Republik Afrika Tengah Terbuka untuk Pangkalan Militer Rusia
A
A
A
BANGUI - Republik Afrika Tengah (CAR) tidak mengesampingkan penyebaran pangkalan militer Rusia sepenuhnya di atas fasilitas pelatihan yang ada. Hal itu diungkapkan menteri pertahanan CAR kepada media Rusia.
Rusia dan CAR menandatangani perjanjian militer pada Agustus 2018, membuka jalan bagi Moskow untuk meningkatkan pelatihan angkatan bersenjata CAR. Rusia mengirim senjata ringan ke pasukan keamanan CAR awal tahun itu dan mengatakan pihaknya telah mengerahkan 175 instruktur militer dan sipil untuk melatih mereka.
Menteri pertahanan CAR Marie-Noëlle Koyara mengatakan kepada kantor berita yang dikelola pemerintah Rusuia, RIA Novosti, dalam sebuah wawancara bahwa pangkalan militer Rusia yang baru di negaranya tidak dapat dikesampingkan.
"Kami belum berbicara tentang mengembangkan pangkalan secara khusus, tetapi kemungkinan ini tidak dikecualikan dalam perjanjian kerangka kerja (Agustus)," katanya seperti dikutip dari Moscow Times, Jumat (11/1/2019).
Koyara berpendapat bahwa pusat pelatihan Rusia saat ini tidak dapat dianggap sebagai pangkalan militer penuh meskipun apa yang dia katakan bawah persepsi publik bertentangan.
"Jika presiden, sebagai komandan tertinggi dan pemimpin bangsa, memutuskan untuk mengerahkan pangkalan, maka negara kita akan melaksanakannya," tambah kepala pertahanan CAR itu.
Hubungan militer Rusia yang semakin besar dengan CAR dan minatnya yang tinggi di Afrika menjadi sorotan pada Juli lalu ketika tiga wartawan Rusia terbunuh ketika sedang menyelidiki dugaan keberadaan tentara bayaran Rusia di sana.
Rusia memperoleh lampu hijau dari Dewan Keamanan PBB untuk mengirim senjata ke CAR pada bulan Desember 2017, ketika koalisi pemberontak Muslim menggulingkan presidennya dan mendorong pembalasan dari milisi Kristen.
Rusia mengirim banyak senjata dan puluhan kontraktor tahun lalu untuk melatih tentara CAR dan mengamankan proyek pertambangan, menandai dimulainya perampokan militer tingkat tinggi di Sub-Sahara Afrika selama beberapa dekade.
Rusia dan CAR menandatangani perjanjian militer pada Agustus 2018, membuka jalan bagi Moskow untuk meningkatkan pelatihan angkatan bersenjata CAR. Rusia mengirim senjata ringan ke pasukan keamanan CAR awal tahun itu dan mengatakan pihaknya telah mengerahkan 175 instruktur militer dan sipil untuk melatih mereka.
Menteri pertahanan CAR Marie-Noëlle Koyara mengatakan kepada kantor berita yang dikelola pemerintah Rusuia, RIA Novosti, dalam sebuah wawancara bahwa pangkalan militer Rusia yang baru di negaranya tidak dapat dikesampingkan.
"Kami belum berbicara tentang mengembangkan pangkalan secara khusus, tetapi kemungkinan ini tidak dikecualikan dalam perjanjian kerangka kerja (Agustus)," katanya seperti dikutip dari Moscow Times, Jumat (11/1/2019).
Koyara berpendapat bahwa pusat pelatihan Rusia saat ini tidak dapat dianggap sebagai pangkalan militer penuh meskipun apa yang dia katakan bawah persepsi publik bertentangan.
"Jika presiden, sebagai komandan tertinggi dan pemimpin bangsa, memutuskan untuk mengerahkan pangkalan, maka negara kita akan melaksanakannya," tambah kepala pertahanan CAR itu.
Hubungan militer Rusia yang semakin besar dengan CAR dan minatnya yang tinggi di Afrika menjadi sorotan pada Juli lalu ketika tiga wartawan Rusia terbunuh ketika sedang menyelidiki dugaan keberadaan tentara bayaran Rusia di sana.
Rusia memperoleh lampu hijau dari Dewan Keamanan PBB untuk mengirim senjata ke CAR pada bulan Desember 2017, ketika koalisi pemberontak Muslim menggulingkan presidennya dan mendorong pembalasan dari milisi Kristen.
Rusia mengirim banyak senjata dan puluhan kontraktor tahun lalu untuk melatih tentara CAR dan mengamankan proyek pertambangan, menandai dimulainya perampokan militer tingkat tinggi di Sub-Sahara Afrika selama beberapa dekade.
(ian)