nyata mengakhiri kekerasan yang mendorong ratusan ribu Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

Komentar Jolie itu muncul pada hari kedua pertemuan emosional dengan para pengungsi Rohingya di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, tempat 740.000 Rohingya mengungsi sejak Agustus 2017. Di sana telah ada sekitar 300.000 Rohingya sebelum gelombang baru pengungsi tersebut. Itu artinya, Bangladesh telah menampung lebih dari satu juta Rohingya akibat kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Kunjungan Jolie itu dilakukan menjelang upaya baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumpulkan hampir USD1 miliar untuk satu juta Rohingya di kamp-kamp tersebar di Kota Cox’s Bazar. “Sangat menyedihkan bertemu para keluarga yang hanya tahu persekusi dan tanpa kewarganegaraan sepanjang hidup mereka yang mengakui diperlakukan seperti ternak,” tutur Jolie pada para jurnalis dilansir The Guardian.

“Para keluarga Rohingya yang saya temui tidak berbeda dari pengungsi lain di satu hal penting yang harus dihormati. Mereka ingin bisa kembali ke rumahnya,” kata Jolie.

Gelombang baru pengungsi juga tiba di Bangladesh setelah operasi militer Myanmar di Rakhine. “Para pengungsi itu harus kembali ke tempat mereka saat mereka merasa cukup aman melakukannya secara sukarela dan mereka tahu hak-haknya akan dihormati,” ungkap dia.

“Saya bertemu seorang perempuan kemarin, korban selamat dari pemerkosaan di Myanmar dan dia mengatakan pada saya, ‘Anda akan menembak saya di tempat saya berdiri sebelum saya kembali tanpa hak-hak saya.’ Tanggung jawab untuk menjamin hak itu dan menjadikannya mungkin bagi warga Rohingya kembali ke Rakhine terletak pada pemerintah dan otoritas di Myanmar,” ujar Jolie.

Dia menyeru dihentikannya kekerasan di Rakhine. Para pejabat PBB menyebut kekerasan di Rakhine itu sebagai genosida dan mendesak para pelakunya diadili. “Saya mendesak otoritas Myanmar menunjukkan komitmen sesungguhnya mengakhiri siklus kekerasan dan pengungsian serta memperbaiki kondisi untuk seluruh komunitas di negara bagian Rakhine,” ujar Jolie.

Jolie telah bertemu para pengungsi Rohingya saat berada di Myanmar pada Juli 2015 dan di India pada 2006. Dia mengakhiri kunjungannya pada Rabu (6/2) dengan bertemu Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina, Menteri Luar Negeri (Menlu) AK Abdul Momen, dan para pejabat tinggi lainnya di Dhaka.

Pertemuan Jolie dan para petinggi Bangladesh itu akan fokus tentang bagaimana badan pengungsi PBB bisa membantu upaya Bangladesh untuk Rohingya dan solusi berkelanjutan menampung minoritas yang mengalami persekusi itu.

Saat berbicara di depan para pengungsi di puncak bukit di kamp Kutapalong, Bangladesh, Selasa (5/2), Jolie menyatakan merasa rendah hati dan bangga berdiri bersama para pengungsi.

“Kalian memiliki setiap hak agar memiliki kewarganegaraan dan cara kalian telah diperlakukan, memalukan kami semua,” tutur Jolie yang menambahkan, krisis itu akibat puluhan tahun diskriminasi tanpa solusi.

Jolie menjelaskan, “Apa yang paling tragis tentang situasi ini ialah kami tidak dapat mengatakan kami tidak mendapat peringatan.”

“Dia terbang ke Bangladesh pekan ini untuk menilai kebutuhan kemanusiaan para pengungsi Rohingya dan beberapa tantangan paling penting yang dihadapi Bangladesh sebagai negara menampung mereka,” ungkap pernyataan UNHCR.

Seorang pengungsi Rohingya, Mohammed Shakir, 22, menyatakan sangat menghormati Jolie atas kerja kemanusiaannya. “Saat saya melihat dia, saya sangat senang karena dia memiliki kata-kata spesial untuk kami Rohingya,” kata Shakir. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7365 seconds (0.1#10.140)